/0/3118/coverbig.jpg?v=d72b4f32c6a605e9827f510678c551d3)
Sebuah Rahasia Cinta yang terpendam masa cukup lama. Tiba-tiba harus terbongkar hanya karena suatu insiden buruk yang menimpa seorang Liana Claradeka.
Sebuah Rahasia Cinta yang terpendam masa cukup lama. Tiba-tiba harus terbongkar hanya karena suatu insiden buruk yang menimpa seorang Liana Claradeka.
Namanya Liana. Anak kelas XII yang selalu dimanja oleh maminya.
Tiba-tiba datang meminta izin untuk pergi ke acara pesta ulang tahun Alea bersama sahabatnya. Gadis itu menemui maminya yang tengah sibuk memasak di dapur seperti biasanya.
"Mi?" Panggil Liana tiba-tiba sambil gelendotan di punggungnya. Wanita itu tampak terkejut dan hampir menjatuhkan sendok sayur yang sejak tadi digunakan untuk memasak.
"Liana. Ngagetin mami aja, sih?" Ucap maminya kesal. "Kalau sampai mami jantungan, terus masuk rumah sakit, te–"
Gadis itu memotong ucapannya. "Mami? Enggak boleh bilang seperti itu." Liana berkata lirih sambil mengedipkan matanya berkali-kali.
Ada hal yang ingin Liana sampaikan. Dia ingin pergi malam ini bersama Rifa. "Boleh ya, Mi?" Pinta Liana memohon. Besar harapannya jika mami akan memberikan ijin untuk dirinya bisa pergi.
"Acara apa sih, Li?" Maminya masih sibuk mengaduk sayur dalam wajan. Sambil beberapa kali mencicipi makanan itu untuk memastikan rasa yang dihasilkan sudah pas dan tidak kurang suatu apa pun.
"Pesta ulang tahun Alea, Mi? Boleh ya?"
"Ehm..., gimana ya?" Terlihat maminya mondar mandir mencari sesuatu.
"Cari ini?" Liana memberikan mangkuk saji yang terbuat dari bahan keramik berwarna putih. Di sisi luarnya terdapat sebuah lukisan bunga anggrek yang semakin membuatnya cantik.
"Nah, ini dia yang mama cari."
Liana mendengus kesal. Menunggu maminya selesai memasak masakannya yang tinggal selangkah lagi.
"Tadaaaaa....," seru maminya saat berhasil menyelesaikan tugas rutinnya. Semangkuk sup ayam sudah tersaji dengan sempurna di atas meja. Aromanya yang khas, seketika membuat perut Liana meronta-ronta untuk segera diisi.
"Kayaknya enak, nih!"
"Siapa dulu yang bikin. Mami gitu lho...," ucapnya sambil tersenyum menyeringai seraya menunjukkan jari jempolnya ke arah Liana. "Makan dulu, gih! Mami enggak mau dengar lagi di sekolah kamu pingsan gara-gara maag kamu kambuh. Padahal mami sudah dengan rutin buatin kamu sarapan." Omel maminya. Wanita itu mengambilkan nasi untuk Liana di atas piring kemudian menyiramkan kuah sup lengkap beserta sayurannya.
Gadis itu hanya mengangguk pasrah. Entah untuk keberapa kalinya penyakit maggnya kambuh di sekolah, namun enggak pernah ada kapoknya.
"Namanya juga manusia, ya wajarlah sakit. Kalau enggak pernah sakit, malah bahaya."
_Liana Claradeka_
Seperti biasa, Liana pergi ke sekolah di antar langsung oleh maminya naik mobil. Padahal jelas-jelas di rumah ada mang Oji yang selalu siap sedia mengantar ke manapun majikannya pergi. Tapi..., begitulah mami Adila.
Dia harus turun tangan sendiri jika sudah berurusan dengan putrinya.
"Mi?" Panggil Liana ke arah mamanya yang tengah fokus menyetir mobil.
"Ehm...," gumamnya tanpa sedikit pun niat untuk menoleh ke arah lawan bicaranya.
"Liana mau minta izin, boleh?"
Seketika mami memelankan laju kendaraan mobilnya, menatap ke arah putrinya sekilas kemudian bertanya, "izin ke mana sayang?"
"Mami suka pura-pura lupa, deh! Tadi kan Liana sudah bilang. Liana mau pergi ke acara pesta ulang tahun Alea nanti malam," ujarnya dengan raut wajah memelas.
"Enggak, sayang!" Jawab maminya tegas. Dia kembali fokus menyetir dan mengabaikan panggilan Liana.
Gadis itu berdecap kesal. Dan mengalihkan pandangannya ke arah luar melalui kaca mobil yang ada di sampingnya. "Ke sini enggak boleh, ke sana enggak boleh. Ke mana-mana enggak boleh, ugh." Gerutu Liana dalam hati.
"Sampai kapan sih mami akan bersikap kayak gini sama Liana?" Gadis itu memberanikan diri bertanya kepada maminya. "Liana bukan anak kecil lagi, Mi?"
Maminya menoleh sekilas ke arahnya. "Mami cuma tidak ingin terjadi hal buruk sama kamu." Jawab maminya.
"Tapi enggak seperti caranya." Liana membantah. Sudah cukup selama ini dia selalu nurut dan patuh dengan aturan maminya. Diantaranya:
1.Tidak boleh keluar malam
2.Tidak boleh pergi sendirian
3.Tidak boleh jajan sembarangan, dll.
Sebenarnya masih banyak aturan di rumah yang dibuat maminya untuk Liana. Tapi dari sekian banyak poin. Tiga poin di atas adalah hal yang berat untuk dilakukan.
Dan apabila melanggar, siap-siap saja uang jajannya akan dipotong selama sebulan. "Duh, berat juga euy!
"Sayang? Semua yang mami lakukan itu demi kebaikan kamu, lho! Mama ingin yang terbaik untuk kamu."
"Ini bukan terbaik untuk Liana. Tapi buat mami aja." Kesalnya sambil membuka pintu mobil. Gadis itu langsung turun tanpa berpamitan terlebih dulu dengan maminya.
"Bye sayang?" Seru maminya sambil melambaikan tangan ke arah putrinya. Namun sama sekali tak dihiraukan.
"Bye, Tante?" Sahut Rifa, sahabat Liana di sekolah.
"Eh, Rifa. Semangat ya sekolahnya. Jangan lupa awasin Liana, yaa...."
"Siap, Tante!"
Liana memutar kedua bola matanya malas mendengar percakapan dua manusia itu yang hanya bikin kupingnya risih. Dan enggak lama lagi....
"Selamat pagi anak mami? Semangat ya sekolahnya, jangan lupa bekalnya di makan pas jam istirahat, ingat! Engak boleh jajan sembarangan." Sahut Jesika bersama anggotanya Sheryl dan Sasha. Mereka adalah siswi yang selalu cari gara-gara dengan murid lain. Dan Liana, adalah salah satunya.
Pernah beberapa waktu saat dia hendak makan di kantin, dengan sengaja Jesika menghalangkan kakinya di depan Liana hingga membuatnya terjatuh. Hingga akhirnya seluruh siswi yang ada di sana menertawakannya sambil memberikan hujatan.
"Udahlah, Li? Orang kayak mereka enggak pantes diladenin," ucap Rifa yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakangnya. Dia menepuk pundak sahabatnya lalu mengajaknya masuk tanpa memedulikan Jesika dan kawan-kawannya.
Sesampainya di kelas, Liana langsung duduk sambil meletakkan tasnya di atas meja. Matanya tertuju pada sebuah meja yang berada di barisan pertama paling pojok. "Belum berangkat," gumamnya kecil lalu mengambil ponselnya sambil menyetel lalu favoritnya menggunakan headset.
Putaran musik pop menjadi salah satu jenis musik yang harus Liana dengarkan sambil menunggu bel masuk berbunyi.
"Katakan sayang, bila sayang. Katakan cinta, bila...."
Tiba-tiba Rifa memotong ucapan Liana yang tengah menyanyikan lagu yang dipopulerkan oleh artis cantik Indonesia - Prilly Latuconsina. "Elo masih naksir sama Arif?" Tanyanya penasaran.
Lelaki berinisial A itu sudah sejak lama ditaksir Liana sejak awal masuk ke SMK Tunas Bangsa. Tepatnya pada masa orientasi siswa hari ke dua. Dia dengan terang-terangan mengakui perasaannya kepada Rifa kalau dia menyukainya. Dan perasaan itu terus tumbuh sampai sekarang.
Arif alias Arifin adalah pria dingin dan arogant di sekolah. Liana bahkan hampir tidak pernah melihat dia bersosialisasi bersama teman lainnya kecuali Resky, teman sebangku Arifin.
Hingga saat pembagian kelas tiba, betapa senang dan bahagianya Liana bisa berada satu kelas bersama pria yang dia suka. Kelas XII Akuntansi 3, mereka mengambil jurusan yang sama dalam bidang keuangan. Hal itu bukan tanpa alasan mengingat Liana yang sejak dulu sangat menyukai angka. Baginya, bermain dengan angka adalah sesuatu yang menarik sekaligus menantang.
"Angka adalah hal yang pasti, sesuatu yang jelas dan tak butuh logika. Dia akan tetap sama hingga ke seluruh dunia." _Liana.C_
Sosok Arifin yang dingin, menjadi daya terik tersendiri bagi Liana untuk memilikinya. Namun, sejak dulu cintanya belum atau memang tidak berbalas. Liana hanya bisa menyimpannya rapat-rapat di dalam hati tanpa ada yang tau kecuali Rifa.
Gsdis itu mendengus kesal. "Bisa enggak, jangan bahas itu?"
"Santai kali, Li? Gue tau, kok!"
"Ya kalau tau napa masih tanya, Pok?" (Panggilan kesayangan untuk sahabatnya - Epok)
"Cuma mastiin aja. Gue ada rencana nih biar kalian bisa dekat sama dia."
Liana terdiam sejenak untuk berpikir. Tak lama kemudian dia pun bertanya, "Gimana?"
"Penasaran kan, Elo!" Serunya dan langsung membisikkan sesuatu tepat di telinga Liana.
"Apa?" Liana terkejut hingga membuat seluruh murid yang ada di kelas menatap ke arahnya.
Bersambung.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Rachel dulu berpikir bahwa kesetiaannya akan membuat Brian jatuh hati suatu hari nanti, tetapi ternyata dia salah ketika cinta sejati pria itu kembali. Rachel telah menanggung semuanya-mulai dari berdiri sendirian di altar pernikahan hingga menyeret dirinya sendiri ke rumah sakit untuk perawatan darurat. Semua orang mengira dia gila karena menyerahkan begitu banyak dirinya untuk seseorang yang tidak membalas perasaannya. Namun ketika Brian menerima berita tentang penyakit terminal Rachel dan menyadari bahwa wanita itu tidak akan hidup lama lagi, dia benar-benar hancur. "Aku melarangmu mati!" Rachel hanya tersenyum. Dia tidak lagi membutuhkannya. "Aku akhirnya akan bebas."
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"
Charlee ditinggalkan di altar dan menjadi bahan tertawaan. Dia mencoba untuk tetap tegar, tetapi akhirnya kehilangan semangat ketika dia menerima rekaman hubungan intim tunangannya dan saudari tirinya. Dengan perasaan hancur, dia akhirnya menghabiskan malam yang liar dengan orang asing yang seksi. Itu seharusnya hanya terjadi sekali saja, tetapi pria itu terus muncul, membantunya dengan proyek dan balas dendam, sambil terus menggodanya. Charlee segera menyadari bahwa rasanya menyenangkan berada di dekatnya, sampai mantannya tiba-tiba muncul di depan pintunya, memohon kesempatan lagi. Kekasihnya yang merupakah seorang taipan itu bertanya, "Siapa yang akan kamu pilih? Pikirkan baik-baik sebelum kamu menjawab."
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
"Cinta itu buta!" Laura menyerahkan kehidupannya yang nyaman untuk seorang pria. Setelah menikah dengan pria itu, dia menjadi ibu rumah tangga dan mengurus semua pekerjaan rumah tangga selama tiga tahun tanpa mengeluh. Suatu hari, dia akhirnya tersadar, menyadari bahwa semua usahanya selama ini sia-sia. Suaminya, Nikolas Riyadi, selalu memperlakukannya seperti sampah karena dia mencintai wanita lain. "Cukup! Aku sudah muak membuang-buang waktu dengan pria yang berhati batu!" Dengan patah hati, dia akhirnya mengumpulkan keberaniannya dan mengajukan gugatan cerai. Berita itu segera menjadi viral di internet! Seorang wanita muda yang kaya raya baru saja bercerai? Wanita idaman! Dalam waktu singkat, banyak sekali CEO dan pria-pria muda tampan yang datang untuk mencoba memenangkan hati Laura! Nikolas tidak tahan lagi. Pada sebuah konferensi pers, dia memohon dengan mata berkaca-kaca, "Aku mencintaimu, Laura. Aku tidak bisa hidup tanpamu. Tolong kembalilah padaku." Akankah Laura akan memberinya kesempatan kedua? Baca terus untuk mengetahuinya!
© 2018-now Bakisah
TOP