Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Mari Selingkuh
Mari Selingkuh

Mari Selingkuh

5.0
112 Bab
2.4K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

"Pak, mari kita selingkuh!" Julia adalah seorang mahasiswi jurusan Hukum Tata Negara yang harus merenggang nyawa setelah jatuh dari gedung lima belas lantai. Namun ia malah terbangun di tubuh yang berbeda, sebagai Ranesha, tokoh sampingan dalam sebuah webtoon yang Julia sukai. Demi menghindari akhir cerita yang tragis, ia mengajak atasannya, Hail Delmara, untuk selingkuh. Berhasilkah Ranesha mendapatkan hati Hail, sang suami dari pemeran utama wanita?

Bab 1 Terjebak Dalam Tubuh Tokoh Figuran

“Karena aku mencintaimu, aku rela menjadi wadah di mana kau bisa bahagia, meskipun bukan denganku. Jadi kumohon, jangan buang aku.” Suara pria itu terdengar begitu lirih. Tatapan sendunya sepilu rembulan tanpa pantulan sinar mentari.

Hail bahkan berlutut di hadapan wanita yang sangat ia kagumi. “Istriku, tolong … jangan pergi.” Sekali lagi, ia mencoba untuk meraih apa yang tak mungkin untuk dimiliki.

“Tidak bisa. Aku ingin hidup bebas dengan Aron.” Percuma. Meriel tetap memandangnya dengan dingin sampai akhir.

Meskipun Hail telah memohon seperti pengemis. Walaupun lelaki itu rela membuang harga diri bahkan segala hal yang telah ia perjuangkan semasa hidupnya. Semua itu tidak cukup untuk menggapai hati Meriel. Wanitanya bukan miliknya. Bahkan sampai akhir, Meriel menolak cinta Hail dengan cara yang paling menyakitkan.

Bersambung. Perjuangan Cinta Meriel. Bab 33 : Losing You.

Itu adalah chapter terakhir yang sempat Julia baca, sebelum akhirnya ia kehilangan kendali dan terjatuh dari gedung dengan lima belas lantai.

Darahnya berceceran di mana-mana. Organ-organ tubuhnya tersebar ke luar dari rongga. Sahutan teriakan menjadi teror pemanggil keramaian di malam yang dingin, ketika fenomena aphelion tengah menerpa bumi dan matahari. Kematian mengenaskan tanpa tangisan dari orang terkasih. Begitulah akhir dari hidup gadis yang masih berstatus sebagai mahasiswa aktif tersebut.

Namun sebuah keajaiban tidak terduga terjadi. Ketika semesta mulai memainkan peran mistisnya yang paling misterius.

“Aku masih hidup?” Mata sipitnya menatap penuh keheranan kedua telapak tangan yang bersih. Tubuhnya juga terlihat tidak dipenuhi luka walaupun memang terasa sedikit nyeri pada beberapa bagian.

“No-Nona Muda sudah bangun!” Seorang wanita dengan pakaian khas pelayan menjerit terkejut. Nampan dengan mangkuk besar berisi air hangat untuk membasuh tubuh majikannya terlepas dan membasahi lantai.

Gadis yang masih tenggelam dalam kebingungan itu menoleh. Wajahnya penuh tanda tanya. “Nona Muda?” ulangnya pelan.

“Saya sangat khawatir! Bagaimana bisa Anda jatuh dari tangga?” Pelayan itu langsung memeluk dengan erat, berderai air mata.

“Jatuh dari tangga?” Majikannya telihat sangat linglung.

Menyadari hal tersebut, sang pelayan segera bertindak. “Saya akan memanggil dokter dulu!” pamitnya langsung berlari meninggalkan gadis berambut cokelat sebahu itu.

Tidak butuh waktu lama untuk mendatangkan seorang dokter ke kamar nan megah ini.

Dokter dengan nama Sylvia di baju bagian kanannya itu tersenyum lembut setelah melakukan beberepa pemeriksaan, ia pun menjelaskan, “Nona Muda hanya sedang mengalami kebingungan pasca jatuh dari tangga seperti itu. Lambat laun Anda akan segera pulih total. Perbanyak istirahat serta minum obat yang saya resep dengan teratur.”

Gadis yang diajak bicara itu semakin bingung. “Saya jatuh dari tangga?”

“Benar, Nona.”

“Bukan jatuh dari gedung lima belas lantai?” selidik sang gadis lagi.

Sylvia tergelak ringan. “Bukan, Nona.”

“Sungguh?” Sayangnya pasien itu tidak terlihat percaya.

“Kalau Anda jatuh dari gedung lima belas lantai, harusnya Anda sudah mati,” jawabnya sedikit tidak sopan.

Iya, harusnya begitu. Dia memang sudah mati. Perasaan sakit ketika nyawa meninggalkan badannya masih terasa, itu adalah hal yang nyata. Jadi apa yang sebenarnya terjadi? Tempat mewah dan orang-orang asing ini juga adalah kenyataan. Masa ini surga?

“Lily, tolong laporkan setiap perkembangan Nona Ranesha, ya?” pinta Sylvia pada pelayan yang sibuk membersihkan lantai basah karena ulahnya sendiri.

“Tentu saja, Dokter Sylvia, akan saya lakukan.”

Dokter Sylvia pun segera pamit undur diri. Meninggalkan tanda tanya besar dalam diri pasiennya.

‘Ranesha? Siapa itu? Terdengar tidak asing tapi namaku kan Julia, bukan Ranesha.’

“Nona Ranesha, di luar ada tamu yang ingin menjenguk Anda.” Pelayan yang diketahui namanya adalah Lily tadi menghampiri majikannya dengan wajah berseri-seri.

“Siapa?” Maksud gadis ini adalah mempertanyakan kenapa Lily memanggilnya dengan nama orang lain.

“Atasan Anda, Pak Hail,” sahut Lily salah paham.

Namun jawaban tersebut berhasil memutar otak gadis ini sebanyak seratus delapan puluh derajat. Hail, nama yang sangat familier baginya. Nama dari tokoh webtoon yang ia sukai.

‘Tidak mungkin.’

Sangat konyol jika berpikir bahwa jiwanya berpindah dimensi seperti dalam novel dan film fantasi.

Mata Ranesha membola besar. “Apa nama belakang Hail adalah Delmara?” selidiknya.

Lily tampak sedikit ketakutan. Apa majikannya mengalami cedera kepala yang parah?

“Iya, Nona Ranesha.”

‘Tidak mungkin.’

Bahkan segalanya terlihat cocok dan sempurna sebagai jawaban atas kebingungan ini.

“Apa dia adalah CEO dari Delmara Company?”

“I-iya, Nona.” Sekarang Lily benar-benar terlihat takut.

Rahang Ranesha terbuka lebar-lebar seolah itu bisa lepas kapan saja. “Apa aku … adalah Ranesha Seibert? Sekretaris dari Hail Delmara?” tanyanya lagi tidak habis-habis.

Tubuh Lily gemetar hebat, air sudah menggenang di bawah pelupuk matanya. “Nona, apa saya harus panggil Dokter Sylvia saja?”

“Tidak usah.” Ranesha mengibaskan tangan. “Aku pasti sedang berada di surga,” takjubnya seperti orang yang berhalusinasi setelah memakai narkoba.

Lily yang sudah tidak sanggup melihat keanehan majikannya memilih untuk pamit undur diri, di depan pintu masuk ia bersemuka dengan sosok pria yang mengenakan setelan jas rapi dengan sekeranjang buah-buahan di tangan kekar laki-laki itu.

“Tuan Hail? Silahkan masuk, Nona Ranesha barusan siuman.”

“Terima kasih.” Hail segara masuk, meletakan bawaannya tadi di atas nakas dan duduk di kursi samping kasur. Mendapati sekretarisnya yang tersenyum-senyum seperti orang gila.

“Ran, kau benar-benar tidak baik-baik saja,” komentar pria itu. Wajahnya terlihat lesu mungkin efek dari kelelahan bekerja.

Ranesha segera menoleh untuk melihat siapa yang mengajaknya bicara. Bola mata gadis itu seperti akan ke luar mendapati sosok laki-laki yang selama ini hanya ia bisa lihat di layar ponsel.

“Hail?” Saking terkejutnya Ranesha ingin jungkir balik saja sekarang.

“Benar. Aku datang ke sini sebagai teman, bukan partner kerja.” Hail merasa sedikit aneh karena tumben sekali Ranesha bersedia memanggilnya dengan nama.

Tanpa basa-basi Ranesha menangkup wajah Hail dengan kedua tangan. “Apa kau bidadaranya? Malaikat maut? Penjaga pintu surga? Hadiah terbaik Tuhan untuk menemaniku?” racau gadis itu menatap Hail seolah dapat menelan pemuda tersebut detik ini juga.

Punggung Hail menegang, ia terkesiap. “Kau masih dalam pengaruh obat?” Ia segera menepis tangan Ransha dari wajahnya.

Namun sekretarisnya ini malah memandang Hail seperti serigala kelaparan yang ingin menerkam mangsanya dengan penuh nafsu. Membuat bulu kuduk Hail merinding hebat.

“Ran, kau terlihat tidak waras sekali, butuh dokter?”

Sayangnya Ranesha malah melakukan penelitian singkat. Alis tebal yang hampir bertaut, hidung mancung seperti paruh burung, mata beo beriris cokelat emas dan banyak garis kelopak, bibir yang tidak tipis tapi tidak tebal yang sempurna, serta dagu dengan garis tegas menyesuaikan rahang.

“Bidadaraku!” pekiknya spontan menerjang Hail.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY