Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / My Sexy Sister
My Sexy Sister

My Sexy Sister

5.0
124 Bab
6.7K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, pria matang seperti Jeremy akan jatuh cinta pada adik tirinya sendiri, kecantikan dan tubuh seksi Sashi sangat memikatnya, belum lagi tingkat kepolosan Sashi yang selalu menarik perhatian Jeremy agar selalu ada. Berawal dari perhatian kecil hingga berlanjut pada sentuhan kedekatan intim yang memuaskan, saling membutuhkan satu sama lain, menjebak untuk selalu bersama dan perasaan itu semakin besar. Hubungan keduanya tak mendapatkan dukungan, bahkan Sashi akan dijodohkan demi melebarkan sayap bisnis keluarga tanpa peduli Sashi mau atau tidak. Akankah Jeremy dan Sashi bisa bersama? Atau Sashi lebih memilih menjauh dari Jeremy demi masa depan pria itu dan bisnis keluarga?

Bab 1 Kamu Seksi

“Kamu seksi kok, Sas!”

Sashi yang kala itu baru saja menangis sontak mengerutkan keningnya, tidak ada pembahasan apapun, tiba-tiba Jeremy mengutarakan hal demikian.

Seksi? Apanya yang seksi? Dan kenapa sampai dinilai seksi?

“Kakak ngomong apa coba?” Sashi memiringkan kepalanya. “Aku tuh habis diputusin pacar aku kok, kamu bilang aku seksi, emang masalahnya sama model tubuh?”

“Eng-enggak gitu, biasanya kan cowok lihat itu!” jawabnya berkilah.

Jelas itu membingungkan Sashi, sejak menjadi adik sambung alias adik tiri dari Jeremy di keluarga Laksana, memang pemuda itu tak pernah menunjukkan ekspresi tidak suka, Jeremy sangat terbuka dengan kedatangan Sashi juga ibunya, hanya saja perhatian Jeremy yang suka membuat Sashi bingung sendiri.

Seperti saat ini, dia baru saja diputuskan kekasihnya karena satu hal yang sama sekali tak ada hubungannya dengan kata ‘seksi’, tapi yang ke luar dari mulut Jeremy justru kata itu, menyebalkan sekali.

Sashi lantas berdiri, dia tepuk kedua tangannya yang mulai bercampur debu jalanan itu, tidak ada ritual jogging sore yang menyenangkan, hancur mood yang dia bangun susah payah.

“Kamu mau ke mana sih?” lagi-lagi Jeremy selalu menahannya, Kanaya harus menurut padanya sebagai adik.

“Kak, aku lagi nggak enak banget hari ini. Jangan ganggu deh!”

“Karena nggak enak itu, Kakak mau hibur kamu!”

“Mau ngapain sih?” Sashi berusaha menarik tangannya, tapi pemuda yang lebih tua tujuh tahun darinya itu tak mau tahu. “Jangan maksa deh!”

Jeremy tak mau dengar, dia membawa mobil tadi, sengaja mengikuti Sashi ke luar bersama kekasihnya diam-diam. Jujur saja, Jeremy lebih dulu tahu siapa Sashi sebelum gadis itu masuk ke rumahnya sebagai adik, seorang adik kelas mantan kekasihnya yang sangat menarik perhatiannya, tapi Sashi tidak tahu Jeremy sama sekali.

Seksi, energik, mempunyai paras yang cantik, ditambah lagi Sashi bukan tipe gadis yang suka mengumbar tangan untuk kenalan, dia cenderung tidak percaya diri, itu yang membuat Jeremy suka padanya.

Takdir mempertemukan keduanya kembali dalam satu hubungan yang disebut keluarga, Jeremy tak mengelak bahwa perasaannya itu salah, hanya saja dia tak bisa menahan diri untuk tidak menyukai Sashi, gadis itu terlalu menarik baginya.

“Kakak cuman mau ajak aku nonton, gitu? Kalau gini aku ya bisa sendiri kali, Kak!” Sashi mengerucutkan bibirnya.

Jeremy melepas selt belt miliknya lebih dulu, kemudian dia menarik milik Sashi hingga embusan nafas Sashi menabrak lembut pipinya.

Sashi menahan mati-matian degub jantungnya yang tak terkendali sama sekali, bisa-bisanya dia berdebar hanya karena sedekat ini dengan Jeremy, kakak tirinya sendiri. Bibir tebal tipis nan seksi Sashi lipat ke dalam, dia gigit sedikit bagian bawah yang tebal itu, dari sudut matanya bisa Jeremy lihat betapa seksinya Sashi, ingin dia cium detik ini juga.

Tapi, pengendalian dirinya sangat baik.

Tubuh Sashi tersentak saat lagi-lagi tangan Jeremy menggandeng tangannya, ini bukan kali pertama, tapi dia selalu gugup saat Jeremy menggandengnya.

“Kak, aku nggak mau nonton!”

“Udah, ikut aja. Lagian yang aku pilih buat kamu ini filmnya lucu abis, gokil!”

“Ih, tapi aku nggak mau, Kakak juga belum izin sama papa dan mama, kan?” Sashi punya senjatanya.

Jeremy memutar kedua bola matanya malas. “Papa sama mama percaya kalau kamu ke luar sama Kakak, udah ikut aja, ini nggak bakal buat kamu rugi!”

Ya, benar, apa yang Jeremy katakan karena nyatanya Sashi tidak pernah dirugikan bila dia ke luar bersama Jeremy, pemuda itu akan selalu menjadikan dia nomor satu, bahkan bisa dibilang lebih dari sekadar adik, bisa dikatakan kekasih malah, banyak orang dibuat salah paham.

Gandengan tangan Jeremy semakin mengetat saat mereka berbaris antre, sungguh dia akan marah bila ada yang melirik Sashi.

“Aku tuh nggak suka gitu kalau ke luar sama Kakak, sukanya berantem mulu!” Sashi obati tangan kanan Jeremy yang baru saja baku hantam. “Kenapa sih suka banget mukul orang, kamu stress ya?”

“Kakak nggak suka aja kamu dilirik gitu sama dia, kamu nggak murahan!”

“Sashi tahu, itu juga nggak sengaja dia bilang. Jangan emosian dong, posesif amat sama adeknya!”

“Auh!”

“Ini aku udah pelan, Kak!” Sashi tahan tangan Jeremy yang endak terlepas kabur itu, bisa-bisanya main kabur saja. “Aku nggak mau ya kalau kamu mukulin orang lagi!”

“Kalau gitu kamu jangan seksi-seksi!”

“Apaan sih, nggak ada yang seksi!”

Tontonan yang seharusnya bisa membuat mereka tertawa, nyatanya hanya membuat Sashi sebal, dia memang sudah lupa sakit yang ditorehkan sang mantan, tapi dia kesal saat ini mengingat Jeremy selalu saja bermain brutal kalau ada yang meliriknya, sekalipun tidak sengaja.

***

Di kamarnya, Jeremy usap foto berdua bersama Sashi yang diambil saat keluarga ini baru bersatu, saat itu Sashi duduk di bangku SMA, belum pandai berhias seperti sekarang ini, lima tahun terlalu cepat bagi mereka bersama.

Jeremy hanya melirik malas saat ponselnya berdering, dia sudah tak ada hubungan lagi dengan gadis berambut pirang bernama Clara itu, mereka sudah putus, tapi masih terus saja mengganggunya.

“Kak, mama udah selesai masak, ayo makan!”

Jeremy berbalik, dia tersenyum pada Sashi, gadis berusia 19 tahun itu melenggang masuk sambil menarik kaosnya yang kebesaran, duduk di tepi ranjang dan mengambil ponsel Jeremy.

“Kenapa nggak angkat telfonnya nih cewek, bete?”

“Udah putus, kan. Ngapain diterima, males!”

Sashi sontak berwajah jelek. “Kakak yang peka sedikit dong, dia gini itu masih sayang sama Kakak, jadi-“ Sashi bungkam, wajahnya sangat dekat dengan wajah Jeremy saat ini, pria itu membungkuk di depannya.

Jeremy terseyum tipis nyaris tak terlihat indra penglihatan Sashi, perlahan dia dekatkan wajahnya, mengikis jarak yang ada hingga ujung hidung mereka bertemu. Ibu jari Jeremy mengusap bibir tebal tipis Sashi dengan gerak sensual, gadis itu masih belum sadar akan kegiatan kakaknya yang membuat dia terperangah.

Saat bibir Jeremy endak menyapu bibir Sashi, gadis itu memalingkan wajahnya yang memerah, Jeremy tersenyum, dia usak lembut rambut Sashi, kemudian meninggalkan Sashi sendirian di kamarnya.

Foto yang sedari tadi Jeremy pandangi masih tergeletak di meja dekat ranjang, posisinya terbalik hingga Sashi tak tahu foto apa itu, dia hanya menetralkan debaran di dadanya sebelum bangkit dan berjalan ke luar.

“Nggak, Sashi ... no, kamu nggak boleh mikir yang aneh-aneh sama kakakmu, dia kakakmu pokoknya!” Sashi bermonolog dengan batinnya sendiri.

Dia berlari cepat ke ruang makan, tampak di sana Jeremy tengah asik bercanda dengan sang mama, kedua tangannya terkepal, ingin sekali dia sumpal mulut Jeremy dengan gulungan tisu, bisa-bisanya membuat dia berdebar tidak karuan.

“Sashi, makan sini, Sayang!” tegur mama.

“Iya, Sayang, sini!” timpal Jeremy tanpa dosa.

Rese!

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY