aman dan K
ekitar kantin terasa begitu jauh. Pikirannya terganggu oleh perasaan cemas yang mendalam, yang semakin mengganggu sejak p
ihatkan dirinya-Anna-di depan sekolah dengan tatapan serius, mengenakan jaket hitam yang biasa ia pakai. Itu bukan foto biasa. Itu foto yang diambilcoba-coba sembunyikan lagi identitasmu. Aku a
annya selain dia. Rasya yang terus mengganggu, yang mulai mencari tahu siapa dirinya, ya
rguncang. Namun, rasa khawatir yang menggelayuti hatinya membuatnya sulit berkonsentrasi. Seharian di sekolah, pikirannya teralihkan oleh ancaman yang
ngkunya, berjalan menuju lorong sekolah. Namun, saat ia melangk
ndah memanggiln
ksakan senyum tipi
at. "Kamu kenapa? Tadi kamu
saha menyembunyikan kegelisahannya.
ragu. "Kamu nggak tertarik ikut ngobrol sama F
"Mungkin nanti, ya. A
gi. Ia tahu Anna bukan tipe orang yang mudah menunjukkan kelemahan. Namun, ada sesu
-
kah, setiap kali ia berbicara, ia merasa seperti ada mata yang mengamatinya. Rasya telah mencium bau
milik Tobi, yang sudah seperti teman baik baginya. Tobi yang dewasa, bijaksana, selalu memberinya nasihat yang me
ngan cepat, menyapa Tobi yang tengah
n senyum khasnya. "Lo k
rsi bar dengan tangan terlipat di
hnya yang cemas. "Tentu, lo keliha
irnya memutuskan untuk berbicara. "Rasya mulai tahu se
n serius. "Lo yakin? Rasya itu gak bisa d
ah berusaha menjaga semuanya tetap tersembunyi, tapi dia... dia menemuka
onsekuensinya. Gak ada yang bisa sembunyiin selamanya. Tapi yang penting,
namun kekhawatirannya tidak kunjung hilang. "Aku cuma
il menyodorkan secangkir kopi. "Buat dia tahu,
ia berhenti bersembunyi. Rasya tidak akan berhenti mencari tahu, dan mungkin, inilah waktunya untu
-
asya tidak mengganggunya secara langsung, tetapi Anna tahu betul bahwa dia mengawasinya. Di kantin, saat
kata Fira dengan nada khawatir.
enangkan teman-temannya. "Gak ada a
g, kan?" tanya Indah pelan, hampir tidak terdengar. "Lo
.. aku cuma butuh waktu buat diri aku sendiri," jawabnya, matanya m
masih merasa ada yang tidak beres, namun dia tahu b
engan rahasianya. Anna tahu bahwa ia tidak bisa terus bersembunyi. Dalam bebe
berhenti sampai ia tahu siapa sebenarnya Anna. Dan
-
lah berbunyi, Anna mengumpulkan barang-barangnya dengan cepat. Namun, se
nn
ujung lorong, menatapnya dengan tatapan yang penuh arti. Wajahnya tidak men
u," katanya dengan tena
ua ketakutannya, kembali muncul dengan lebih kuat dari seb
uaranya terasa lebih rendah dari bi
jawab Rasya, "Wak