mai, namun hatinya seringkali sepi, merindukan kehangatan suami yang jauh di perantauan. Zidan, putran
seorang pria paruh baya yang dikenal baik, datang menagih. Tatapannya yang tajam dan penuh minat membuat I'in bergi
aknya. "Transaksi" dengan Pak Nung, ide gila yang membuatnya mual sekaligus tergiur. Tubuhnya mereman
ankan kehormatannya demi uang. Ia akan mencari jalan keluar
utang yang menumpuk membuatnya tak bisa tidur. Ia harus menemu
Ia akan memohon keringanan, berjanji akan mencicil hutang
Pak Nung. Ia akan menghadapi pria itu den
ak Nung," sapa I'in
Silakan masuk," jawab Pak N
rjanji akan mencicil hutang itu. Pak Nung mendengarkan
tahu, saya juga punya tanggungan," ucap Pak Nung dengan suar
Pak. Saya akan bekerja lebih k
imana jika kita membuat kesepakatan
ung, bingung. "Kes
a belah pihak," jawab Pak Nung, mata
an. Ia tahu ke mana arah pem
in, jika Neng bersedia menemani say
ng. Ia merasa seperti disam
ya bisa memberikan kehangatan yang Neng
gan tawaran itu. "Tidak, Pak!
s. Neng bisa melunasi hutang dan mendapatkan
ud? Kebahagiaan di atas penderitaan saya
ta harus pintar-pintar memanfaatkan kesempatan," k
a perempuan murahan yang bisa dibeli den
saya tahu Neng membutuhkan uang," kata
an menjual diri saya! Saya lebih baik mati daripa
asa kotor dan jijik. Ia tak menyangka Pak Nung, orang yang
membuat keputusan yang benar. Ia telah memilih untuk mempe
ari cara lain untuk melunasi hutangnya. Ia harus
n kekuatan dan petunjuk dari Tuhan. Ia percaya,
kan menghadapi dunia dengan kepala tegak. Ia akan membukt