yang sekarang berdiri di hadapannya. Perintah Elang yang aneh untuk hari ini adalah dia yang harus menje
itu kepada Aurora dengan sopan. Alih-alih diterima,
nga mawar. Kamu
perintah yang diucapkan Elang sebelum dirinya berangkat ke bandara. Lelaki itu jelas
ya agar dia mendapatkan masalah. Namun, tentu saja dia tidak bisa menyalahkan Elang di hadapan k
dah mendatangi beberapa toko bunga
arkannya ke dalam tempat sampah yang berada tak jauh darinya. "Kamu sunggu
i luar negeri yang kabarnya kini menjadi teman dekat Elang. Hanya saja, dia begitu kesal. Bag
u tidak peduli dengan tinda
ia memasuki sebuah coffee shop untuk mendapatkan dua Americano, untuk Aurora dan manaj
"Aku sudah menunggumu selama lima menit." Jari-jari panjangnya itu melambai di depan Pij
cano ke arah Aurora dan berujar, "Bos bil
Americano dari tangan Pijar, kemudian melemparkan dua cup Americano itu ke dalam sampah. "Aku memiliki penya
pi, s
a berdecih, kemudian menatap tajam Pijar dengan pandanga
snya kamu meme
engadu kepada sang kekasih. Perempuan cantik itu murka ketika menatap P
a menatap lurus pada Pijar yang tengah berdiri dengan kepala menunduk. "A
"Dan kamu tahu yang lebih fatal lagi? Dia membawakanku Americano dan mengatakan ka
dan Aurora dengan tatapan datar miliknya. Dia tahu sekarang jika l
uh dengan tumpukan amarah itu kini tampak berbinar. "A
dengan mesra. "Kamu memang yang terbaik," katanya denga
an Pijar. Wanita itu mengamati tampilan Pijar
aan dengan itu, sebuah minuman kaleng b
in. Elang tampak membisu menatap datar ke arah sekretaris pribadinya. Tidak ada pembelaan yang diberikan, atau justru dia tampak puas melihat pe
banding dengan bibirnya yang menyeringai. "Kalau sud
ta Pijar. Tapi dia memiliki cara lai
rnyata belum puas membalasnya. Terlebih lagi, ketika melihat Pijar
pada Aurora alih-alih melakukan apa pun yang diing
!" Perempuan itu berteri
rmi
a itu memberikan satu tamparan di pipi Pijar. Rasa panas yang menjalar itu terasa membuat kepala Pijar beg
urora kembali berteriak tepat di depan wajah Pijar,
sebelum akhirnya membalas perempuan itu dengan menjambak rambut
an itu seketika memenuhi ruangan besa
n segera mendekat untuk memisahkan Pijar
kang. Beruntung, Pijar bisa berpegangan pada sofa sehingga tidak terjerem
enarik Aurora ke pelukannya. "Kamu benar-benar menunjukkan k
ia menahan mati-matian air matanya untuk tumpah di hadapan pria
rora memang gadis yang berbeda kelas. Namun, meskipun begitu
rpelukan, Pijar pun berdiri tegak dan menatap Elang dengan berani. "Kalau kamu ing
*