Suami yang diam-diam tega membagi hati dan berselingkuh, bukan hanya harus diberi pelajaran, tapi juga harus ditinggalkan. Bagaimana cara Indira menghadapi Agung dan Zahra yang tak tahu malu. Simak kisah selengkapnya.
Suami yang diam-diam tega membagi hati dan berselingkuh, bukan hanya harus diberi pelajaran, tapi juga harus ditinggalkan. Bagaimana cara Indira menghadapi Agung dan Zahra yang tak tahu malu. Simak kisah selengkapnya.
Brak!
Pintu terbuka sedikit kencang. Disusul suara langkah kaki yang seperti sengaja di hentak-hentakan, membuatku yang sedang sholat dzuhur sedikit terganggu, berkurang rasa khusyu dalam beribadah.
Setelah uluk salam, segera kutemui si pemilik langkah kaki yang ternyata anakku, Adi. Dia duduk selonjoran di sofa dengan pandangan menerawang ke atas.
"Eh, pulang sekolah kok nggak ucap salam?" Kudekati dia dengan duduk di sebelahnya namun tak ada sahutan, bujangku itu hanya diam tak merespon. Bahkan menoleh pun tidak. Sepertinya tengah kesal, tapi karena apa, akupun tak tahu.
"Adi, ditanya kok nggak jawab?" tanyaku penasaran. Pikiranku jadi menerawang, mungkinkah dia ada sedikit masalah di sekolahnya. Atau ada hal yang membuatnya kesal hingga membawa masalahnya hingga ke rumah.
Dia mencebik kesal, sambil menoleh dengan muka marah.
"Bu, ibu kenapa sih nggak cerai aja dengan ayah?" Deg, apa maksudnya? kenapa tiba-tiba dia berkata demikian. Padahal dia baru kelas tiga sekolah dasar dan belum mengerti arti perceraian. Aneh.
"Loh, Di. Maksud kamu apa, kok ngomong gitu sama ibu? Nggak boleh lho, anak kecil bilang begitu. Memang kamu tahu artinya apa," ucapku saat wajahnya terlihat masam.
"Udah, ah. Percuma ngomong sama Ibu." Adi berjingkat pergi menuju kamarnya dan membanting pintu. Blug!
Ada apa dengan anak itu.
Tok tok tok!
Belum hilang keherananku, tiba-tiba pintu depan ada yang mengetuk. Segera kubuka dengan penasaran.
"Bu, Bu Indira, maaf nih saya ganggu. Bu Indira sudah tahu kabar suaminya belum?" Rupanya Bu Dewi tetangga dekat mertuaku yang datang. Dilihat dari deru nafasnya, seperti habis berlari dan dikejar anjing galak. Entah ada apa sebenarnya.
"Tenang dulu, Bu Dewi, sini masuk dulu." Aku mengajaknya masuk dan menyuruhnya duduk, lalu ke dapur untuk mengambil air putih dan kembali lagi ke depan.
Segelas air putih ditandaskan dalam waktu sekejap saja. Setelah kulihat agak tenang, barulah aku mengajaknya bicara.
"Bu Dewi, kenapa? Coba ceritakan apa yang terjadi," pintaku cepat. Wanita paruh baya itu terlihat menarik nafas panjang.
"Bu Indira, kok Bu Indira tenang-tenang aja dirumah sih. Memang belum tahu kabar suaminya sekarang?" tanyanya seperti keheranan.
"Tahu apa, Bu?" Giliranku kini yang penasaran dengan apa yang tengah terjadi dengan suamiku.
"Lho, emang Bu Indira nggak tahu kalau sekarang suami Bu Indira lagi di rumah ibunya, bawa perempuan muda, cantik, lagi hamil juga kayaknya," tutur Bu Dewi dengan tatapan penuh ke arahku yang melotot.
"Apa!?" tanyaku tak percaya.
"Iya, Bu, benar. Bahkan Adi juga tadi habis dari rumah neneknya. Emang dia belum cerita sama Bu Indira?" Bu Dewi bicara penuh penegasan dengan kening bertaut melihatku yang heran. Aku menggeleng cepat. Pantas saja tingkahnya terlihat beda.
"Apa maksud Bi Dewi, jangan bercanda deh, nggak lucu!" ucapku tak percaya.
Iya, Bu, bener. Masa saya bohong soal beginian. Bahkan Adi juga tadi habis dari rumah neneknya. Memang dia belum bercerita sama Bu Indira?" Raut wajah heran itu semakin kentara saat melihatku.
"Sebaiknya Bu Indira datang ke sana saja kalau nggak percaya."
Entah kenapa tiba-tiba seperti ada yang menonjok dalam dada.
Sakit, sangat sakit. Apakah benar yang dikatakan Bu Dewi ini, entahlah. Namun jika benar Mas Agung membawa perempuan lain ke rumah ibunya, kenapa tak ada satu orang pun kerabat dari mertua yang memberitahuku. Dan kalau itu benar, pantas saja Adi datang ke rumah dengan wajah yang ditekuk tidak seperti biasanya. Bahkan tadi sempat bilang 'cerai' segala.
'Ah rasanya sakit dan sulit dipercaya jika Mas Agung berkhianat.
"Bu Indira, Bu, kok malah bengong. Ya udah, Saya mau pulang dulu takut anak-anak nyariin." Bu Dewi keluar dari rumah setelah mengucap salam yang hanya kujawab dalam hati.
Aku harus pergi untuk memastikan.
Ya Tuhan. Kenapa rasanya sakit sekali, meski itu belum tentu benar.
Segera kusambar pashmina instan yang tergantung di belakang pintu kamar. Aku harus memastikan kabar yang baru saja kudengar, agar jangan sampai ada kesalahpahaman juga agar aku tidak berprasangka buruk, karena belum tentu benar adanya.
Setelah pamit pada Adi yang sama sekali tak menyahut ucapanku, segera kuhidupkan motor matic putih menuju kediaman mertuaku yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumahku yang dibangun masih di tanah mertua. Hanya berjarak lima ratus meter saja.
Sengaja ku kendarai motor dengan kecepatan rendah, agar aku bisa menata hati dan tidak bertindak anarkis jika saja hal yang menimpa mas Agung benar adanya. Aku tak boleh gegabah dengan melakukan hal yang akan membuatku malu disana nantinya. Kebiasaan emosiku dari dulu memang sulit ditaklukkan.
Aku juga terbiasa bepergian sendiri karena Mas Agung sangat jarang mengantarku. Apalagi beberapa waktu ini, Mas Agung selalu tak ada waktu untukku dan Adi.
Sampai di depan rumah mertua, tampak Yanti, adik Mas Agung tengah memainkan ponselnya di teras. Seakan tahu aku yang datang, segera dia mengangkat satu kakinya dengan menumpangkan ke kaki lainnya. Sombong memang Yanti, tak berubah sikapnya padaku meski Ayah Mertua berulang kali menasehati. Padahal aku tak pernah mengusik atau menyulitkannya.
"Assalamualaikum, Yan. Apa Mas Agung ada di dalam?" tanyaku sopan, namun diabaikan salamku. Gadis itu seakan-akan budeg, bahkan sama sekali dia tak menoleh ke arahku.
Dasar anak ini!
Tak menunggu perintah, aku memasuki rumah. Tak ada siapa-siapa di ruang tamu, hanya ketika berjalan ke arah ruang keluarga, tampak Doni, yang juga adiknya suamiku tengah asyik menonton film kartun. Film yang biasanya ditonton anak kecil itu terlihat begitu dia nikmati. Doni tertawa seakan asik sekali menontonnya.
Aku berdehem pelan.
Doni menoleh sedikit kaget, namun tak lama kemudian dia kembali mengalihkan pandanganya ke layar 63 inci di depannya. Sama seperti Yanti, dia pun seakan tak peduli padaku yang mematung di sebelahnya.
"Eh, Indira, kamu datang, Nak?" Ibu Mertua melangkah keluar dari arah dapur. Mukanya tampak kusut, matanya sedikit memerah seperti bekas menangis. Entah kenapa perasaanku semakin tidak enak.
"Dimana Mas Agung, Bu?" Tanpa basa-basi aku menanyakan keberadaan suamiku. Rasa penasaran serasa membuat darahku naik, apalagi mendapati Doni dan Yanti tadi yang memang sengaja mengacuhkanku.
Menyebalkan sekali kedua orang itu.
"Duduk dulu, Nak," pinta Ibu sambil meraih tanganku, namun segera kulepaskan dengan tangan kiriku dan kugenggam balik dua tangannya.
"Aku kemari bukan untuk duduk, Bu. Tapi mencari Mas Agung yang sudah seminggu ini tidak pulang," ucapku penuh penegasan.
Ibu menatap lirih dan seperti berat untuk menjawab. Namun perhatianku justru tertuju ke pintu kamar tamu yang tertutup rapat, dan terdengar suara wanita cekikikan dari dalam.
Bukankah di rumah ini yang perempuan muda, hanya Yanti? Itu pun sedang duduk di luar sambil memainkan ponselnya.
Lalu suara siapa di sana?
Segera kulangkahkan kaki dan meninggalkan Ibu yang mulai terisak.
"Sabar, Nak, tahan emosimu," lirihnya sambil mencoba menahan langkahku. Namun tak menyurutkan niatku untuk menuju ke sumber suara.
"Lepaskan Indira, Bu. Biarkan Indi tahu semuanya," ucapku pelan tak kuasa sakit.
"Wah, kayaknya akan ada perang dunia nih." Terdengar perkataan Doni dari belakang disusul suara tawanya yang seakan mengejek. Namun aku tak peduli. Semuanya harus segera terungkap.
Dan akan kuhadapi apapun kenyataan yang sebenarnya.
Tunggu saja kalian yang di dalam, aku akan segera mengetahuinya.
Aku Indira, tidak akan diam saja.
INI HANYA INSPIRASI. CATET YA! Pernikahan yang kujalani dengan suamiku tak seindah yang dipikirkan orang-orang. Lika-liku kehidupan sudah kujalani apalagi harus berulang kali memaklumi perselingkuhan Mas Raga dan wanita itu, hanya demi satu kata, buah hati. Tapi kata-kata dari pelakor itu seakan menamparku seolah aku wanita bodoh yang terus memaafkan sebuah pengkhianatan. Aku Nazeea Athaya, dan inilah kisahku.
Aku tidak masalah ibu datang berkunjung jika niatnya baik. Namun jika kedatangannya hanya untuk membuat perkara apalagi dengan memfitnahku, Maka maaf Bu, aku tidak bisa membiarkannya begitu saja. Baca novel kesekian saja di bakisah, happy reading!
Aisyah ditinggalkan oleh suaminya hanya karena kulitnya yang burik. Tanpa Andra tahu jika keadaan bisa berubah. Aisyah berubah dalam waktu sekejap dan itu membuat Andra menyesal telah membuangnya. Namun demikian mereka terlibat hubungan dimana mereka harus berpura-pura untuk baik-baik saja di depan kedua orang tua mereka.
Edwin Yogaswara tak menyangka akan dinikahkan dengan paksa oleh lelaki bernama Gunadi dan disuruh menikahi putrinya. Yang lebih mengejutkan lagi, istrinya yang bernama Melati Anastasia itu ternyata selain sombong, angkuh, juga tengah berbadan dua alias hamil lima bulan. Kenyataan itu membuat Edwin syok, dan marah karena selain merasa di paksa juga merasa di tipu mentah-mentah. Bagaimana lika-liku perjalanan kisah rumah tangga mereka? Akankah tumbuh cinta diantara keduanya? Ataukah mereka akan berakhir begitu saja, dengan keegoisan masing-masing? Baca sekarang juga.
Christian Oliver adalah seorang CEO yang tampan, mapan, kaya dan juga terkenal karena kepiawaiannya dalam mengelola bisnis. Namun, hidup Christian sungguh menyedihkan. Di usianya yang akan menginjak usia 29 tahun, dirinya tidak diijinkan oleh Sang Ayah untuk berhubungan dengan wanita manapun.Alasannya karena dirinya sudah dinikahkan sejak remaja dengan Olivia, anak dari sahabat Sang Ayah. Masalahnya adalah, Olivia hingga saat ini masih belum ditemukan keberadaannya, walaupun Christian sudah mencarinya selama bertahun-tahun. Padahal tanpa Christ sadari, Olivia selalu berada dekat di sampingnya.
Kumpulan cerita seru yang akan membuat siapapun terbibur dan ikut terhanyut sekaligus merenung tanpa harus repot-repot memikirkan konfliks yang terlalu jelimet. Cerita ini murni untuk hiburan, teman istrirahat dan pengantar lelah disela-sela kesibukan berkativitas sehari-hari. Jadi cerita ini sangat cocok dengan para dewasa yang memang ingin refrehsing dan bersenang-senang terhindar dari stres dan gangguan mental lainnya, kecuali ketagihan membacanya.
Seri Terjebak - Episode I: Terjebak dengan sang CEO. Dibius pada suatu malam oleh mantan pacarnya, seorang pria misterius memanfaatkan tubuhnya dalam malam yang menyenangkan. Untuk membalas dendam, dia menikahi pria itu, dan memanfaatkannya. "Selama aku masih hidup, aku adalah istri sahnya, sedangkan kalian semua cuma wanita simpanan." Dia tetap bersikeras bahkan ketika pria itu terlibat dalam skandal dengan wanita lain. Akhirnya dia pergi setelah mengetahui bahwa pria itu telah mengkhianatinya lagi. Tetapi nasib membawanya kembali kepada pria itu beberapa tahun kemudian, yang membuatnya menjadi heran. Pria itu sudah mendapatkan apa yang diinginkan darinya, tetapi dia tidak mengerti mengapa pria itu masih ingin menyiksa dan menghantuinya.
Cerita ada adengan dewasa harap pengertian bagi pembaca Satria seorang pensiunan tentara yang sekarang meneruskan bisnisnya yang bergerak dalam bidang jasa pembangunan. satria yang memiliki keluarga bahagia dan di kenal sosok yang alim harus terjebak dalam birahi nafsu di puber keduanya, dan perjalan kisah yang tidak di sangka yang akan terjadi pada dia dan orang sekitarnya termasuk keluarganya
"Jang, kamu sudah gak sabar ya?." tanya Mbak Wati setelah mantra selesai kami ucapkan dan melihat mataku yang tidak berkedip. Mbak Wati tiba tiba mendorongku jatuh terlentang. Jantungku berdegup sangat kencang, inilah saat yang aku tunggu, detik detik keperjakaanku menjadi tumbal Ritual di Gunung Keramat. Tumbal yang tidak akan pernah kusesali. Tumbal kenikmatan yang akan membuka pintu surga dunia. Mbak Wati tersenyum menggodaku yang sangat tegang menanti apa yang akan dilakukannya. Seperti seorang wanita nakal, Mbak Wati merangkak di atas tubuhku...
Madison selalu percaya bahwa suatu hari dia akan menikah dengan Colten. Dia menghabiskan masa mudanya dengan mengagumi Colten dari jauh, bermimpi tentang kehidupan masa depan mereka bersama. Namun, Colten selalu bersikap acuh tak acuh padanya, dan ketika dia meninggalkannya di saat Madison sangat membutuhkannya, barulah dia menyadari bahwa Colten tidak pernah mencintainya. Dengan tekad baru dan semangat untuk melanjutkan hidup, Madison pergi. Peluang tak terbatas terbentang di depannya, tetapi Colten tidak lagi menjadi bagian dari rencananya. Colten bergegas ke tempat Madison dengan panik. "Madison, tolong kembalilah padaku. Aku akan memberikan segalanya untukmu!" Namun, yang membuka pintu adalah pamannya yang berpengaruh. "Dia bersamaku sekarang."
Kisah seorang gadis yang tersesat dalam cinta seorang CEO yang sangat menggilai nya. -Andreas Johnson. "Kamu tak akan bisa lari dariku, karena kemana pun kamu pergi pasti akan aku temukan dirimu sayang." -Ziana Hauwel. "Cintamu membuatku tertekan, tetapi anehnya aku pun suka, walau mulutku berkata tidak tetapi tidak dengan hatiku. Hatiku selalu dan tubuhku menginginkan sentuhan darimu dan mengiyakan cintamu." Bagaimana kah nasib Ziana atau lebih di kenal dengan Zia nantinya?! Apakah akan berakhir bahagia? Ataukah tidak? Karena di cintai oleh CEO gila. CEO yang sangat tergila gila kepadanya. Nantikan jawabannya ya di novel ini "Cintaku tersesat di CEO gila" Warning mengandung konten dewasa 18+ kalau basah dosa di tanggung sendiri!!
© 2018-now Bakisah
TOP
GOOGLE PLAY