Unduh Aplikasi panas
Beranda / Miliarder / Jatuh Dalam Pesonamu (Enigma: Teka-teki)
Jatuh Dalam Pesonamu (Enigma: Teka-teki)

Jatuh Dalam Pesonamu (Enigma: Teka-teki)

3.8
10 Bab
1.4K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

⚠️Mature content! Enigma berasal dari bahasa Latin berarti Teka-teki, Misterius, Taksa, Kabur, Bias, Ambigu. Perjodohan antara Numa dan Afkar memang penuh teka-teki untuk menutupi banyak rahasia di antara mereka. Ikuti kisah NumAf hingga akhir agar bisa menguak misteri besar dalam keluarga mereka. "Selain perjanjian tutup mulut soal rahasia-rahasia ini, kita enggak perlu bikin kontrak lain buat membahas soal batasan tentang beberapa hal seperti di film atau novel, 'kan? Misalnya hanya berinteraksi mesra di depan orang lain, ngurusin hidup masing-masing aja atau semacamnya?" —Qinana Solanuma Fagales "Yang benar aja! Apa hidup kita belum seperti cerita novel bagimu? Lagi pula, apa untungnya bikin kontrak berisi peraturan yang bisa bocor bahkan dilanggar kapan aja? Kita cuma harus kerja sama sampai akhir kalau pengen hidup tenang tanpa intervensi siapa pun.” —Afkar Rasendriya Aryasatya Kalau tidak rumit, bukan ENIGMA namanya. KARENA WANITA SELALU INGIN DIPERJUANGKAN DENGAN CARA YANG MANIS, walaupun suka cari perhatian dengan cara berlebihan.

Bab 1 Prolog

Awas! Jebakan konten-konten dewasa.

Suasana di penthouse The Magnífico View sangat mengintimidasi setelah pintu utama kembali tertutup dan semua orang meninggalkan Elle seorang diri bersama Ardan.

“Kemarilah, kita lihat dulu bekas suntikanmu,” ucap Ardan tenang sambil mengulurkan tangan ke arah Elle. Tanpa sempat Elle tolak, Ardan mengarahkannya untuk duduk di pangkuan pria adonis yang menggenggam tangannya dan sesekali memberikan remasan pengantar gelenyar asing pada tubuh Elle.

Elle terkesiap saat tangan besar dan hangat milik Ardan menelusuri bekas suntikan yang sudah tak membengkak, tapi masih terdapat memar samar di siku dalamnya. Ia diam saja bukan karena menurut, tapi karena ia berusaha mencerna apa saja yang sudah terjadi selama satu bulan ini. Semuanya, tanpa terkecuali. Termasuk cara pria ini menemukannya di London sebulan lalu dan bagaimana bisa Ardan berada di tempat ini sekarang.

Beberapa menit berlalu. Ardan terus mengunci pandangannya ke arah Elle sambil mempelajari bahasa tubuh gadisnya. Membuat Elle semakin salah tingkah dan merasa tegang hanya karena tatapan yang tak bisa ia prediksi apa artinya. Ardan sedikit mencondongkan tubuhnya, “Kenapa bisa memar? Mereka bilang ini juga sempat membengkak. Apa yang coba kau lakukan, hm?” lirih Ardan tepat di telinga Elle.

“A-aku tak melakukan apa pun. Bisa aku duduk sendiri sekarang?” Sial! Rasa terintimidasi ini tak kunjung hilang dari dirinya. Sebenarnya sejak tadi ia tak nyaman berada sedekat ini dengan Ardan, tapi ia tahu pria ini tak bisa ditolak karena dia sudah tertangkap basah menipunya mentah-mentah satu bulan yang lalu.

“Nanti dulu, Nona Lieben. Bukankah ada satu suntikan lagi? Kita juga harus memastikan tak ada bengkak atau memar, ‘kan? Tunjukkan di mana bekas suntikan yang satu lagi,” ucap Ardan dengan intonasi tak ingin dibantah.

Elle terkesiap, ia memandang ke arah Ardan dengan wajah pias. Bagaimana bisa ia menunjukkan bekas suntikannya yang kedua? Dia tak ingin sembarangan pria melihat bagian tubuhnya yang seharusnya tertutup dan tak boleh mudah dijamah orang lain. Terutama pria, terlebih lagi jika dia adalah pria asing. Ardan masih tak mengalihkan pandangan menuntutnya, membuat darah Elle surut dari wajahnya seketika.

“Bukannya aku tak mau bekerja sama, tapi aku yakin bekas suntikannya pasti tak akan berbekas seperti yang ada di tanganku,” elak Elle mencoba mencari alasan. Yang jelas ia tak akan mau dimanfaatkan siapa pun lagi mulai sekarang.

“Bagaimana kau bisa yakin? Apa kau mencoba membodohiku lagi?” tukas Ardan kembali menyudutkan Elle.

“Bukan, aku tak bisa menunjukkannya karena memang itu ada di bagian yang tak seharusnya dilihat sembarang orang. Lagi pula aku ingin bertanya satu hal padamu. Perjanjian kita sepenuhnya tentang NDA, ‘kan? Bukan tentang nikah kontrak seperti yang kau bilang sebelumnya, lalu untuk apa tuan Aloui dan dokter Wilson mengajukan banyak pertanyaan membingungkan padaku? Oke, aku bisa paham jika dia mengambil darahku untuk memastikan kesehatanku karena aku sekarang sudah resmi menjadi tawananmu, tapi suntikan aneh dan pertanyaan panjang tentang latar belakangku dan keyakinan yang kuanut itu ....” Keberanian Elle untuk bicara lagi-lagi padam saat ia menyadari tatapan tak suka dari Ardan, “Satu bulan lalu kau sudah bilang tak akan marah, dan menyuruhku mengatakan apa pun yang ingin kutanyakan. Kenapa sekarang kau menatapku seperti ini?” cicit Elle takut-takut.

Ardan memejamkan kedua matanya sambil mendengus kasar, “Dengar, satu bulan lalu aku sudah bilang padamu untuk membaca dokumennya dengan benar dari halaman pertama sampai akhir, tapi sepertinya kau tak peduli dan langsung menandatangani dokumen tebal itu. Aku selalu memberimu kesempatan, ‘kan? Lagi pula, saat kau menjawab pertanyaan dokter Wilson atau tuan Aloui apakah ada paksaan dan harus sesuai dengan keinginanku? Aku hanya memintamu mengganti gaunmu sebagai isyarat jika kau setuju dengan semuanya, dan tentu saja tidak akan ada pernikahan kontrak di antara kita karena itu bukan gayaku selain memang dilarang dalam keyakinanku. Well, sekarang itu juga sudah menjadi keyakinanmu. Kau punya banyak kesempatan untuk menolak bahkan lari dariku selama satu bulan ini, tapi kau memilih tetap mengikuti semua prosedurnya dan tinggal sampai detik ini. Malahan kau sampai menghampiriku ke sini, apa kau serindu itu padaku? Satu hal lagi, harus berapa kali aku bilang kalau kau bukan tawananku. Jadi, jangan membuatku marah, Elle!” bentak Ardan di akhir kalimat, membuat napas Elle menjadi pendek-pendek seketika. Sepertinya semua kalimat Ardan terdengar sangat ambigu. Pasti ada saja bagian yang tak ia pahami.

Sudah cukup! Habis sudah kesabaran Ardan. Saat ini dia seperti menghadapi Marseille Levanchois dan Mirele Lieben secara bersamaan, “Kau sudah tahu untuk apa fungsi suntikan yang diberikan dokter Wilson waktu itu, ‘kan?” Ardan memastikan sesuatu sebelum memutuskan nasib Elle malam ini.

Elle terkesiap, ragu. Satu bulan lalu otaknya dipaksa bekerja keras mencari jalan keluar sebelum masalah ini bertambah besar dan rumit sampai dia lupa bertanya untuk apa saja obat dan suntikan yang diberikan padanya. Dia tahu soal multivitamin yang selama satu bulan ini ia minum setelah sempat mendapat perawatan karena ditemukan dalam keadaan pingsan, tapi untuk suntikan yang terakhir itu? Ia benar-benar melewatkan kesempatan untuk bertanya pada dokter Altheda Wilson. Ia berdehem pelan, “Aku tak sempat bertanya, karena kau juga tahu aku baru saja siuman saat itu. Aku hanya paham tentang perjanjian tutup mulut yang kutanda tangani denganmu, dan tentu saja aku tak punya pikiran untuk lari karena lebih fokus mencari keberadaan adikku yagn masih menghilang sampai saat ini. Jadi, menurutku selama harus tinggal denganmu itu sama saja seperti menjadi tawananmu, ‘kan?” jawab Elle lagi.

Ardan mengeluarkan seringaian berbahaya dengan tatapan gelapnya, suaranya menjadi lebih berat, “Sadarkah kau karena kau selalu berhasil memancingku, Nona Lieben? Kau tetap bersikeras menggunakan istilah tawanan denganku, itu artinya aku berhak melakukan apa pun padamu sebagai TUANMU. Itu maksudmu, ‘kan?” ulang Ardan mengantisipasi jawaban Elle dengan aura mengintimidasi yang terlampau kuat.

Tentu saja Elle bergeming, ia jadi tak yakin dengan kesimpulannya sendiri saat ini. Sebenarnya apa yang sedang coba dikatakan Ardan? Dia menatap dalam pada iris cokelat milik Ardan yang semakin menggelap, benarkah? Kenapa bisa berubah warna sampai seperti ini?

“Kalau begitu akan kucari sendiri bekas suntikan keduamu, karena sekarang aku adalah TUANMU!” gertak Ardan, lalu beranjak setelah menyelusupkan kedua tangannya pada tubuh Elle.

Petir tiba-tiba menggelegar di kegelapan langit Britania, membuat Elle terperanjat karena dua hal, ancaman Ardan sekaligus efek suara gelegar yang kembali memekakan telinganya. Tanpa banyak kata Ardan membopongnya ke dalam kamar dengan langkah lebar.

“Tu-tunggu! Kita belum selesai bicara, please jangan menakutiku seperti ini, kumohon,” pinta Elle mulai menyadari jika dirinya berada dalam bahaya.

Sia-sia, Ardan malah menutup pintu kamar menggunakan kakinya hingga suara bantingan pintu kembali membuat Elle tersengal. Terlalu mencekam, terlalu berbahaya. Dia harus membuat Ardan mengurungkan apa pun niatnya saat ini sebelum semuanya terlambat!

Ketika dua orang yang sama-sama dipermainkan nasib akhirnya harus bertemu di persimpangan takdir bernama,

Enigma: Teka-teki

——DanElle——

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY