Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Alice and The Blue Sea
Alice and The Blue Sea

Alice and The Blue Sea

5.0
110 Bab
997 Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

"Kau benar-benar mermaid? Ya Tuhan! Aku tidak percaya ini!" Alice menatap seorang pria dengan tubuh berotot tetapi memiliki ekor persis seperti ikan di depannya. "Ya ... seperti yang kau lihat. Kau bisa menyentuhnya jika ingin memastikan," kata Archer, mermaid yang menyelamatkan Alice ketika ombak laut mencoba menyeretnya beberapa menit yang lalu. Alice meletakkan tangannya perlahan ke arah ekor Archer. Ia terkejut setelah menyentuhnya, segera mundur dengan satu tangan menutupi mulutnya dan tangan lainnya menunjuk ke arah Archer. "Kau benar-benar mermaid!" "Aku sudah bilang kan ...," Alice perlahan merangkak kembali ke arah Archer dengan ekspresi tidak percaya di matanya. "Oke, jadi ... itu cukup untuk membuktikan bahwa aku adalah mermaid sungguhan kan? Sekarang, bisakah aku meminta bantuanmu?" Apakah yang akan terjadi dengan hidup Alice setelah bertemu dengan seorang pria mermaid? Apakah hidupnya akan tetap seperti sebelumnya? Atau malah sebaliknya?

Bab 1 Menahan Penat

"Dean jangan lari begitu sayang, nanti jatuh."

Alice menghela nafas pelan saat sang putri tak mendengarkan nasehatnya sedikitpun. Tapi biarlah, jarang jarang juga ia membawa putri kecilnya itu ke pantai seperti hari ini. Alice menatap hamparan laut di hadapannya. Mata wanita berusia 27 tahun itu seketika berubah keruh saat teringat pada seseorang yang sangat ia rindukan.

"Mama!" teriak si kecil Dean kesal menarik ujung dress ibunya. Alice sontak tersadar dari lamunannya.

"Ah iya, ada apa?"

"Mama setiap pergi ke pantai pasti selalu terlihat sedih. Mama teringat pada papa lagi?"

Alice terkekeh pelan, mengalihkan wajahnya untuk mengusap air mata yang mengalir di sudut matanya.

"Hm, memangnya Dean tidak rindu?"

Dua alis Alice terangkat saat pertanyaannya dihadiahi anggukan cepat. Ia lalu jongkok untuk menyesuaikan

tingginya dengan sang anak.

"Dean rindu, tapi Dean tidak akan sedih. Papa pasti sudah bahagia kan? Dia ada di tempat yang sangat

indah ... di bawah laut biru. Jadi mama juga tidak perlu khawatir."

Alice tak bisa lagi membendung air matanya, ia langsung memeluk putri kecil nan cantiknya itu.

Pandangannya menatap jauh lautan luas di hadapannya. Ingatannya melayang pada orang itu. Seseorang

yang sangat ia rindukan kehadirannya.

***

Jeritan dan desahan bergema di salah satu kamar apartemen malam itu. Seorang pria sedang menikmati

tubuh wanita yang meringkuk di bawahnya, sayangnya hal itu tidak berlangsung lama ketika wanita lain

tiba-tiba mendobrak pintu kamar tempat mereka berhubungan badan.

Bam!

"Apa-apaan ini Reza? Apa yang kau lakukan?" teriak wanita itu.

Reza, pria yang asyik dengan aktivitasnya tadi tiba-tiba menjadi gugup. Ia lalu segera menarik selimut

untuk menutupi tubuh telanjangnya dan wanita yang masih berada di bawahnya.

"Tidak, ini tidak seperti yang kau pikirkan Alice, biarkan aku menjelaskannya."

Reza bergegas turun dari tempat tidur. Dia mengenakan pakaiannya secepat mungkin dan melangkah

mendekati Alice, wanita yang merupakan kekasihnya yang kini memergokinya sedang tidur dengan wanita lain. Dengan tatapan menyedihkan, Reza meraih tangan Alice yang masih berdiri di tempatnya dengan mata memerah.

"Dengar, aku hanya ... wanita itu-"

Alice tak bisa lagi menahan air matanya. Jujur ini bukan pertama kalinya dia menemukan Reza tidur dengan wanita lain. Tanpa mau mendengarkan penjelasan pria itu, ia kemudian menepis tangannya dan kemudian lari darinya tanpa peduli seberapa keras pacarnya itu memanggil namanya. Ia pergi ke tempat yang biasa ia kunjungi kapan pun ia ingin menenangkan pikirannya. Dan di sinilah Alice sekarang, di pantai.

Alice duduk di atas batu yang cukup besar.

Mengencangkan jaketnya karena angin malam yang dingin,

gadis itu kemudian terisak pelan. Ingatannya kembali pada Reza. Alice telah menjalin hubungan dengan

pria itu untuk waktu yang lama. Hubungan mereka bahkan sudah terjalin selama 5 tahun. Bagi Alice, itu

bukan waktu yang singkat. Hubungan mereka semakin dekat setelah kedua keluarga mereka menjalin

hubungan bisnis. Ayah Alice menyayangi Reza seperti putranya sendiri, begitu pula keluarga Reza padanya.

Hubungan mereka berjalan baik sampai suatu hari Reza memintanya untuk berhubungan. Alice jelas menolak karena sejak awal dia sudah memberitahu Reza bahwa dia hanya ingin memberikan tubuhnya

kepada Reza hanya setelah mereka menikah. Sejak itu, dia sering melihat kekasihnya itu tidur dengan wanita lain dengan alasan bahwa dia hanya mengikuti cara Alice.

Apakah alasan seperti itu dapat diterima?

Jika Reza benar-benar ingin melakukannya, mengapa tidak menikahinya saja? Kenapa harus dengan wanita

lain?

Pada awalnya Alice dapat menerima alasan itu, tetapi seiring berjalannya waktu, perilaku Reza semakin berubah terhadapnya. Komunikasi yang jarang, hanya bertemu sesekali, sampai akhirnya dia menemukan Reza melakukannya lagi, untuk alasan bodoh yang sama. Dia menikmati perselingkuhan dan menggunakan

prinsip Alice sebagai alasan.

Alice tidak bodoh. Dia berulang kali meminta Reza untuk mengakhiri hubungan mereka tetapi Reza selalu

menggunakan keluarga sebagai alasan. Ayah Alice, yang tahu segalanya, bahkan mendukung Alice untuk

tetap bersamanya. Alice tidak tahu harus berbuat apa lagi. Sekarang, dia hanya akan menunggu ke mana

takdir membawa dirinya.

Alice menatap laut yang begitu tenang malam ini. Hanya sekali atau dua kali ombak menghantam karang. Sebuah kedamaian, laut selalu memberikan kedamaian bagi Alice, itulah mengapa gadis itu sangat menyukai laut, dia menyukai pantai. Rasa sakit di kepala dan hatinya langsung hilang ketika dia ada di sini. Senyuman kecil muncul di bibir gadis itu.

***

Seekor mermaid mengintip seorang gadis dari balik batu besar. Ini pertama kalinya dia melihat gadis itu

dari dekat, biasanya dia hanya akan melihatnya dari kejauhan. Archer, itulah nama putra mermaid itu,

sudah lama tertarik pada gadis di depannya, meskipun dia tidak mengenalnya, dia bahkan tidak tahu

namanya, tetapi gadis itu berhasil membuatnya jatuh, jatuh cinta. Matanya yang selalu terlihat kosong,

senyum di bibirnya, dan dua kaki ramping yang selalu ia peluk erat. Segala sesuatu tentangnya membuat

Archer jatuh cinta.

"Aku tahu kau pasti ada di sini."

Archer terkejut ketika mendengar suara seseorang di belakangnya. Takut ketahuan oleh gadis itu, dia lalu

meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya, meminta Kai, temannya, sesama mermaid untuk diam. Kai

menatap Archer datar.

"Apa kau tidak memiliki hal lain untuk dilakukan? Dengar, jika wanita itu menemukanmu, hidupmu sebagai

mermaid akan berakhir. Kau akan berakhir di museum dan ditonton oleh manusia seumur hidupmu.

Manusia bukan makhluk yang baik!"

Archer yang awalnya menatap gadis itu menoleh ke arah Kai, memutar matanya malas. Ini mungkin yang

ke-132 kalinya Kai mengatakan hal yang sama. Setiap hari Kai selalu melarangnya untuk berhubungan

dengan dunia manusia.

"Urus urusanmu sendiri Kai. Jangan pikirkan aku. Aku tahu apa yang harus dan tidak harus kulakukan."

Kai menghela nafas. Tepat ketika dia akan berbicara lagi, gadis yang diintip Archer tiba-tiba mendekati

mereka. Kai yang menyadarinya menarik Archer untuk menyelam.

***

Alice mengerutkan kening ketika dia mendengar bisikan dari balik batu besar yang berjarak beberapa langkah dari batu tempat dia duduk. Awalnya Alice mengabaikan bisikan itu, berpikir bahwa dia baru saja salah dengar, tetapi ketika bisikan itu semakin keras, dia langsung merinding. Menelan ludah gugup, Alice kemudian mengambil langkah untuk mendekati batu besar itu dan melihat apa yang ada di baliknya.

Alice memejamkan matanya, mungkinkah itu hantu? Tapi apa iya ada hantu di pantai? Alice berpikir itu

tidak mungkin. Tapi hantu bisa ada dimana-mana, kan? Alice menyalakan senter ponselnya dan kemudian dengan cepat mengarahkan senternya ke belakang batu.

Alice mengerutkan kening dalam kebingungan ketika dia melihat tidak ada apa-apa di sana. Hanya percikan

air yang muncul. Mungkinkah itu ikan? Entahlah, Alice memilih untuk mengabaikannya. Tepat ketika

gadis itu hendak melangkah kembali ke kursinya, ponselnya tiba-tiba berdering. Nama Maria, sahabatnya muncul di sana.

"Halo," kata Alice, membuka percakapan.

"Alice kau di mana?" tanya Maria. Dia khawatir ketika dia membaca pesan Alice tentang Reza. Alice

tertawa pelan, Maria adalah satu-satunya alasannya bertahan dengan kehidupannya saat ini. Dia berbagi banyak hal dengan sahabatnya itu.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY