nar-benar kete
eluar dari bar, dia tidak menemukan mobi
ngguh keterlaluan, sepertinya rasa iba sudah tidak ada lagi di dalam hatinya. Tertutup dengan kebencian yang memenuhi nalurinya. Pijar kemudian melihat jam d
ampai ke tempat yang dulu pernah dia datangi. Pijar memantapkan n
ak terkejut. "Apa ada hal yang penting sampai kamu
api, saya tidak bisa menjadi sekretaris Pak Elang lagi." P
menyerah?" Lelaki paruh baya itu segera b
i, izinkan saya untuk bisa mundur dari sekretaris Pak Elang." Alih-alih menjawab
m hatinya. Padahal, sepanjang dia bekerja di bawah komando ayah Elang, tidak pernah sekalipun dia berpikir un
etika Elang memecatnya di pertemuan pertama, Pijar begitu yakin untuk tetap berada di sisi Elang sebagai sekretaris pribadinya. Toh saat it
an? Kamu pasti tahu bagaimana menghadapi Elang." Suara Gema itu membuat Pijar mendong
menjawab. "Tapi,
n kamu lebih dari mampu menghada
arnya tidak paham kenapa Gema bersikeras untuk membuatnya 'm
ntingan lain yang tengah mereka upayakan? Namun, Pijar sanksi. Sebab, dari segi ma
pikirannya belum menemukan jaw
engganggu istirahat Bapak dengan datang ke sini." Setidaknya, ini adalah caranya
penasaran dengan masalah yang terjadi antara kamu dengan
n. Jika dia memutuskan untuk bertahan, maka biarlah perlakukan buru
*
u katakan kep
elaki itu. Tatapan tajam dan jijik itu lagi-lagi dilemparkan kepada Pijar. Kedua lenga
akan apa pun." Pij
g tidak akan pernah hi
rus bisa lebih tegar lagi menghadapi manusia iblis seperti Elang. Lihatlah, ba
ya saat mengatakan nama lengkap Pijar. "Jangan karena di bel
Elang atas perlakukan lelaki itu semalam. "Bapak meninggalkan saya dengan manusia-manusia hidun
tidak bisa keluar dari ruangan itu, apa yang akan terjadi? Hanya
as dengan satu lelaki, 'kan?" Elang menjawab santai. "Jad
engan tegas. Matanya memerah karena amarah.
nyikan kebusukanmu itu di belakangku." Elang menegakkan tubuhny
gunakan dan menganggap apa pun yang Bapak tahu di permukaan ad
itu sedikit keras. Wanita itu tidak melihat bagaimana kata-katanya lagi-lagi mampu membuat Elang me
mu terlalu berani untuk menyerangku sekarang
*