/0/7113/coverbig.jpg?v=c33b0f5fd43cfe98097da6b6cebf6198)
Chen Qianqian adalah Presiden Umum di CyberTech yang selama ini menjadi perusahaan ayahnya. Perusahaan besar yang bergerak dalam bisnis internet terbesar di China. Qianqian adalah wanita sempurna untuk dimiliki. Cantik, kaya, dan pewaris. Ketika mendekati usia kepala tiga, keluarganya menekan wanita untuk segera memiliki seorang suami dan berkeluarga. Banyak kencan buta yang direncakan oleh kedua orang tuanya. Sampai secara tidak sengaja, Qianqian bertemu Bai Chou Fei ketika berada di rumah sakit. Bai Chou Fei berasal dari keluarga terhormat Bai yang selama ini dikenal dengan pemilik cabang rumah sakit terbesar di China. Jelas lelaki itu menjadi kandidat sempurna untuk Qianqian merencanakan jalan hidupnya menjadi sepasang suami-istri. Pendekatan awal membuat Qianqian sedikit berjuang, sebelum akhirnya Chou Fei menyetujui proposal pernikahan ajukannya. Namun, lambat-laun Qianqian menyadari kesalahannya. Mempertahankan pernikahan memang tidak semudah kelihatannya. Bagaimanakah caranya Qianqian bertahan? Akankah Chou Fei tetap berada pada sandiwara yang lama-kelamaan akan merugikan dirinya? Atau keduanya akan terjebak pada rasa semu yang berakhir saling menyakiti?
"Presdir Chen, rapat hari sudah selesai. Ada yang kamu ingin lakukan lagi?"
Sebuah pertanyaan terlontar lagi bibir Zheng Jing Lin yang baru saja selesai menutup ipad di tangannya. Gadis dengan usia terpaut beberapa tahun di bawah Chen Qianqian tampak menatap penuh ke arah bos wanitanya.
Chen Qianqian adalah seorang wanita berdarah dingin nan kejam. Ia memimpin perusahaan sang ayah yang selama ini menjadi objek perebutan harta warisan ayah tirinya. Entah bagaimana bisa sang ibu memilih suami seperti itu, tetapi dirinya nyaris tidak mempercayai.
"Tidak. Kamu bisa kembali, Jing Lin," jawab Qianqian menggeleng singkat menerima ipad milik sekretarisnya.
Mendengar hal tersebut, Jing Lin pun langsung melebarkan kedua matanya antusias. Sebab, ia jarang sekali mendapatkan liburan dari sang bos, sampai kali ini benar-benar memberikan kesempatan dirinya untuk menikmati hidup setelah bekerja keras selama beberapa tahun.
"Xie xie, Presdir Chen!" ucap Jing Lin membungkuk singkat dengan begitu bersemangat. "Jadwal minggu ini telah aku siapkan, kalau ada perubahan aku akan langsung menghubungimu."
Qianqian mengangguk singkat.
Setelah itu, Jing Lin pun bergegas meninggalkan ruangan bosnya sebelum berubah pikiran. Jelas saja suasana hati Qianqian begitu mempengaruhi lingkungan sekitar. Sebab, wanita itu memiliki tingkat emosional cukup tinggi sehingga mudah tersinggung dan marah jika ada sesuatu mengganggu hatinya.
Kini seorang wanita genap berusia kepala tiga itu tampak memutar kursi kerjanya menghadap tepat ke arah tiga jendela besar yang memperlihatkan gedung pencakar langit. Qianqian mengembuskan napas panjang sambil melakukan spinning pen di tangan kanannya.
Sesaat tatapan Qianqian mengarah kosong dengan kepala lurus seakan tengah memperhatikan sesuatu, meskipun pada kenyataannya pikiran wanita itu tengah mengarah pada sesuatu.
Benda pipih yang berada di atas meja kerja itu terdengar berdering pelan membuat Qianqian memutar kursinya seperti semula, kemudian mengambil ponselnya memperlihatkan panggilan dari seseorang.
Chen Qianqian tersenyum kecut, lalu mulai menempelkan benda pipih tersebut di telinga kanannya. Ia bangkit dari tempat duduk sambil meraih tas bahu miliknya yang berwarna hitam senada dengan setelan pakaian hari ini. Begitu mewah dengan campuran elegan disetiap pernak-pernik melekat di tubuhnya.
"Hello, Mom! What's going on?" sapa Qianqian.
"Aiya, Qianqian, Mama dengar kamu hari ini selesai kerja lebih cepat," ucap seorang wanita paruh baya terdengar seakan mengharapkan sesuatu.
"Shi, zhen me la?" tanya Qianqian tanpa sadar mengernyitkan keningnya bingung menyadari sang ibu terdengar mengharapkan sesuatu.
Untung saja ketika Qianqian menaiki elevator, tidak ada satu karyawan pun yang masuk membuat wanita itu dapat dengan mudah turun tanpa memberhentikan diri sama sekali. Sekaligus memberikan kebebasan pada dirinya untuk tetap bersikap manis pada sang ibu.
"Qianqian, Mama sudah menjanjikan kamu untuk pergi kencan buta. Kamu mau, 'kan?"
"Aah!!?" Qianqian terbelalak terkejut mendengar sang ibu yang begitu menyebalkan. "Ma, bukankah kita sudah sepakat untuk tidak membicarakan masalah ini lagi?"
Sejenak Qianqian ingin sekali protes dengan sang ibu yang selalu ikut mencampuri urusan asmara dirinya sampai menjanjikan banyak kencan buta. Kali ini dirinya tidak bisa melarikan diri dengan alasan pekerjaan, sebab wanita paruh baya itu akan sangat menyebalkan.
"Ayolah, Qianqian!" rayu wanita paruh baya itu terdengar memelas.
Chen Qianqian mengembuskan napasnya kasar, lalu menolak, "Aku tidak akan pergi apa pun yang terjadi. Lagi pula aku sudah muak bertemu dengan mereka, Ma. Tidak ada yang benar-benar serius berhubungan denganku."
"Kali ini Mama mohon, Qianqian. Mama yakin kamu akan menyukainya," ucap wanita paruh baya itu berusaha meyakinkan anaknya.
"Dari mana kencan buta sekarang?" tanya Qianqian memilih untuk mengalah dibandingkan harus berdebat lebih lama dengan sang ibu.
Mendengar anaknya memilih mengalah, Nyonya Besar Liu pun mendadak senang, lalu menjawab, "Kamu lihatlah restoran yang dekat dengan kantor. Mama sudah menyuruh dia untuk datang ke sana, agar kamu tidak memiliki alasan lagi."
"Aiya, Ma!!" Qianqian berusaha mengembuskan napas menenangkan perasaannya agar tidak durhaka melawan sang ibu. "Hao! Aku akan ke sana sekarang. Sudah, ya. Aku tutup dulu."
Setelah itu, Qianqian memasukkan ponsel mahalnya ke dalam tas bahu dan melenggang dengan tatapan datar tanpa menanggapi banyak sapaan yang terlontar dari para bawahannya. Mereka tampak terbiasa dengan sikap Qianqian hanya diam dan memilih untuk mendahulukan pemimpin perusahaan tersebut.
Kini langkah kaki Qianqian tampak berdiri tepat di depan perusahaan dengan tatapannya mengitari ke segala arah. Entah kenapa ia mulai bingung mencari restoran yang dimaksud oleh sang ibu, sebab wanita paruh baya itu memang tidak mengatakan apa pun tentang nama restoran tersebut.
Akhirnya, ingatan Qianqian pun mengarah pada salah satu restoran yang selama ini menjadi kesukaan sang ibu ketika datang berkunjung. Membuat wanita itu memilih melangkah melewati beberapa ruko sekaligus gedung perusahaan yang berdampingan dengan gedung milik dirinya.
Qianqian menatap ke arah depan restoran yang dijaga oleh satu pelayan berwajah cantik dengan memberikan brosur untuk mempromosikan makanan baru. Walaupun sikapnya yang dingin nan arogan di depan siapa pun, wanita itu masih mengerti cara menghormati seseorang dengan menerima brosur tersebut sebelum akhirnya dilipat begitu kecil dan dibuang ke dalam tong sampah tanpa sepengatahuan pelayan perempuan tadi.
"Ada yang bisa dibantu, Nona Chen?" tanya pelayan tersebut dengan senyuman manis, sebab Qianqian memang sering kali datang, sehingga dikenal oleh nyaris seluruh pelayan.
"Meja pesanan ibuku," jawab Qianqian singkat.
"Ikuti aku!" Pelayan tersebut melangkah lebih dulu dengan sesekali menoleh ke arah Qianqian yang acuh tak acuh menatap sekeliling restoran.
Selama melangkah beberapa kali dan menaiki satu anak tangga yang memperlihatkan lantai lebih privat dengan ruangan per ruangan tertutupi rotan. Membuat Qianqian mengembuskan napas panjang ketika menyadari sang ibu benar-benar berniat menjodohkan dirinya pada lelaki mana pun.
Pelayan yang mengantarkan Qianqian pun terhenti tepat di ruangan tertutup paling ujung di lantai tersebut. Ia mengetuk pintu gesernya singkat, kemudian mulai mendorong ke arah samping dengan memperlihatkan seorang lelaki tampan tengah membaca koran di letakkan di atas meja.
"Nona Chen, di sini tempatnya! Silakan masuk," titah pelayan itu dengan senyuman manis yang begitu sopan.
Qianqian mengangguk singkat, lalu membalas, "Terima kasih!"
Setelah itu, pelayan yang mengantarkan Qianqian tadi pun melenggang pergi. Sedangkan Qianqian tampak mendudukkan diri tepat di hadapan seorang lelaki berpakaian jas formal dengan rambut tersisir rapi.
Jelas saja kesan pertama Qianqian melihat lelaki itu adalah seorang pebisnis. Bisa dilihat cara berpakaian dan duduk tegak lelaki itu penuh percaya diri. Membuat Chen Qianqian mengernyit tanpa minat melihat lelaki di hadapannya jauh di luar ekspetasi dirinya akan melihat lelaki lebih absurd pilihan sang ibu yang entah bagaimana caranya bisa menemukan mereka semua.
Aku bingung dengan situasi yang menimpaku saat ini, Dimana kakak iparku mengekangku layaknya seorang kekasih. Bahkan perhatian yang diberikan padaku-pun jauh melebihi perhatiannya pada istrinya. Ternyata dibalik itu semua, ada sebuah misteri yang aku sendiri bingung harus mempercayai atau tidak.
Seorang gadis SMA bernama Nada dipaksa untuk menyusui pria lumpuh bernama Daffa. Dengan begitu, maka hidup Nada dan neneknya bisa jadi lebih baik. Nada terus menyusui Daffa hingga pria itu sembuh. Namun saat Nada hendak pergi, Daffa tak ingin melepasnya karena ternyata Daffa sudah kecanduan susu Nada. Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Warning !! Cerita Dewasa 21+.. Akan banyak hal tak terduga yang membuatmu hanyut dalam suasana di dalam cerita cerita ini. Bersiaplah untuk mendapatkan fantasi yang luar biasa..
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Wanita bertubuh ideal tidak terlalu tinggi, badan padat terisi agak menonjol ke depan istilah kata postur Shopie itu bungkuk udang. Menjadi ciri khas bahwa memiliki gelora asmara menggebu-gebu jika saat memadu kasih dengan pasangannya. Membalikkan badan hendak melangkah ke arah pintu, perlahan berjalan sampai ke bibir pintu. Lalu tiba-tiba ada tangan meraih pundak agak kasar. Tangan itu mendorong tubuh Sophia hingga bagian depan tubuh hangat menempel di dinding samping pintu kamar. "Aahh!" Mulutnya langsung di sumpal...