/0/6735/coverbig.jpg?v=dcfbb47312cfb4ad1e97a4a61d0510aa)
"Kau benar-benar mermaid? Ya Tuhan! Aku tidak percaya ini!" Alice menatap seorang pria dengan tubuh berotot tetapi memiliki ekor persis seperti ikan di depannya. "Ya ... seperti yang kau lihat. Kau bisa menyentuhnya jika ingin memastikan," kata Archer, mermaid yang menyelamatkan Alice ketika ombak laut mencoba menyeretnya beberapa menit yang lalu. Alice meletakkan tangannya perlahan ke arah ekor Archer. Ia terkejut setelah menyentuhnya, segera mundur dengan satu tangan menutupi mulutnya dan tangan lainnya menunjuk ke arah Archer. "Kau benar-benar mermaid!" "Aku sudah bilang kan ...," Alice perlahan merangkak kembali ke arah Archer dengan ekspresi tidak percaya di matanya. "Oke, jadi ... itu cukup untuk membuktikan bahwa aku adalah mermaid sungguhan kan? Sekarang, bisakah aku meminta bantuanmu?" Apakah yang akan terjadi dengan hidup Alice setelah bertemu dengan seorang pria mermaid? Apakah hidupnya akan tetap seperti sebelumnya? Atau malah sebaliknya?
"Dean jangan lari begitu sayang, nanti jatuh."
Alice menghela nafas pelan saat sang putri tak mendengarkan nasehatnya sedikitpun. Tapi biarlah, jarang jarang juga ia membawa putri kecilnya itu ke pantai seperti hari ini. Alice menatap hamparan laut di hadapannya. Mata wanita berusia 27 tahun itu seketika berubah keruh saat teringat pada seseorang yang sangat ia rindukan.
"Mama!" teriak si kecil Dean kesal menarik ujung dress ibunya. Alice sontak tersadar dari lamunannya.
"Ah iya, ada apa?"
"Mama setiap pergi ke pantai pasti selalu terlihat sedih. Mama teringat pada papa lagi?"
Alice terkekeh pelan, mengalihkan wajahnya untuk mengusap air mata yang mengalir di sudut matanya.
"Hm, memangnya Dean tidak rindu?"
Dua alis Alice terangkat saat pertanyaannya dihadiahi anggukan cepat. Ia lalu jongkok untuk menyesuaikan
tingginya dengan sang anak.
"Dean rindu, tapi Dean tidak akan sedih. Papa pasti sudah bahagia kan? Dia ada di tempat yang sangat
indah ... di bawah laut biru. Jadi mama juga tidak perlu khawatir."
Alice tak bisa lagi membendung air matanya, ia langsung memeluk putri kecil nan cantiknya itu.
Pandangannya menatap jauh lautan luas di hadapannya. Ingatannya melayang pada orang itu. Seseorang
yang sangat ia rindukan kehadirannya.
***
Jeritan dan desahan bergema di salah satu kamar apartemen malam itu. Seorang pria sedang menikmati
tubuh wanita yang meringkuk di bawahnya, sayangnya hal itu tidak berlangsung lama ketika wanita lain
tiba-tiba mendobrak pintu kamar tempat mereka berhubungan badan.
Bam!
"Apa-apaan ini Reza? Apa yang kau lakukan?" teriak wanita itu.
Reza, pria yang asyik dengan aktivitasnya tadi tiba-tiba menjadi gugup. Ia lalu segera menarik selimut
untuk menutupi tubuh telanjangnya dan wanita yang masih berada di bawahnya.
"Tidak, ini tidak seperti yang kau pikirkan Alice, biarkan aku menjelaskannya."
Reza bergegas turun dari tempat tidur. Dia mengenakan pakaiannya secepat mungkin dan melangkah
mendekati Alice, wanita yang merupakan kekasihnya yang kini memergokinya sedang tidur dengan wanita lain. Dengan tatapan menyedihkan, Reza meraih tangan Alice yang masih berdiri di tempatnya dengan mata memerah.
"Dengar, aku hanya ... wanita itu-"
Alice tak bisa lagi menahan air matanya. Jujur ini bukan pertama kalinya dia menemukan Reza tidur dengan wanita lain. Tanpa mau mendengarkan penjelasan pria itu, ia kemudian menepis tangannya dan kemudian lari darinya tanpa peduli seberapa keras pacarnya itu memanggil namanya. Ia pergi ke tempat yang biasa ia kunjungi kapan pun ia ingin menenangkan pikirannya. Dan di sinilah Alice sekarang, di pantai.
Alice duduk di atas batu yang cukup besar.
Mengencangkan jaketnya karena angin malam yang dingin,
gadis itu kemudian terisak pelan. Ingatannya kembali pada Reza. Alice telah menjalin hubungan dengan
pria itu untuk waktu yang lama. Hubungan mereka bahkan sudah terjalin selama 5 tahun. Bagi Alice, itu
bukan waktu yang singkat. Hubungan mereka semakin dekat setelah kedua keluarga mereka menjalin
hubungan bisnis. Ayah Alice menyayangi Reza seperti putranya sendiri, begitu pula keluarga Reza padanya.
Hubungan mereka berjalan baik sampai suatu hari Reza memintanya untuk berhubungan. Alice jelas menolak karena sejak awal dia sudah memberitahu Reza bahwa dia hanya ingin memberikan tubuhnya
kepada Reza hanya setelah mereka menikah. Sejak itu, dia sering melihat kekasihnya itu tidur dengan wanita lain dengan alasan bahwa dia hanya mengikuti cara Alice.
Apakah alasan seperti itu dapat diterima?
Jika Reza benar-benar ingin melakukannya, mengapa tidak menikahinya saja? Kenapa harus dengan wanita
lain?
Pada awalnya Alice dapat menerima alasan itu, tetapi seiring berjalannya waktu, perilaku Reza semakin berubah terhadapnya. Komunikasi yang jarang, hanya bertemu sesekali, sampai akhirnya dia menemukan Reza melakukannya lagi, untuk alasan bodoh yang sama. Dia menikmati perselingkuhan dan menggunakan
prinsip Alice sebagai alasan.
Alice tidak bodoh. Dia berulang kali meminta Reza untuk mengakhiri hubungan mereka tetapi Reza selalu
menggunakan keluarga sebagai alasan. Ayah Alice, yang tahu segalanya, bahkan mendukung Alice untuk
tetap bersamanya. Alice tidak tahu harus berbuat apa lagi. Sekarang, dia hanya akan menunggu ke mana
takdir membawa dirinya.
Alice menatap laut yang begitu tenang malam ini. Hanya sekali atau dua kali ombak menghantam karang. Sebuah kedamaian, laut selalu memberikan kedamaian bagi Alice, itulah mengapa gadis itu sangat menyukai laut, dia menyukai pantai. Rasa sakit di kepala dan hatinya langsung hilang ketika dia ada di sini. Senyuman kecil muncul di bibir gadis itu.
***
Seekor mermaid mengintip seorang gadis dari balik batu besar. Ini pertama kalinya dia melihat gadis itu
dari dekat, biasanya dia hanya akan melihatnya dari kejauhan. Archer, itulah nama putra mermaid itu,
sudah lama tertarik pada gadis di depannya, meskipun dia tidak mengenalnya, dia bahkan tidak tahu
namanya, tetapi gadis itu berhasil membuatnya jatuh, jatuh cinta. Matanya yang selalu terlihat kosong,
senyum di bibirnya, dan dua kaki ramping yang selalu ia peluk erat. Segala sesuatu tentangnya membuat
Archer jatuh cinta.
"Aku tahu kau pasti ada di sini."
Archer terkejut ketika mendengar suara seseorang di belakangnya. Takut ketahuan oleh gadis itu, dia lalu
meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya, meminta Kai, temannya, sesama mermaid untuk diam. Kai
menatap Archer datar.
"Apa kau tidak memiliki hal lain untuk dilakukan? Dengar, jika wanita itu menemukanmu, hidupmu sebagai
mermaid akan berakhir. Kau akan berakhir di museum dan ditonton oleh manusia seumur hidupmu.
Manusia bukan makhluk yang baik!"
Archer yang awalnya menatap gadis itu menoleh ke arah Kai, memutar matanya malas. Ini mungkin yang
ke-132 kalinya Kai mengatakan hal yang sama. Setiap hari Kai selalu melarangnya untuk berhubungan
dengan dunia manusia.
"Urus urusanmu sendiri Kai. Jangan pikirkan aku. Aku tahu apa yang harus dan tidak harus kulakukan."
Kai menghela nafas. Tepat ketika dia akan berbicara lagi, gadis yang diintip Archer tiba-tiba mendekati
mereka. Kai yang menyadarinya menarik Archer untuk menyelam.
***
Alice mengerutkan kening ketika dia mendengar bisikan dari balik batu besar yang berjarak beberapa langkah dari batu tempat dia duduk. Awalnya Alice mengabaikan bisikan itu, berpikir bahwa dia baru saja salah dengar, tetapi ketika bisikan itu semakin keras, dia langsung merinding. Menelan ludah gugup, Alice kemudian mengambil langkah untuk mendekati batu besar itu dan melihat apa yang ada di baliknya.
Alice memejamkan matanya, mungkinkah itu hantu? Tapi apa iya ada hantu di pantai? Alice berpikir itu
tidak mungkin. Tapi hantu bisa ada dimana-mana, kan? Alice menyalakan senter ponselnya dan kemudian dengan cepat mengarahkan senternya ke belakang batu.
Alice mengerutkan kening dalam kebingungan ketika dia melihat tidak ada apa-apa di sana. Hanya percikan
air yang muncul. Mungkinkah itu ikan? Entahlah, Alice memilih untuk mengabaikannya. Tepat ketika
gadis itu hendak melangkah kembali ke kursinya, ponselnya tiba-tiba berdering. Nama Maria, sahabatnya muncul di sana.
"Halo," kata Alice, membuka percakapan.
"Alice kau di mana?" tanya Maria. Dia khawatir ketika dia membaca pesan Alice tentang Reza. Alice
tertawa pelan, Maria adalah satu-satunya alasannya bertahan dengan kehidupannya saat ini. Dia berbagi banyak hal dengan sahabatnya itu.
Kebutuhan biologis adalah manusiawi. Tak perduli dia berprofesi apa dalam dunianya, namun nagkah batin jelas tak mengenal tahta, kasta maupun harta.
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
"Usir wanita ini keluar!" "Lempar wanita ini ke laut!" Saat dia tidak mengetahui identitas Dewi Nayaka yang sebenarnya, Kusuma Hadi mengabaikan wanita tersebut. Sekretaris Kusuma mengingatkan"Tuan Hadi, wanita itu adalah istri Anda,". Mendengar hal itu, Kusuma memberinya tatapan dingin dan mengeluh, "Kenapa tidak memberitahuku sebelumnya?" Sejak saat itu, Kusuma sangat memanjakannya. Semua orang tidak menyangka bahwa mereka akan bercerai.
Pelan tapi pasti Wiwik pun segera kupeluk dengan lembut dan ternyata hanya diam saja. "Di mana Om.. ?" Kembali dia bertanya "Di sini.." jawabku sambil terus mempererat pelukanku kepadanya. "Ahh.. Om.. nakal..!" Perlahan-lahan dia menikmati juga kehangatan pelukanku.. bahkan membalas dengan pelukan yang tak kalah erat. Peluk dan terus peluk.. kehangatan pun terus mengalir dan kuberanikan diri untuk mencium pipinya.. lalu mencium bibirnya. Dia ternyata menerima dan membalas ciumanku dengan hangat. "Oh.. Om.." desahnya pelan.
Siska teramat kesal dengan suaminya yang begitu penakut pada Alex, sang preman kampung yang pada akhirnya menjadi dia sebagai bulan-bulannya. Namun ketika Siska berusaha melindungi suaminya, dia justru menjadi santapan brutal Alex yang sama sekali tidak pernah menghargainya sebagai wanita. Lantas apa yang pada akhirnya membuat Siska begitu kecanduan oleh Alex dan beberapa preman kampung lainnya yang sangat ganas dan buas? Mohon Bijak dalam memutuskan bacaan. Cerita ini kgusus dewasa dan hanya orang-orang berpikiran dewasa yang akan mampu mengambil manfaat dan hikmah yang terkandung di dalamnya
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?