/0/5444/coverbig.jpg?v=2cc5085ae757e81d725ecc726f382380)
Suami yang diam-diam tega membagi hati dan berselingkuh, bukan hanya harus diberi pelajaran, tapi juga harus ditinggalkan. Bagaimana cara Indira menghadapi Agung dan Zahra yang tak tahu malu. Simak kisah selengkapnya.
Suami yang diam-diam tega membagi hati dan berselingkuh, bukan hanya harus diberi pelajaran, tapi juga harus ditinggalkan. Bagaimana cara Indira menghadapi Agung dan Zahra yang tak tahu malu. Simak kisah selengkapnya.
Brak!
Pintu terbuka sedikit kencang. Disusul suara langkah kaki yang seperti sengaja di hentak-hentakan, membuatku yang sedang sholat dzuhur sedikit terganggu, berkurang rasa khusyu dalam beribadah.
Setelah uluk salam, segera kutemui si pemilik langkah kaki yang ternyata anakku, Adi. Dia duduk selonjoran di sofa dengan pandangan menerawang ke atas.
"Eh, pulang sekolah kok nggak ucap salam?" Kudekati dia dengan duduk di sebelahnya namun tak ada sahutan, bujangku itu hanya diam tak merespon. Bahkan menoleh pun tidak. Sepertinya tengah kesal, tapi karena apa, akupun tak tahu.
"Adi, ditanya kok nggak jawab?" tanyaku penasaran. Pikiranku jadi menerawang, mungkinkah dia ada sedikit masalah di sekolahnya. Atau ada hal yang membuatnya kesal hingga membawa masalahnya hingga ke rumah.
Dia mencebik kesal, sambil menoleh dengan muka marah.
"Bu, ibu kenapa sih nggak cerai aja dengan ayah?" Deg, apa maksudnya? kenapa tiba-tiba dia berkata demikian. Padahal dia baru kelas tiga sekolah dasar dan belum mengerti arti perceraian. Aneh.
"Loh, Di. Maksud kamu apa, kok ngomong gitu sama ibu? Nggak boleh lho, anak kecil bilang begitu. Memang kamu tahu artinya apa," ucapku saat wajahnya terlihat masam.
"Udah, ah. Percuma ngomong sama Ibu." Adi berjingkat pergi menuju kamarnya dan membanting pintu. Blug!
Ada apa dengan anak itu.
Tok tok tok!
Belum hilang keherananku, tiba-tiba pintu depan ada yang mengetuk. Segera kubuka dengan penasaran.
"Bu, Bu Indira, maaf nih saya ganggu. Bu Indira sudah tahu kabar suaminya belum?" Rupanya Bu Dewi tetangga dekat mertuaku yang datang. Dilihat dari deru nafasnya, seperti habis berlari dan dikejar anjing galak. Entah ada apa sebenarnya.
"Tenang dulu, Bu Dewi, sini masuk dulu." Aku mengajaknya masuk dan menyuruhnya duduk, lalu ke dapur untuk mengambil air putih dan kembali lagi ke depan.
Segelas air putih ditandaskan dalam waktu sekejap saja. Setelah kulihat agak tenang, barulah aku mengajaknya bicara.
"Bu Dewi, kenapa? Coba ceritakan apa yang terjadi," pintaku cepat. Wanita paruh baya itu terlihat menarik nafas panjang.
"Bu Indira, kok Bu Indira tenang-tenang aja dirumah sih. Memang belum tahu kabar suaminya sekarang?" tanyanya seperti keheranan.
"Tahu apa, Bu?" Giliranku kini yang penasaran dengan apa yang tengah terjadi dengan suamiku.
"Lho, emang Bu Indira nggak tahu kalau sekarang suami Bu Indira lagi di rumah ibunya, bawa perempuan muda, cantik, lagi hamil juga kayaknya," tutur Bu Dewi dengan tatapan penuh ke arahku yang melotot.
"Apa!?" tanyaku tak percaya.
"Iya, Bu, benar. Bahkan Adi juga tadi habis dari rumah neneknya. Emang dia belum cerita sama Bu Indira?" Bu Dewi bicara penuh penegasan dengan kening bertaut melihatku yang heran. Aku menggeleng cepat. Pantas saja tingkahnya terlihat beda.
"Apa maksud Bi Dewi, jangan bercanda deh, nggak lucu!" ucapku tak percaya.
Iya, Bu, bener. Masa saya bohong soal beginian. Bahkan Adi juga tadi habis dari rumah neneknya. Memang dia belum bercerita sama Bu Indira?" Raut wajah heran itu semakin kentara saat melihatku.
"Sebaiknya Bu Indira datang ke sana saja kalau nggak percaya."
Entah kenapa tiba-tiba seperti ada yang menonjok dalam dada.
Sakit, sangat sakit. Apakah benar yang dikatakan Bu Dewi ini, entahlah. Namun jika benar Mas Agung membawa perempuan lain ke rumah ibunya, kenapa tak ada satu orang pun kerabat dari mertua yang memberitahuku. Dan kalau itu benar, pantas saja Adi datang ke rumah dengan wajah yang ditekuk tidak seperti biasanya. Bahkan tadi sempat bilang 'cerai' segala.
'Ah rasanya sakit dan sulit dipercaya jika Mas Agung berkhianat.
"Bu Indira, Bu, kok malah bengong. Ya udah, Saya mau pulang dulu takut anak-anak nyariin." Bu Dewi keluar dari rumah setelah mengucap salam yang hanya kujawab dalam hati.
Aku harus pergi untuk memastikan.
Ya Tuhan. Kenapa rasanya sakit sekali, meski itu belum tentu benar.
Segera kusambar pashmina instan yang tergantung di belakang pintu kamar. Aku harus memastikan kabar yang baru saja kudengar, agar jangan sampai ada kesalahpahaman juga agar aku tidak berprasangka buruk, karena belum tentu benar adanya.
Setelah pamit pada Adi yang sama sekali tak menyahut ucapanku, segera kuhidupkan motor matic putih menuju kediaman mertuaku yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumahku yang dibangun masih di tanah mertua. Hanya berjarak lima ratus meter saja.
Sengaja ku kendarai motor dengan kecepatan rendah, agar aku bisa menata hati dan tidak bertindak anarkis jika saja hal yang menimpa mas Agung benar adanya. Aku tak boleh gegabah dengan melakukan hal yang akan membuatku malu disana nantinya. Kebiasaan emosiku dari dulu memang sulit ditaklukkan.
Aku juga terbiasa bepergian sendiri karena Mas Agung sangat jarang mengantarku. Apalagi beberapa waktu ini, Mas Agung selalu tak ada waktu untukku dan Adi.
Sampai di depan rumah mertua, tampak Yanti, adik Mas Agung tengah memainkan ponselnya di teras. Seakan tahu aku yang datang, segera dia mengangkat satu kakinya dengan menumpangkan ke kaki lainnya. Sombong memang Yanti, tak berubah sikapnya padaku meski Ayah Mertua berulang kali menasehati. Padahal aku tak pernah mengusik atau menyulitkannya.
"Assalamualaikum, Yan. Apa Mas Agung ada di dalam?" tanyaku sopan, namun diabaikan salamku. Gadis itu seakan-akan budeg, bahkan sama sekali dia tak menoleh ke arahku.
Dasar anak ini!
Tak menunggu perintah, aku memasuki rumah. Tak ada siapa-siapa di ruang tamu, hanya ketika berjalan ke arah ruang keluarga, tampak Doni, yang juga adiknya suamiku tengah asyik menonton film kartun. Film yang biasanya ditonton anak kecil itu terlihat begitu dia nikmati. Doni tertawa seakan asik sekali menontonnya.
Aku berdehem pelan.
Doni menoleh sedikit kaget, namun tak lama kemudian dia kembali mengalihkan pandanganya ke layar 63 inci di depannya. Sama seperti Yanti, dia pun seakan tak peduli padaku yang mematung di sebelahnya.
"Eh, Indira, kamu datang, Nak?" Ibu Mertua melangkah keluar dari arah dapur. Mukanya tampak kusut, matanya sedikit memerah seperti bekas menangis. Entah kenapa perasaanku semakin tidak enak.
"Dimana Mas Agung, Bu?" Tanpa basa-basi aku menanyakan keberadaan suamiku. Rasa penasaran serasa membuat darahku naik, apalagi mendapati Doni dan Yanti tadi yang memang sengaja mengacuhkanku.
Menyebalkan sekali kedua orang itu.
"Duduk dulu, Nak," pinta Ibu sambil meraih tanganku, namun segera kulepaskan dengan tangan kiriku dan kugenggam balik dua tangannya.
"Aku kemari bukan untuk duduk, Bu. Tapi mencari Mas Agung yang sudah seminggu ini tidak pulang," ucapku penuh penegasan.
Ibu menatap lirih dan seperti berat untuk menjawab. Namun perhatianku justru tertuju ke pintu kamar tamu yang tertutup rapat, dan terdengar suara wanita cekikikan dari dalam.
Bukankah di rumah ini yang perempuan muda, hanya Yanti? Itu pun sedang duduk di luar sambil memainkan ponselnya.
Lalu suara siapa di sana?
Segera kulangkahkan kaki dan meninggalkan Ibu yang mulai terisak.
"Sabar, Nak, tahan emosimu," lirihnya sambil mencoba menahan langkahku. Namun tak menyurutkan niatku untuk menuju ke sumber suara.
"Lepaskan Indira, Bu. Biarkan Indi tahu semuanya," ucapku pelan tak kuasa sakit.
"Wah, kayaknya akan ada perang dunia nih." Terdengar perkataan Doni dari belakang disusul suara tawanya yang seakan mengejek. Namun aku tak peduli. Semuanya harus segera terungkap.
Dan akan kuhadapi apapun kenyataan yang sebenarnya.
Tunggu saja kalian yang di dalam, aku akan segera mengetahuinya.
Aku Indira, tidak akan diam saja.
INI HANYA INSPIRASI. CATET YA! Pernikahan yang kujalani dengan suamiku tak seindah yang dipikirkan orang-orang. Lika-liku kehidupan sudah kujalani apalagi harus berulang kali memaklumi perselingkuhan Mas Raga dan wanita itu, hanya demi satu kata, buah hati. Tapi kata-kata dari pelakor itu seakan menamparku seolah aku wanita bodoh yang terus memaafkan sebuah pengkhianatan. Aku Nazeea Athaya, dan inilah kisahku.
Aku tidak masalah ibu datang berkunjung jika niatnya baik. Namun jika kedatangannya hanya untuk membuat perkara apalagi dengan memfitnahku, Maka maaf Bu, aku tidak bisa membiarkannya begitu saja. Baca novel kesekian saja di bakisah, happy reading!
Aisyah ditinggalkan oleh suaminya hanya karena kulitnya yang burik. Tanpa Andra tahu jika keadaan bisa berubah. Aisyah berubah dalam waktu sekejap dan itu membuat Andra menyesal telah membuangnya. Namun demikian mereka terlibat hubungan dimana mereka harus berpura-pura untuk baik-baik saja di depan kedua orang tua mereka.
Edwin Yogaswara tak menyangka akan dinikahkan dengan paksa oleh lelaki bernama Gunadi dan disuruh menikahi putrinya. Yang lebih mengejutkan lagi, istrinya yang bernama Melati Anastasia itu ternyata selain sombong, angkuh, juga tengah berbadan dua alias hamil lima bulan. Kenyataan itu membuat Edwin syok, dan marah karena selain merasa di paksa juga merasa di tipu mentah-mentah. Bagaimana lika-liku perjalanan kisah rumah tangga mereka? Akankah tumbuh cinta diantara keduanya? Ataukah mereka akan berakhir begitu saja, dengan keegoisan masing-masing? Baca sekarang juga.
Christian Oliver adalah seorang CEO yang tampan, mapan, kaya dan juga terkenal karena kepiawaiannya dalam mengelola bisnis. Namun, hidup Christian sungguh menyedihkan. Di usianya yang akan menginjak usia 29 tahun, dirinya tidak diijinkan oleh Sang Ayah untuk berhubungan dengan wanita manapun.Alasannya karena dirinya sudah dinikahkan sejak remaja dengan Olivia, anak dari sahabat Sang Ayah. Masalahnya adalah, Olivia hingga saat ini masih belum ditemukan keberadaannya, walaupun Christian sudah mencarinya selama bertahun-tahun. Padahal tanpa Christ sadari, Olivia selalu berada dekat di sampingnya.
Brenna tinggal bersama orang tua angkatnya selama dua puluh tahun, menanggung eksploitasi mereka. Ketika putri kandung mereka muncul, mereka mengirim Brenna kembali ke orang tua kandungnya, mengira mereka miskin. Pada kenyataannya, orang tua kandungnya termasuk dalam kalangan atas yang tidak pernah bisa dijangkau oleh keluarga angkatnya. Berharap Brenna akan gagal, mereka terkesiap melihat statusnya: seorang ahli keuangan global, seorang insinyur berbakat, pembalap tercepat .... Apakah ada akhir bagi identitas yang dia sembunyikan? Setelah tunangannya mengakhiri pertunangan mereka, Brenna bertemu dengan saudara kembarnya. Tanpa diduga, mantan tunangannya muncul, menyatakan cintanya ....
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Cerita bermula, ketika Adam harus mengambil keputusan tinggal untuk sementara di rumah orang tuanya, berhubung Adam baru saja di PHK dari tempat ia bekerja sebelumnya. "Dek, kalau misalnya dek Ayu mau pergi, ngga papa kok. " "Mas, bagaimanapun keadaan kamu, aku akan tetap sama mas, jadi kemanapun mas pergi, Aku akan ikut !" jawab Ayu tegas, namun dengan nada yang membuat hati kecil Adam begitu terenyuh.
Evelin, si "itik buruk rupa" yang tidak disukai keluarganya, dipermalukan oleh saudari tirinya, Paramita, yang dikagumi semua orang. Paramita, yang bertunangan dengan sang CEO, Carlos, adalah wanita yang sempurna-sampai Carlos menikahi Evelin pada hari pernikahan. Terkejut, semua orang bertanya-tanya mengapa dia memilih wanita "jelek" itu. Saat mereka menunggu Evelin disingkirkan, dia mengejutkan semua orang dengan mengungkapkan identitas aslinya: seorang penyembuh ajaib, ahli keuangan, ahli penilaian, dan genius AI. Ketika mereka yang telah memperlakukan Evelin dengan buruk menyesal dan memohon maaf, Carlos mengungkapkan foto Evelin yang memukau tanpa riasan, mengirimkan gelombang kejutan melalui media. "Istriku tidak membutuhkan persetujuan siapa pun."
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?
Pada suatu malam, Maya, seorang ibu rumah tangga yang merasa terperangkap dalam pernikahannya dengan suaminya yang keras, secara tak sengaja melihat tetangga barunya, Daniel, sedang bermesraan dengan seorang wanita. Melihat bagaimana Daniel mampu membuat pasangannya merasa bahagia, sesuatu yang sangat jauh berbeda dari perlakuan suaminya, Rafael, yang temperamental dan sering kali menyakiti Maya baik secara fisik maupun psikis, membuat Maya merasa terperangkap dalam dilema. Sejak saat itu, ia selalu merasa ada kekosongan di hatinya, yang mulai ia penuhi dengan perasaan yang tak seharusnya terhadap Daniel. Daniel, yang juga sudah menikah, tidak tahu bahwa Maya diam-diam mulai memendam perasaan padanya. Meskipun begitu, perasaan itu perlahan tumbuh seiring waktu, dan Maya merasa terjebak antara perasaan terhadap Daniel dan rasa tanggung jawab terhadap suaminya. Bagaimanakah akhirnya kisah cinta terlarang mereka?
© 2018-now Bakisah
TOP