/0/3672/coverbig.jpg?v=2a72875b78af94d5891c3226d34ceac3)
blurb. Pernikahan Ann dibatalkan, karena ia hamil akibat dilecehkan oleh seorang pria kaya raya. Ann yang tengah berbadan dua harus menghadapi berbagai rentetan musibah. Dimulai dari tuntutan mempelai pria yang meminta semua ganti rugi atas batalnya pernikahan. Ditambah lagi kematian kedua orang tuanya akibat tidak sanggup menahan malu atas aib yang menimpa putrinya. Semua kejadian itu benar-benar membuat Ann frustasi, hingga tidak ada pilihan lain, selain menuruti Marina, yang akhirnya menjadikannya sebagai pekerja klub malam. Kini Ann menghapus kata cinta dalam hidupnya. Tidak adanya keluarga membuat hatinya kian membatu dan selamanya akan seperti itu, hingga Ibrahim kembali ke dalam kehidupannya. Mampukah Ibrahim meluluhkan hati wanita yang telah ia sakiti?
"Faster, Baby ...! Oh ... lebih kencang lagi ... ah ... payah," Bram meracau kesal dengan pelayanan wanita di depannya.
"Ambil ini, dan tinggalkan aku sekarang!" Bram melempar dua lembar duit merah pada wanita berkulit putih itu. Ia terpaksa menahan hasratnya karena permainan yang diberikan lawan mainnya sangat buruk.
Entah apa yang membuat Bram terlihat sensitif malam itu, hingga ia tidak bisa menikmati percintaan sesaatnya.
Imam Ibrahim Setiawan atau yang sering dipanggil Bram adalah seorang putra konglomerat yang kini sudah berusia dua puluh delapan tahun.
Di usia Bram yang sudah tergolong matang, Siti Mayang, sang ibu acapkali menjodohkannya dengan wanita-wanita yang dia anggap layak untuk menjadi menantu di keluarganya.
Namun, Bram yang tergolong sebagai Cassanova saat ini tidak begitu berminat dengan yang namanya pernikahan, apalagi yang namanya perjodohan. Untuk memenuhi hasrat kelelakiannya, ia sering mengencani beberapa wanita. Tentu ia akan bercinta dengan wanita yang berbeda.
"Masak cuma dua ratus ribu?" Wanita panggilan itu merengut, karena biasanya dia selalu dibayar dengan harga di atas satu juta.
"Jadi kamu maunya berapa?" Bram melempar tatapan tajam. "Pelayananmu sama sekali tidak ada menariknya, bahkan aku tidak bisa mendapat puncak kenikmatan malam ini. Sebaiknya kamu pergi sekarang juga, jangan pernah muncul di hadapanku!" bentaknya lagi.
Wanita panggilan itu pun pergi setelah memakai seluruh pakaiannya. Ia menghentakkan kakinya berulang kali karena kesal dengan perlakuan pria yang baru saja dilayaninya. "Untung ganteng, kalo nggak, udah kupotong burungnya dan kukasih buat makanan anjing," kesalnya sembari melangkahkan kaki dengan panjang.
Fajar, sang sekretaris yang mengamati kepergian si wanita pun mulai bertanya-tanya. "Ada apa, ya, kenapa wanita itu terlihat marah?"
Fajar memutuskan mendatangi kamar VVIP di mana sang bos sedang beristirahat.
Tok ... tok ... tok.
Bram yang hendak masuk ke dalam kamar mandi terpaksa menghentikan langkahnya, setelah mendengar ketukan pintu beberapa kali.
"Mau apa lagi wanita jalang itu? Apa dia mau minta duit lagi?" gumam Bram sembari berjalan menuju pintu.
Diputarnya malas knop pintu. "Mau apa lagi?" bentaknya sebelum melihat siapa yang datang.
Suara keras milik Bram hampir memekakkan telinga fajar, hingga refleks pria bertubuh kekar itu menutup kedua telinganya.
"What's wrong?" tanya Fajar pada pria di depannya.
Bram hanya mendengus, lalu melebarkan daun pintu. Setelah itu dia masuk lagi ke dalam ruangan dengan fajar mengekor di belakangnya.
"Aku mandi dulu, terserah kamu mau ngapain!" Bram kemudian masuk ke dalam kamar mandi.
Lima belas menit kemudian, Bram keluar dengan selembar handuk melilit di pinggangnya. "Kamu masih di sini? Aku pikir udah pergi dari tadi." Dia pun mengambil pakaian dan tanpa ragu mengenakannya di depan fajar.
"Ada apa sebenarnya? Nggak biasanya ada wanita yang marah setelah bercinta denganmu?" Fajar memulai obrolan.
"Wanita yang kamu tawarkan itu sangat payah, sama sekali tidak bisa diandalkan. Bagaimana bisa kamu memperkenalkannya denganku?" Bram tampak marah.
"Apa?" Fajar melotot, karena wanita yang disewanya malam itu adalah pekerja malam yang selalu sukses memuaskan para pria hidung belang.
Bram yang melihat ekspresi sekretarisnya pun refleks mengambil bantal dan melempar Fajar tepat mengenai wajah pria itu.
"Tidak usah berlebihan gitu mukamu! Kamu sengaja kan, agar aku berhenti bermain-main dengan wanita?" Bram mendekati pria itu. "Dengar, sampai kapan pun kamu tidak akan pernah bisa mempengaruhiku, apalagi untuk menghentikanku," ucapnya sembari menunjuk wajah Fajar.
Sudah sekitar dua bulan belakangan ini, Fajar mulai mengikuti keinginan Mayang, agar jangan menyediakan wanita untuk Bram.
Sebagai orang kepercayaan di keluarga Mayang, Fajar pun berusaha untuk menyanggupi. Selain itu, ia juga ingin melihat bos sekaligus temannya itu berubah dari kebiasaan buruknya.
Namun, malam ini ia kembali mengingkarinya akibat paksaan dari sang pemilik kuasa.
"Aku kan nggak mungkin tau dia itu wanita jenis apa? Pelayanannya seperti apa? Kamu tau sendiri, aku nggak pernah bermain-main dengan wanita malam. Ih ... sampai kapan pun aku nggak akan berminat." Fajar bergidik ngeri.
"Kamu mau mengejekku?" Bram semakin dongkol.
"Memang kenyataan kamu itu suka main celup sembarangan. Jangan pikir kamu akan sehat terus kalo kamu nggak merubah sifat burukmu itu. Kamu pikir mereka semua itu sehat dan terhindar dari penyakit kelamin?"
"Kurang ajar ... kamu mau menyumpahiku, ya?" Bram bertambah geram dan hendak menyerang.
Fajar sontak berdiri dan mengangkat kedua tangannya. "Ampun, Bos, bukan begitu maksudku. Aku hanya ingin yang terbaik untukmu."
Walau badan keduanya sama-sama tegap, tapi ilmu bela diri yang dimiliki Bram lebih mumpuni. Itu sebabnya Fajar langsung mengalah daripada nanti babak belur dihajar pria yang terkenal keras kepala itu.
Bram tersenyum puas melihat Fajar yang dengan mudah menyerah. Ia pun menghempaskan tubuhnya di atas sofa.
"Jadi apa masalahnya kali ini?" Fajar mengikuti Bram untuk duduk di sofa.
"Biasa. Mama selalu mendesak agar aku segera menikah dengan wanita pilihannya."
Sudah beberapa kali Mayang mengenalkan wanita pada Bram, tapi semuanya ditolak mentah-mentah. Alasannya sama, tidak ada yang cocok dan pas di hati.
"Kamu salah, Bos. Bu Mayang tidak pernah memaksakan keinginannya. Siapa pun itu, kalo memang kamu rasa cocok, pasti akan diterima. Jadi saranku, berhentilah bermain-main dengan perempuan. Aku akan membantumu mencari wanita baik-baik," ungkap Fajar memberi saran.
"Di mana kita akan mencarinya?"
Bram mengajukan pertanyaan bodoh, hingga Fajar yang mendengarnya pun terkekeh geli dibuatnya.
"Dunia ini luas, Bro. Populasi wanita lebih banyak dibanding laki-laki, jadi sangat mudah untuk mendapatkan wanita. Asal kamu tinggalkan kebiasaan burukmu itu, karena wanita baik-baik tidak akan pernah menyukai badboy sepertimu."
"Baiklah. Aku ikut saranmu."
***
Keesokan harinya, di kediaman Mayang.
"Ibrahim, kamu udah siap?" tanya Mayang pada anak sulungnya. Ia sengaja mendatangi putranya di dalam kamar, karena Fajar sudah menunggu dari setengah jam yang lalu.
Hari ini, Bram akan ditugaskan untuk mengunjungi kakeknya di sebuah kota kecil yang terletak di daerah Sumatera Utara.
"Mama, please, jangan memanggilku dengan panggilan seperti itu!" Bram selalu menekankan pada setiap orang agar tidak memanggil dengan sebutan Ibrahim. Baginya, nama itu tidak cocok dengan image-nya.
"Kenapa? Nama itu sangat mulia, dan mama sengaja memberimu nama itu, agar kamu bisa meneladani sifat-sifat terpuji yang dimiliki seorang nabi." Mayang berkata sembari membantu putranya menyusun pakaian ke dalam tas.
Usai berkemas, Bram langsung berdiri. Ia tidak ingin mendengar ceramah ibunya lagi.
"Baiklah, aku pergi sekarang." Bram mencium kedua pipi ibunya, lalu keluar dari kamar menuju lantai satu di mana Fajar sudah menunggunya. Begitu juga dengan Mayang, wanita itu ikut mengantar hingga anaknya masuk ke dalam mobil.
"Semoga kamu dapat jodoh di sana, sama seperti saat papa kamu bertemu dengan mama," bisik Mayang dalam hati.
Mayang berasal dari Sumatera Utara dan Ahmad Fathan Setiawan berasal dari Jakarta. Mereka berdua dipertemukan saat Fathan tengah mengikuti study tour di kota kelahiran Mayang.
Sherly merasa bersalah karena menghabiskan satu malam panas dengan seorang pria beristri. Pagi harinya, dia memutuskan pergi dan meninggalkan pria yang mungkin telah menyukainya sejak awal pertemuan. Namun, kenyataan pahit menghantam kehidupan Sherly tatkala mengetahui dirinya hamil dan keluarganya memaksa untuk membuang darah dagingnya sendiri. Lima tahun berlalu, Sherly mencari anaknya yang ternyata telah diadopsi oleh keluarga Rosell. Lolita yang menggantikan peran Sherly sebagai ibu dari Aarav ternyata adalah istri dari Hansel, pria yang pernah tidur dengan Sherly lima tahun yang lalu. Setelah mengetahui kebenaran itu, Hansel berniat memiliki Sherly seutuhnya, karena sejujurnya hubungannya dengan sang istri bukan berlandaskan cinta. "Aku menyukaimu dari awal pertemuan, dan kamu juga telah melahirkan anakku, maka kamu harus menjadi milikku, hanya milikku," tekad kuat Hansel untuk memiliki Sherly.
Mira yang memiliki cita-cita mulia ingin menjadi seorang psikiater ternyata berbuah manis. Bermula dari rasa kasihan melihat orang-orang gila di sekitarnya. Pada akhirnya dia menemukan bahwa Arsen, pria yang dia cintai selama delapan tahun lamanya, ternyata telah menjadi daftar pasiennya. Bukan hanya itu, ayah yang dia kira sudah meninggalkan dan menelantarkannya, ternyata masih hidup dan menjadi pasien pertamanya di tempat ia memulai pekerjaan.
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Setelah dua tahun menikah, Sophia akhirnya hamil. Dipenuhi harapan dan kegembiraan, dia terkejut ketika Nathan meminta cerai. Selama upaya pembunuhan yang gagal, Sophia mendapati dirinya terbaring di genangan darah, dengan putus asa menelepon Nathan untuk meminta suaminya itu menyelamatkannya dan bayinya. Namun, panggilannya tidak dijawab. Hancur oleh pengkhianatan Nathan, dia pergi ke luar negeri. Waktu berlalu, dan Sophia akan menikah untuk kedua kalinya. Nathan muncul dengan panik dan berlutut. "Beraninya kamu menikah dengan orang lain setelah melahirkan anakku?"
Kisah seorang ibu rumah tangga yang ditinggal mati suaminya. Widya Ayu Ningrum (24 Tahun) Mulustrasi yang ada hanya sebagai bentuk pemggambran imajinasi seperti apa wajah dan bentuk tubuh dari sang pemain saja. Widya Ayu Ningrum atau biasa disapa Widya. Widya ini seorang ibu rumah tangga dengan usia kini 24 tahun sedangkan suaminya Harjo berusia 27 tahun. Namun Harjo telah pergi meninggalkan Widy sejak 3 tahun silam akibat kecelakaan saat hendak pulang dari merantau dan karna hal itu Widya telah menyandang status sebagai Janda di usianya yang masih dibilang muda itu. Widya dan Harjo dikaruniai 1 orang anak bernama Evan Dwi Harjono
Novel ini berisi kompilasi beberapa cerpen dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan penuh gairah dari beberapa karakter yang memiliki latar belakang profesi yan berbeda-beda serta berbagai kejadian yang dialami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dengan pasangannya yang bisa membikin para pembaca akan terhanyut. Berbagai konflik dan perseteruan juga kan tersaji dengan seru di setiap cerpen yang dimunculkan di beberapa adegan baik yang bersumber dari tokoh protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerpen dewasa yang ada pada novel kompilasi cerpen dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Warning!!!!! 21++ Aku datang ke rumah mereka dengan niat yang tersembunyi. Dengan identitas yang kupalsukan, aku menjadi seorang pembantu, hanyalah bayang-bayang di antara kemewahan keluarga Hartanta. Mereka tidak pernah tahu siapa aku sebenarnya, dan itulah kekuatanku. Aku tak peduli dengan hinaan, tak peduli dengan tatapan merendahkan. Yang aku inginkan hanya satu: merebut kembali tahta yang seharusnya menjadi milikku. Devan, suami Talitha, melihatku dengan mata penuh hasrat, tak menyadari bahwa aku adalah ancaman bagi dunianya. Talitha, istri yang begitu anggun, justru menyimpan ketertarikan yang tak pernah kubayangkan. Dan Gavin, adik Devan yang kembali dari luar negeri, menyeretku lebih jauh ke dalam pusaran ini dengan cinta dan gairah yang akhirnya membuatku mengandung anaknya. Tapi semua ini bukan karena cinta, bukan karena nafsu. Ini tentang kekuasaan. Tentang balas dendam. Aku relakan tubuhku untuk mendapatkan kembali apa yang telah diambil dariku. Mereka mengira aku lemah, mengira aku hanya bagian dari permainan mereka, tapi mereka salah. Akulah yang mengendalikan permainan ini. Namun, semakin aku terjebak dalam tipu daya ini, satu pertanyaan terus menghantui: Setelah semua ini-setelah aku mencapai tahta-apakah aku masih memiliki diriku sendiri? Atau semuanya akan hancur bersama rahasia yang kubawa?