lah tidak pernah terjadi apa pun. Semua pekerjaannya dila
an ... Elang kembali
kepada Aurora. Merendahlah di depa
r ingatan, ketika Elang meme
ngulang perintah yang diucapkan lelaki itu k
..
dak membantah kalimatnya, membuat Pijar pun
, sedangkan Aurora memiliki penyakit lambung akut." Pijar menatap Elang yang sekarang rahangnya terlihat mengetat erat. Kendati demikian
n masalah bunga dan minuman itu
b saya tidak bersedia diinjak-injak ole
in keras memberontak. Pijar akan membuktikan pada lel
kendati wajahnya masi
menimpali Elang, Pijar pun undur diri. "Kalau tidak ad
g. Bahkan, terlalu tenang sampai-sampai membuat Pijar keheranan. Tidak ada panggil
tu pulang, suara bariton Elang mengagetkannya. "Kita
adalah, Elang seharusnya tidak memiliki jadwal meeting di jam sekarang. Namun, Pijar tetap melakukan peri
egera menolak untuk terus tenggelam dalam memori yang lalu. Sepanjang perjalanan, tidak ada yang berbicara
Kalimat laki-laki itu begitu mencurigakan, membuat Pijar semakin meneguhkan penilai
aku pesan. Sebentar lagi aku sampai." Begitu El
ng berhenti di sebuah bar mewah di mana ha
bil. Lantas dia bertanya, "Bapak yakin akan meeting di tempat seperti ini?" Keraguan yang ada di d
tah Elang tanpa men
dia harus berlari untuk bisa mengejar langkah Elang. Sampai di dalam gedung tersebut, suara musik menggelegar lua
merasa ketakutan
apa-apa,' sugestinya di dalam hat
ang yang ada di sana. Terlebih, kenangan kelam di masa
n sekarang!' ucapnya
eruntung, setelah dia masuk ke dalam ruangan, suara berisik itu teredam sempurna.
rsenyum ketika melihat Pijar, dan itu adalah sebuah senyum culas yang membuat Pijar merasa tid
i mereka berbicara. "Siapa namamu?" Tatapan lelaki
a sekretaris pri
ia terlalu cantik kalau cuma jadi sekretari
bosnya bisa membelanya dengan bantahan. Namun, Elang diam seolah tidak mendengar kalimat
a. "Nominalnya terlalu tinggi. Kalau mau kerja sama kita
Ayolah, bukankah kita sudah berteman lama?!" Lelaki yang
Elang menarik napasnya panjang
mereka mulai berpesta. Pijar tidak tahu apa fungsinya dia berada di sana. Sejak tadi, Elang bahkan tidak
uknya setelah menenggak beberapa gelas anggur. Namun
a pergi, Pak?" tanyanya. Pijar takut ditinggalkan sendiri bersama
ri jasnya sedikit menyentak. "Te
u sebagai teman-temannya. Sejenak, suasana di dalam ruangan itu hening. Satu lelaki yang duduk te
begini." Pijar bergeser un
g Elang? Kami kenal betul siapa Elang, dan bagaimana liarnya bocah itu." S
lacur." Pijar berusaha unt
k tergoda oleh bos kalian. Dan kita berbicara tentang Elang. Tidak ada perempuan yang bisa menolak lelaki seperti itu. Dia tampan dan banyak uang. Aku juga yakin
Cekalan tangan lelaki itu terlepas. Tas ta
etapi lelaki itu tak kunjung datang. Siapa yan
nton. Bahkan dengan santainya menyesap anggurnya seolah di depannya tidak terjadi apa-apa. "Kita belum melak
annya di depan lelaki itu. Seringaiannya muncul menyembunyikan ketakutan yang dirasakan.
*