/0/2798/coverbig.jpg?v=d8cdeb713e0544696f08cbb89775b14a)
Kupikir sikap posesifnya karena dia terlalu mencintaiku, rupanya aku salah. Dia hanya memanfaatkanku saja. Dia hanya mau enaknya sendiri, egois dan aku tidak suka itu.
Kupikir sikap posesifnya karena dia terlalu mencintaiku, rupanya aku salah. Dia hanya memanfaatkanku saja. Dia hanya mau enaknya sendiri, egois dan aku tidak suka itu.
#TOXIC
"Maaf nggak bisa, Yang. Aku lagi di lokasi proyek sama klien," tolakku halus pada Rey kekasihku.
"Ini kan jam istirahat, masa nggak boleh sih? Kerja kok ada istirahatnya, kayak kerja rodi aja," sergah Reynald di seberang sana.
"Ini kami lagi makan bareng, sama saja istirahat, kan?" jelasku kemudian.
"Kamu bilang lagi di proyek, kok malah makan-makan? Jangan-jangan kamu nggak lagi sama klien, tapi sama laki-laki lain!" bentak Rey.
"Nggak Yang, aku beneran lagi ada di proyek sama klien. Kebetulan di seberang jalan ada rumah makan, meetingnya lanjut di sana, sekalian makan. Aku juga nggak sendirian kok, ada Diani dan Pak Bos juga," paparku, berharap agar Rey mengerti posisiku saat ini.
Hhh... aku hanya bisa menarik nafas panjang lalu mengembuskannya pelan-pelan. Reynald selalu saja begitu, suka memaksakan kehendak, kalau tidak dituruti, dia menuduhku yang macam-macam.
Hari ini dia ngajak makan siang, tapi aku sedang ada meeting dengan klien. Jelas aku menolak ajakannya, tapi dia marah-marah tidak terima. Padahal setiap hari kami juga makan bareng.
"Sudah ya, Yang. Aku nggak enak sama Pak Bos. Lagi meeting sama klien malah asik telfonan sama kamu," pungkasku, tanpa menunggu jawaban darinya, ku akhiri panggilan.
"Siapa? Rey lagi?" sinis Diani, dia yang baru keluar dari toilet menatapku tak bersahabat.
"Iya Di," jawabku singkat. Aku buru-buru memasukkan ponsel ke dalam tas.
"Sebenarnya pacarmu itu kerjaannya apa sih? Nggak pagi, nggak siang, nggak sore, nelfooon aja kerjanya!" lanjut Diani.
"Namanya juga sayang, wajarlah kalau ingin tahu pacarnya lagi apa," sahutku. Meski sebenarnya aku juga merasa tertampar dengan ucapan temanku itu.
"Sayang sih, sayang. Tapi nggak segitunya keles! Masa apa-apa harus laporan, sampai urusan kerja aja, diatur-atur sama dia," sinis Diani.
Bener juga kata Diani, Rey terlalu posesif, semua kegiatanku dipantaunya. Di mana, sedang apa, dengan siapa, semua harus se-pengetahuan-nya. Kadang aku merasa terkekang juga, tapi itu kuanggap sebagai bentuk perhatiannya padaku, meski sedikit berlebihan.
"Lah, malah bengong? Buruan! Tuh, bos sudah ngeliatin kamu dari tadi," sentak Diani, seraya melangkah meninggalkan aku.
Aku pun mengikuti langkah Diani, menuju meja di mana bos dan klien sudah menunggu.
"Maaf Pak, tadi ada telfon penting," bohongku, Pak Bos hanya merespon dengan anggukan dan senyum tipis. Sementara klien hanya menatapku sekilas.
"Jadi begini, klien kita ini minta furniture diganti. Diani, kamu bawa katalognya kan?" tanya Pak Bos, Diani menyerahkan buku tebal pada Pak Bos.
"Luk, coba perlihatkan gambar furniture yang kamu rekomendasikan, biar Pak Maher bisa memilih furniture yang beliau inginkan," ucap Pak Bos padaku.
Tapi tiba-tiba ponselku kembali berbunyi, buru-buru kutekan tombol merah, begitu melihat nama yang tertera dalam layar, Rey lagi.
Pak Bos melirikku tidak suka, Diani memutar bola mata malas, sementara klien menatapku dengan tatapan dingin. Aku jadi merasa tidak enak.
Rey benar-benar keterlaluan, tidak bisakah dia menunggu nanti? Toh tidak ada hal mendesak, keluhku dalam hati.
"Ini Pak, silahkan," ucapku mengatasi kegugupanku.
Aku mereview furniture yang aku pilihkan untuk Pak Maher, dari bahan, kualitas, harga, hingga usia pemakaian. Pak Maher terlihat puas dengan penjelasanku.
Selama aku memberi penjelasan, ponselku terus saja berdering. Hingga membuat Pak Bos dan Pak Maher menatapku jengah.
Tak ingin mendapat masalah, buru-buru aku menonaktifkan benda pintar itu, agar tak menganggu meeting kali ini.
"Saya mau yang ini." Pak Maher menunjukkan gambar yang dia pilih, "tapi saya mau bahannya dari jati kualitas P, lepas mata, dan lepas alur minyak, bisa?" ucap Pak Maher, dia menatapku seolah meragukan kemampuanku.
"Bisa Pak, saya akan menghubungi pengrajin, agar membuat sesuai pesanan Bapak," jawabku yakin.
"Tolong dipastikan semua furniturenya selesai tepat waktu, dan sama persis seperti yang saya sebutkan tadi. Saya tidak mau dikecewakan," pungkas Pak Maher
"Bapak tidak usah khawatir, saya jamin semua sesuai keinginan anda," tegasku.
"Ok, terima kasih kerja samanya. Pak Tema, saya pamit undur diri, permisi," ucap Pak Maher.
"Oh ya, silahkan. Terima kasih Pak Maher, senang bekerja sama dengan anda," balas Pak Bos. Pria awal empat puluhan itu mengangguk hormat, setelah selesai berjabat tangan.
"Luluk, lain kali matikan telefon ketika sedang meeting." Ucap Pak Bos setelah Pak Maher menjauh. Belian menatapku tajam.
"Saya tidak mau kejadian seperti ini terulang lagi, paham?" lanjut Pak Bos. Laki-laki itu kemudian berjalan meninggalkan aku dan Diani.
"Kayaknya kamu perlu ngomong sama pacarmu, itu deh! Bilang sama dia, jangan terlalu posesif jadi orang," ketus Diani, dia pun meninggalkan aku sendiri.
Tak ingin tertinggal, aku menyusul Diani.
"Di, Tunggu!" Aku menjajari langkah gadis itu.
"Kamu marah ya, Di?" tanyaku setelah berada disamping Diani.
"Nggak, buat apa marah? Aku nggak ada hak untuk itu," jawab Diani datar.
"Nggak marah tapi kok ketus gitu?"
Diani menghentikan langkah, lalu menatapku tajam. "Aku hanya kasihan sama kamu, kalian baru pacaran, tapi dia sudah ngatur-ngatur gitu. Gimana kalau kalian menikah? Bisa tersiksa hidup kamu. Kalau aku punya pacar kek gitu, sudah kuputusin dari dulu-dulu.
Ucapan Diani ada benernya juga, Reynald memang berlebihan. Aku sendiri kadang merasa tidak nyaman, dengan sikap posesifnya itu. Tapi pernah sedikit pun. terlintas dalam fikiranku untuk berpisah. Gimana lagi? Aku sudah terlanjur sayang.
Next?
Demi menutup aibku, aku menikah dengan salah seorang karyawan Papa. Awalnya aku tidak bisa menerima, karena kami beda kasta. Tapi sikap dinginnya justru membuatku tertantang, sulit memang, karena dia laki-laki setia yang tidak mudah berpaling dari wanitanya. Tapi aku tidak akan menyerah, aku akan melakukan segala cara untuk menaklukannya. Karena aku jatuh cinta.
Hesti punya suami yang pelitnya na'uzubillah, jangan memberi uang nafkah untuk istri, urusan belanja saja dia beli sendiri. Jangankan uang untuk beli skincare, uang pegangan sama dia tak ada. Bahkan gajinya dikuasi suaminya. Bagaimana akhir kisah si Pelit Pramono? Baca sampai tamat ya?
Wanita yang ku nikahi ternyata serakah, dia tidak hanya ingin mengusai hartaku, tapi juga hidupku. Tapi semua kusadari setelah aku kehilangan segalanya.
Chika berharap pernikahannya akan bertahan seumur hidup, nyatanya Irsan tega menceraikan Chika, atas permintaan ibunya. Sakit hati dan terluka, berniat balas dendam justru Chika kecantol ayah tiri mantan suaminya. Bagaimana perjalanan cinta mereka?
Hati Melani gundah gulana, pacarnya diam-diam menikahi gadis lain. Parahnya lagi, Robin tak mau melepaskan Melani begitu saja. Dalam pelariannya menghindari Robin, Melani bertemu Yudha, dosen tampan mirip Aldebaran. Tapi sayang sang dosen ganteng ini juteknya minta ampun. Siapakah yang akan bersanding dengan Melani akhirnya? Robin atau Yudha.
Lima tahun setelah bercerai, aku kembali dipertemukan dengan mantan istriku, Uma. Dia sudah bermertamorfosa menjadi wanita cantik dan sukses, dokter kandungan sekaligus direktur rumah sakit swasta di kotaku. Penyesalan menghantui hidupku, melihat Uma dan anak-anakku. Salahkah aku berharap bisa kembali bersatu dengan mereka?
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?
Seri Terjebak - Episode I: Terjebak dengan sang CEO. Dibius pada suatu malam oleh mantan pacarnya, seorang pria misterius memanfaatkan tubuhnya dalam malam yang menyenangkan. Untuk membalas dendam, dia menikahi pria itu, dan memanfaatkannya. "Selama aku masih hidup, aku adalah istri sahnya, sedangkan kalian semua cuma wanita simpanan." Dia tetap bersikeras bahkan ketika pria itu terlibat dalam skandal dengan wanita lain. Akhirnya dia pergi setelah mengetahui bahwa pria itu telah mengkhianatinya lagi. Tetapi nasib membawanya kembali kepada pria itu beberapa tahun kemudian, yang membuatnya menjadi heran. Pria itu sudah mendapatkan apa yang diinginkan darinya, tetapi dia tidak mengerti mengapa pria itu masih ingin menyiksa dan menghantuinya.
Akibat memiliki masalah ekonomi, Gusti memutuskan bekerja sebagai pemuas. Mengingat kelebihan yang dimilikinya adalah berparas rupawan. Gusti yang tadinya pemuda kampung yang kolot, berubah menjadi cowok kota super keren. Selama menjadi Pemuas, Gusti mengenal banyak wanita silih berganti. bahkan, Dia membuat beberapa wanita jatuh cinta padanya. Hingga semakin lama, Gusti jatuh ke dalam sisi gelap kehidupan ibukota. Ketakutan mulai muncul, ketika teman masa kecil dari kampungnya datang. "Hiruk pikuknya ibu kota, memang lebih kejam dibanding ibu tiri! Aku tak punya pilihan selain mengambil jalan ini."
WARNING 21+ !!! - Cerita ini di buat dengan berhalu yang menimbulkan adegan bercinta antara pria dan wanita. - Tidak disarankan untuk anak dibawah umur karna isi cerita forn*graphi - Dukung karya ini dengan sumbangsihnya Terimakasih
© 2018-now Bakisah
TOP