/0/3114/coverbig.jpg?v=1fe54bbbdc740248c8350c7bbc4b762c)
Wanita yang ku nikahi ternyata serakah, dia tidak hanya ingin mengusai hartaku, tapi juga hidupku. Tapi semua kusadari setelah aku kehilangan segalanya.
Wanita yang ku nikahi ternyata serakah, dia tidak hanya ingin mengusai hartaku, tapi juga hidupku. Tapi semua kusadari setelah aku kehilangan segalanya.
Ku parkirkan, mobilku di pinggir jalan, tepat di sebrang jalan rumah lamaku, yang sekarang ditempati oleh mantan istri dan kedua anakku.
Enam bulan kutinggalkan, rumahku tak banyak berubah, hanya bagian garasi beralih fungsi menjadi toko kelontong. Ada tumpukan tabung gas, galon air mineral berjejeran di sana.
Kulihat ada beberapa pembeli yang datang, nampak Frida, mantan istriku, sedang melayani mereka. Laris juga tokonya, gumamku dalam hati.
"TOKO BAROKAH"
SEDIA GAS, AIR MINERAL, SEMBAKO, DAN KEBUTUHAN RUMAH TANGGA LAINNYA. JUAL PULSA ALL OPERATOR DAN TOKEN LISTRIK.
Begitu yang tertulis di baner depan toko Frida. Dia memang patut kuacungi jempol, pekerja keras dan pantang menyerah. Dia juga yang sudah setia mendampingiku dari nol hingga sesukses sekarang.
Tapi sayang, pernikahan kami dihantam badai perceraian. Aku dan Frida berpisah enam bulan yang lalu.
"Assalamu'alaikum ... " sapaku ramah.
Setelah toko sepi pembeli, aku mengumpulkan segenap keberanian untuk menemui Frida. Tak mudah memang, karena aku pergi meninggalkan luka yang dalam.
"Waalaikum salam ..., eh ada Bang Farhan," ucap Frida salah tingkah.
"Boleh Abang duduk, Da?" ucapku pelan.
"Oh iya, Bang. Saya ambilkan kursi dulu, tunggu sebentar," ucap Frida, lalu masuk ke dalam, kemudian keluar membawa kursi plastik.
"Maaf duduknya di sini aja ya, Bang. Kita sudah bukan mahram, nggak enak dilihat tetangga nanti jadi fitnah, kan saya sendirian di rumah," ucap Frida sambil meletakkan kursi di depan etalase.
Sekarang aku duduk di depan etalase, sementara Frida berdiri di belakang etalase, kami ngobrol di batasi oleh lemari kaca itu.
Benar-benar Frida menjaga kehormatannya, tidak sepertiku yang suka menuruti hawa nafsu.
Kuperhatikan Frida terlihat lebih cantik dan segar, badannya lebih berisi sekarang, tidak seperti dulu, kurus kering.
"Kamu gemukan sekarang," ucapku basa-basi, tapi sebenarnya berkata jujur.
"Iya Bang, sekarang aku makan nasi, nggak makan hati lagi," ucap Frida membuatku merasa ditampar.
Sejak Frida tahu perselingkuhanku, dengan Freya mantan pacarku, yang sudah menjanda. Frida menjadi pemurung, pendiam, dan sering menangis sendiri, hingga badannya kurus tak terurus.
.
Tapi kini dia terlihat lebih menarik, wajahnya terlihat cerah, mungkin karena dia sudah bahagia.
Mendengar jawaban Frida, aku pun hanya bisa diam, apa yang dia ucapkan memang benar, aku sudah membuatnya makan hati.
"Tokomu ramai ya, Da?" ucapku lagi, mengalihkan pembicaraan.
"Iya Bang, alhamdulillah ... cukup untuk memberi makan dua anak yatim," sindirnya.
"Kok kami ngomong begitu, Da? Kan aku masih hidup? Masak kau bilang anak kita, yatim?" sanggahku, tak terima dengan ucapan Frida barusan.
"Hidup juga percuma, Bang. Orang Abang nggak pernah perduli sama anak-anak. Gak pernah kasih nafkah, kan lebih baik jadi yatim, Bang. Banyak yang menyantuni," sindir Frida.
Frida kok berubah gini, kata-katanya pedas, sepedas cabai rawit setan. Omongannya seperti sengaja menyerangku, dendam kali ya?
"Ya nggak gitu juga, Da. Aku bukan nggak perduli, atau nggak mau menafkahi anak-anak, aku sedang banyak kebutuhan," ucapku beralasan.
.
"Iya Bang, aku ngerti. Kebutuhan Abang memang banyak, Istri cantik perawatannya mahal, masih harus membiayai anaknya pula. Miris ya Bang? Anak sendiri dilantarkan, anak orang disayang-sayang," ucap Frida pelan, tapi terasa bagai tusukan pedang, menyakitkan.
Aku hanya bisa diam tanpa membalas ucapan Frida. Lebih baik aku mencari kata yang tepat untuk menyampaikan maksud dan tujuanku sini, agar Frida tidak tersinggung.
Belum apa-apa saja aku sudah diserang sedemikian rupa, bagaimana kalau aku mengatakan yang sebenarnya?
"Abang ke sini pengen ketemu anak-anak, ya?" tanya Farida memecah keheningan, di antara kami.
"Sayangnya anak-anak belum pulang, Bang. Ferina pulangnya jam dua belas, kalau Firni, jam dua, dia kan kelas enam, sudah mau ujian, jadi ada tambahan pelajaran," terang Frida tanpa kutanya.
Padahal kedatanganku bukan untuk menemui anak-anakku, melainkan menjalankan misi dari Freya, istri baruku. Entah mengapa merasa tidak kangen pada mereka, padahal sudah enam bulan tidak berjumpa.
Mungkin karena selama ini aku tidak perduli pada mereka, aku lebih suka bersenang-senang dengan Freya, apalagi setelah menikahi mantan pacarku itu, aku makin tidak perduli, toh ada anak-anak Freya, dan Freya sekarang juga sedang mengandung anakku, buah cinta terlarang kami.
"Nggak pa-pa, yang penting aku bisa ketemu kamu, ada hal penting yang ingin Ku bicarakan," balasku kemudian.
"Oh, hal penting apa ya Bang?" tanya Frida penasaran.
"Aku ingin menjual rumah ini," ucapku pelan, dengan kepala tertunduk.
Jujur aku takut mendapat murka dari Frida, tapi semua terpaksa aku lakukan. Ini semua permintaan Freya, yang tidak terima rumah ini ditempati Frida dan anak-anakku.
"Apa kamu bilang, Bang? Ingin menjual rumah ini? Lalu anak-anakmu mau tinggal di mana, Bang? Kolong jembatan?" ucap Frida tajam, membuat nyaliku surut seketika.
"Aku butuh uang untuk biaya renovasi rumah," lirihku.
"Bang, kamu masih punya otak kan? Coba pikir Bang! Apa yang sudah kamu berikan untuk kami setelah kita bercerai?" Aku yang tak berani menatap Frida, justru semakin menundukkan kepala.
"Sejak kau selingkuh dengan mantan pacarmu itu, apa pernah kasih nafkah ke aku?" Lagi-lagi aku hanya diam.
Hasil kerjaku sejak berselingkuh, kuhabiskan untuk menyenangkan Freya, yang punya selera tinggi itu.
"Mobil kau bawa, warung kau kuasai! Tabungan yang sedianya untuk kita naik haji sekeluarga, dan beli rumah yang lebih besar, kau habiskan untuk menyenangkan selingkuhanmu itu, sekarang rumah yang luasnya tak seberapa ini, kau minta juga?"
Aku dan Frida punya warung soto dengan tiga cabang, semuanya dalam penguasaanku sekarang. Uang tabungan yang Frida bicarakan, sudah kugunakan untuk membelikan rumah Freya, yang lebih besar dan lebih mewah dari rumah yang Frida tempati.
"Ta--- tapi, Freya menginginkan rumah ini juga, Da. Dia memintaku untuk menjualnya," ucapku terbata.
"Serakah sekali istrimu itu, Bang. Setelah dia merebut kebahagiaan kami, sekarang dia ingin merebut satu-satunya milik kamu yang tersisa? Dan kau hanya nurut saja, kayak kebo yang dicucuk hidungnya?
Baiklah kalau begitu, kalau kau minta hitung-hitungan, mari kita buat perhitungan," ucap Frida lembut dengan tatapan menusuk. Tak ada lagi Frida istriku yang lemah lembut, dan selalu mengalah padaku.
"Perhitungan, Da?"
"Iya, dan aku yakin, kau bakal menyesal karena menuntut lebih dariku, Bang," ucap Frida.
"Maksudmu apa, Da?"
"Tadinya aku tidak mau mengusik hidupmu, Bang. Tapi setelah kupikir-pikir, aku tidak mau menderita sendiri, Bang. Aku juga ingin Abang dan Freya, istri tersayang Abang itu, merasakan apa yang kami rasakan."
Kira-kira si Frida mau bikin perhitungan apa ya, Mak?
Bersambung dulu ya Mak .... Biar penisirin
Demi menutup aibku, aku menikah dengan salah seorang karyawan Papa. Awalnya aku tidak bisa menerima, karena kami beda kasta. Tapi sikap dinginnya justru membuatku tertantang, sulit memang, karena dia laki-laki setia yang tidak mudah berpaling dari wanitanya. Tapi aku tidak akan menyerah, aku akan melakukan segala cara untuk menaklukannya. Karena aku jatuh cinta.
Hesti punya suami yang pelitnya na'uzubillah, jangan memberi uang nafkah untuk istri, urusan belanja saja dia beli sendiri. Jangankan uang untuk beli skincare, uang pegangan sama dia tak ada. Bahkan gajinya dikuasi suaminya. Bagaimana akhir kisah si Pelit Pramono? Baca sampai tamat ya?
Chika berharap pernikahannya akan bertahan seumur hidup, nyatanya Irsan tega menceraikan Chika, atas permintaan ibunya. Sakit hati dan terluka, berniat balas dendam justru Chika kecantol ayah tiri mantan suaminya. Bagaimana perjalanan cinta mereka?
Hati Melani gundah gulana, pacarnya diam-diam menikahi gadis lain. Parahnya lagi, Robin tak mau melepaskan Melani begitu saja. Dalam pelariannya menghindari Robin, Melani bertemu Yudha, dosen tampan mirip Aldebaran. Tapi sayang sang dosen ganteng ini juteknya minta ampun. Siapakah yang akan bersanding dengan Melani akhirnya? Robin atau Yudha.
Lima tahun setelah bercerai, aku kembali dipertemukan dengan mantan istriku, Uma. Dia sudah bermertamorfosa menjadi wanita cantik dan sukses, dokter kandungan sekaligus direktur rumah sakit swasta di kotaku. Penyesalan menghantui hidupku, melihat Uma dan anak-anakku. Salahkah aku berharap bisa kembali bersatu dengan mereka?
Nathan menjalani kehidupan barunya setelah menikahi Elira Devina, wanita yang telah lama mengisi hatinya. Hidup di tengah gemerlap kota metropolitan, pernikahan mereka terlihat seperti pasangan muda pada umumnya-penuh gairah, harapan, dan rencana-rencana masa depan. Namun, di balik senyum dan kebersamaan itu, ada satu sosok yang selalu hadir dalam bayang-bayang mereka: Seraphine, ibu mertua Nathan-seorang janda anggun yang masih memancarkan pesona misterius dari masa mudanya. Awalnya, Nathan hanya melihat Seraphine sebagai wanita kuat yang berhasil melewati duka kehilangan suami. Ia menghormatinya, mengaguminya, tapi hanya sebatas itu. Setidaknya begitu ia pikir. Namun seiring waktu berjalan, batas yang seharusnya tak terlihat mulai perlahan memudar. Tatapan mata yang tadinya biasa kini terasa menusuk. Sentuhan singkat di dapur berubah menjadi momen yang membekas terlalu lama. Ada percikan yang tak bisa Nathan abaikan-sesuatu yang seharusnya tidak pernah muncul. Di antara diam dan percakapan, dalam sunyi dan sorot mata, terbentuk rahasia yang tak layak tumbuh. Dan dari sanalah segalanya mulai berubah.
Pernikahan tiga tahun tidak meninggalkan apa pun selain keputusasaan. Dia dipaksa untuk menandatangani perjanjian perceraian saat dia hamil. Penyesalan memenuhi hatinya saat dia menyaksikan betapa kejamnya pria itu. Tidak sampai dia pergi, barulah pria itu menyadari bahwa sang wanita adalah orang yang benar-benar dia cintai. Tidak ada cara mudah untuk menyembuhkan patah hati, jadi dia memutuskan untuk menghujaninya dengan cinta tanpa batas.
Hal terakhir yang dia harapkan adalah pertukaran jiwa akan terjadi padanya. Tubuh barunya adalah istri CEO terkenal, seorang gadis yang lahir dengan sendok perak di mulutnya. Dia pikir dia bisa mengambil kesempatan ini untuk menikmati hidup, tetapi yang dia dapatkan hanyalah ketidakpedulian suaminya. Ketika wanita yang dicintai pria itu kembali, pria itu meminta cerai dan dia setuju tanpa ragu-ragu. Namun, malaikat cinta punya rencana lain. Kisah mereka baru saja dimulai sekarang.
Setelah dua tahun menikah, Sophia akhirnya hamil. Dipenuhi harapan dan kegembiraan, dia terkejut ketika Nathan meminta cerai. Selama upaya pembunuhan yang gagal, Sophia mendapati dirinya terbaring di genangan darah, dengan putus asa menelepon Nathan untuk meminta suaminya itu menyelamatkannya dan bayinya. Namun, panggilannya tidak dijawab. Hancur oleh pengkhianatan Nathan, dia pergi ke luar negeri. Waktu berlalu, dan Sophia akan menikah untuk kedua kalinya. Nathan muncul dengan panik dan berlutut. "Beraninya kamu menikah dengan orang lain setelah melahirkan anakku?"
Chelsea mengabdikan tiga tahun hidupnya untuk pacarnya, tetapi semuanya sia-sia. Dia melihatnya hanya sebagai gadis desa dan meninggalkannya di altar untuk bersama cinta sejatinya. Setelah ditinggalkan, Chelsea mendapatkan kembali identitasnya sebagai cucu dari orang terkaya di kota itu, mewarisi kekayaan triliunan rupiah, dan akhirnya naik ke puncak. Namun kesuksesannya mengundang rasa iri orang lain, dan orang-orang terus-menerus berusaha menjatuhkannya. Saat dia menangani pembuat onar ini satu per satu, Nicholas, yang terkenal karena kekejamannya, berdiri dan menyemangati dia. "Bagus sekali, Sayang!"
© 2018-now Bakisah
TOP