img [BL] Rahasia Perselingkuhan Terlarang  /  Bab 3 3. Chapter I: Austin + Kenan | 60.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 3 3. Chapter I: Austin + Kenan

Jumlah Kata:2159    |    Dirilis Pada: 07/05/2023

mobil BMW berwarna hitam yang ikut mengejar dari sebelah sisi kanan jalan. Sebuah K

a yang berkibar diterpa angin malam telah rusuh, dan poninya jatuh menutupi dahinya. Meskipun demikian, larinya tidak go

ang pria berpakaian preman seperti dua orang yang tadi, mata mereka menatap lurus kepadanya. Seseorang yang merupakan penerima telepon dari Ken

epan dan belakangnya. Mereka terlihat terlatih bela diri. Salah

dia tahu siapa orang yang memerintahkan mereka. Tak

iapa dalang di balik orang-orang ini. Sehubungan dengan itu, satu yang dia tidak tahu; ke

Tubuhnya yang tinggi berdiri di depan jendela kaca menatap keluar. Lelaki itu memakai setelan jas hitam, berusia sekitar tiga puluh lima tahun. Surai hitam yang menutupi dahinya tak lantas mengura

n suda

isa dikatakan sangat tenang. Lelaki itu berpaling seraya menatap Kenan seperti predator, bola

lelaki yang dipanggilnya Markus ini memperlakukannya. Jika Markus ingin bertem

a, lelaki itu lantas berkata dengan santai. "Gue akan melepaskan lo asalkan lo menjadi kucing yang jinak." Markus mengulurkan tangan kanannya untuk mengangkat dagu

ir marah kepada kedua orang itu yang kini telah pergi dari sisinya, selain lelaki di depannya yang masih menatap dengan intens. Dalam situas

kembali berbicara,

ir satu-satunya selain sebuah executive chair yang terl

enang-senang?" tanya Markus penu

ang sama sekali tidak dia mengerti. "Maksud lo apa?

"Lo sedang bertingkah bodo

laci. Markus kemudian mengitari meja, meletakkan lembaran kertas tersebut dengan kasar di meja depan Kenan sebagai jawaban atas pertanyaanny

pkan uang gu

tandus sampai-sampai otaknya yang mendidih karena panas langsung membeku dalam bebe

a maks

gue sekitar 7,5 miliar denga

!" bantah Kena

i yang menggelapkan uang jutaan rupiah bersama seorang wanita dan meninggalkan anak dan

uk menahan amarah. "Si lonte itu yang menggelapkannya

tas nama lo." Markus menatap Kenan tajam dengan kedu

rsyukur, karena gue telah memberikan kelonggaran buat lo. Jika orang lain yang melakukannya, gue akan menyuruh anak buah gue mengeluarkan jantungnya untuk d

alingkan wajah karena mua

lo akan menjebloskan gue ke penjara?" Dia mengan

guna, sebagai gantinya, lo akan menjadi

enjadi mainan pemuas nafsu lelaki bajingan di depannya ini, itulah pikirnya

lo pilih?" tany

tan keraguan melintas di mata Kenan. meskipun begitu, seringai lebar mengembang di kedua sisi waj

, Markus berkata, "Kembali

anggapnya sebuah mesin ATM? Bayangkan, uang sebanyak itu bisa beli satu

marahan yang hampir meledak. "Dua bulan? Lo gila. Gue gak bis

pada detik selanjutnya. Markus tersenyum mir

ni sengaja memerasnya dalam kesempitan di situasi sekarang ini dan juga menggunaka

e, bakal senang lo pulang

tidak mampu menyelesaikan beberap

o? Lo lupa, gue punya bawahan yang bisa mendapatkan informasi seseorang dengan mudah. Bahkan dari mana see

ena gue gak melapor polisi itu berati gue bakal menutupi fakta. Kalau gue membenci

idak bakal pula

"Oh, lo harus," tita

tu, Markus menyela lebih dulu, "Apa lo gak mau memba

ri Kenan, dirinya ingat betul tentang 'dia' yang telah menghancurkan hidupnya, merenggut paksa harga dirinya di masa

akal datang kembali ke kehidupannya. Namun, ternyata lo malah bersembunyi kaya kelinci pengecut." Tampak

g-bayang masa lalu kembali datang entah dari mana dia menggerakkan gig

"Ingatlah apa yang selalu dia lakukan pada lo. Utangnya sama l

kembalikan semua uang itu, semuanya." Su

bir Kenan dan menggigitnya. Kenan memekik tertahan

tertinggal dalam dirinya atas perlakuan lelaki tadi, ini bukan yang pertama

lang itu jika bertemu dengannya lagi. Dan Markus adalah ancaman terbesarnya sekarang

us direbut kembali dari tangan Austin, mungkin Kenan juga akan mengambil bunganya. Lihat saja, Kenan akan membimbing lelaki itu dengan kejam k

*

, di pintu kulkas dia menemukan selembar kertas not

kaleng bir, Kenan duduk di sofa sementara matahari menerangi seluruh ruang tamu. Suasana tenang, di lantai atas dan bawah. Para tetangga dekat kosan pergi bekerja atau sekolah, bahkan ke

ke dalam keluarga seperti dulu lagi rasanya seperti sebuah mimpi, harapan yang seperti itu sudah pernah hilang dari Kenan s

an mengirim ke berbagai belahan bumimana pun, dia tahu selama Kenan tidak ingin

lkohol dalam kaleng aluminium itu sudah habis. Tak ada yang ingin dia lakukan sela

*

keningnya saat terus mempertahankan kesadarannya agar tidak tertidur. Jika boleh mengeluh maka dia akan mengeluh tentang anggota tubuhnya yang sudah tua. Dan dia ingin lekas berist

ahannya mengetuk pintu,

" sahutnya

kit dan berkata, "Ada seseorang ya

enting, tanpa pikir panjang dia menolak. "Bertemu denganku? Apakah dia sudah membuat j

ngangguk dan pergi, malah menat

aku untuk menemuinya padahal aku sedang si

ara yang lebih kecil lagi. "Dia

ng entah ke mana, menatap bawahan itu yang menunduk untuk menyembunyikan ekspresi

n Pra

dia berjalan melewati bawahannya itu dengan langkah cepat.

ya ada beberapa orang pengawalnya sedang berbicara dengan lelaki itu. Merasakan kedatangan seseorang,

an Pradipta

tak jump

━━━━━━━━

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY