"Lagi halangan bu," jawab Dini super simple yang tidak peduli dan asik menggeliat.
Hari ini memang hari pertama Dini masuk kuliah. Setelah lima hari OSPEK, akhirnya Dini resmi jadi mahasiswi. Gelar sarjana sedang menanti didepannya.
Sebenarnya dia malas kuliah ambil jurusan Bahasa Inggris. Selain karna keinginan ayahnya. Juga tidak ada pilihan lain karena kampusnya over agamis.
"Kalau kamu tidak mau bangun dan siap-siap ngampus, jangan harap bisa sarapan!" Ibunya mulai memberikan ancaman sebab anak gadisnya susah dibangunkan.
Dini langsung bangkit bak mayat hidup berjalan. Begitu bangun langsung nyambar buku primbon. Dia ingin menafsirkan mimpinya yang membanggakan, jadi host besar di acara televisi terkenal. Diubleknya buku kuno itu, tapi yang dicari tidak ada.
"Dini anak Ibu yang paling cantik, ayo mandi sayang!!!" ibunya mulai jengkel, tapi sangat menyayanginya.
"Ia bu ... asal traktir lalab timun ya!" ujar Dini nawarin fair solution.
Dia memang punya adat unik, suka mennggadoh sayuran timun layaknya cemilan. Kuotanya sehari satu. Bukan sok ikutan popeye yang wajib nggadoh bayam! sehari tidak nyaplok timun mukanya bisa kering, terutama dibagian samping bibir, kering bak iler yang nempel dan mengering di pinggir bibirnya. Dia percaya bahwa timun dapat melembabkan wajah bahkan membuat wajah menjadi mulus. Timun baginya sugesti. So, kalau disuruh milih daging ayam atau timun dia pasti gundah gulana.
***
Setelah mandi dan siap-siap, Dini keluar kamar. Menagih janji kepada ibunya. Namun sebelum Dini angkat bicara, ibunya nyambar duluan.
"Aduuuhh ... jangan pake baju itu!!!" perintah ibunya.
Dini bingung karena ini hari pertamanya kuliah dan sekolah pake baju bebas.
"Memangnya kenapa bu?" tanya Dini.
"Cari baju yang ada kantongnya, biar bisa naruh uang di saku baju sayang," ibunya bertausiyah sambil masuk kamar dan balik lagi membawa bajunya.
"Nih pake, baju ibu waktu masih muda!!!" ibunya mesam-mesem liat muka anaknya nan lugu.
Sebenarnya Dini malu pakai baju ibunya. Norak!!! warnanya juga orange, pink ngejreng, mana kantongnya ada empat, diatas dua dibawah dua.
"Tuh kan cantik anak ibu," hibur ibunya sa'at Dini selesai pakai baju.
Ibu langsung kasih jatah uang transportasi sepuluh ribu. Diletakkan di saku kanan atas dan jatah uang makan siang sepuluh ribu di saku kirinya. Tidak ketinggalan tissu basah untuk ngelap muka Dini yang gampang kering, ditaro oleh ibunya di saku kanan bawah baju. Dini diam mematung bak penghuni pancoran.
Ibunya memang over perhatian. Waktu SMA pun begitu, Dini beli buku kimia. Ibunya langsung kepo dan memang ibunya selalu pengen tahu apapun yang terjadi dengan anak-anaknya. Sa'at ibu melihat buku kimianya, ibu langsung protes,
"kenapa bukunya tidak diberi nama, nanti bisa tertukar dengan temanmu."
Ibu langsung mengambil tinta untuk mengukir nama anak kesayangannya di buku kimia itu.
Nama, kelas, sekolah sangat lengkap. Terus buku kimianya disampul plastik agar rapih, persis seperti buku milik Mpeb ponakan Dini yang masih kelas tiga SD.
Dini mencium tangan ibunya dan mencubit pipi tembem Sultan, adik laki-lakinya. Dini pamit. Dan pergi menuju kampus dengan angkutan umum.
***
Dini sudah sampai di kampus. Dini berjalan menuju kelas. Setelah buka pintu, Dia langsung disambut mesra oleh teman-temannya. Mawar, Nia, Nina dan Rahma. Mereka sudah resmi sahabatan seminggu yang lalu.
"Morning sweety, you udah maem breakfast belum?" sapa Nia si perusak bahasa penuh ceria.
Ada Mawar, Nani, dan Rahma juga yang menghampiri Dini sambil cipika-cipiki ala penghuni Inggris sungguhan. Hari pertama kuliah, dosen bolos ngajar. Hal ini membuat mahasiswa merasa merdeka. Mereka berlima langsung pergi ke markas negara. Alias kosan Mawar si pemilik mata genit, penggoda lawan jenis.
"Semalem aku mimpi keren, jadi Host besar di acara televisi, ada yang tahu arti mimpi itu tidak ?" rintih Dini penuh harap, agar salah satu dari temannya bisa menafsirkan mimpinya.
Dini yang fanatik dengan ramalan dan hal-hal kuno, selalu observasi dan mencatat hasil penelitiannya dibuku wasiat kesayangannya. Alias buku Diary kalau kata orang alay.
Nani si ustadzah yang punya hobi ceramah di musholah terdekat, langsung ber-argumentasi,
"Sesungguhnya mimpi hanyalah bunga tidur, jadi menurut aku jangan terlalu mikirin arti mimpi. Ya, aku doa'in semoga kamu jadi Host beneran."
Pasukan yang lain mesam-mesem denger dakwah si Nani.
Hanya Rahma yang menahan tangis. Meski baru sahabatan satu minggu, teman-temannya tahu betul apa yang dirasa Rahma. Dia suka nangis kalau perutnya perotes lapar, jilbab-nya dia remas-remas karena menahan kesal. Kalau tidak begitu Rahma bakal ngamuk dan dampaknya teman-teman yang akan kena getahnya.
Akhirnya, mereka pesen makan kecuali Dini, di warteg depan kos-kosan Mawar.
"Kamyu tidak makan, beby?" tanya Mawar si pemilik kamar kos.
Dini meringis mengabarkan bahwa dirinya menginginkan sesuatu.
"Kenapa you tertawa seperti itu?" Nia berkicau.
Dengan kebal rasa malu, Dini mengatakannya, "Lalab timunnya buat aku aja ya, teman-teman !!"
Teman-teman mulai paham, kalau Dini yang hobi ngarang dan buat gambar kartun ternyata hobi nggadoh timun juga.
"Ooooohh, timun. Let's take it sweety, jangan malu-malu !" dengan senyum manis ala gula pasir Nia memberi jatah timunnya untuk Dini.
Teman-teman lain pun tidak mau kalah, memberikan lalab timunya pada Dini. Awal ngampus yang menyenangkan, Dini panen timun dari teman-temannya.
***
Setelah pulang kuliah. Dini disambut pelukan hangat oleh Sultan si jagoan ciliknya. Sultan menagih kado ulang tahunnya. Dini mendadak amnesia karena lupa kalau hari ini adiknya ulang tahun.
"Busyet! jadi tatan ulang tahun hari ini, kakak inget ko, tapi kado-nya ketinggalan di rumah temen kakak. Besok kakak ambil, trus kakak kasih buat tatan yah hehe," Dini kaget, tapi dia tidak ingin membuat jagoan ciliknya sedih karena kakaknya lupa membeli kado, jadi Dini mencoba menipu adiknya yang lugu nan tampan itu.
Ibu langsung menceramahi dirinya.
"Dini cepat cuci kaki, cuci tangan, cuci muka dan ganti pakaian."
Ibunya memang belum sadar. Kalau anak gadisnya sudah hampir 19 tahun, Dini merasa dirinya disamakan dengan Sultan, adiknya yang masih berusia 4 tahun.
Setelah perintah dilaksanakan dengan baik, Ibu bersuara lagi. Memerintah Dini untuk memandu acara ulang tahun adiknya yang ke empat tahun. Sebentar lagi acara akan dimulai, sementara Dini tidak mempersiapkan apa-apa.
Lima menit lagi, Dini akan menjadi Host kecil alias MC. Dini tiba-tiba teringat mimpinya yang tadi malam. Yang akhirnya terjawab sekarang. Jadi host beneran. Membawakan acara ulang tahun adiknya.
Satu sekolah TK dan empat desa kumpul di rumah ibunya. Dini sedih karena ayahnya sibuk berlayar di Jepang. Mengarungi samudra dan lautan, untuk mencari uang di negri tetangga. Tapi, Dini juga bahagia karena dia paham arti dari mimpinya semalam.
Acara pun game over, Sultan sangat bahagia karena daoat banyak kado dari teman-temannya. Tinggal kado dari kakaknya yang belum ada. Sultan mencoba mengingatkan kakaknya sebelum tidur.
"Kak, jangan yupa, becok ambiy kado diyumah temen kakak-nya ya! Muuachh," Sultan mencium pipi kakaknya.
Sebelum tidur, Dini mewajibkan dirinya untuk menulis di buku diary. Pikirnya, sejarah hidup harus diCATAT, karena penting. Memang sejarah bisa disimpan di memory otak, tapi Dini berusaha sedia payung sebelum hujan. Menurut prediksinya bertambah usia, akan berkurang daya ingat. Sebelum waktu itu tiba dan memory otak Dini mulai lowbet. Dia udah punya cadangan buku diary, yang kapanpun bisa di baca ulang dan di ingat lagi sejarah hidup yang dia lupa.
***