egangan, takut kalau dia akan jatuh ke dalam jurang yang tak terlihat. Ezra terus mengawasi gerak-geriknya, tak pernah jauh darinya, seperti ba
anya di lorong kampus-rasanya dunia ini menyempit. Semua orang bisa melihat kedekatan mereka, meskipun mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik itu
ekspresi yang sulit dibaca. Ada sesuatu dalam dirinya yang membuat Ivy tidak bisa mengabaikan pria itu. Dia tahu, dan
tu yang seolah-olah menembusnya. Tidak ada kata-kata, hanya ketegangan yang menggantung di udara. Ivy merasaka
rtuju pada Ezra-pada kenyataan bahwa dia sudah terperangkap dalam cengkraman pria itu. Setiap kata yang
an, namun langkahnya tertahan ketika dia mendengar suara langkah kaki ya
ampir seperti bisikan yang memaksa perhatia
an di wajahnya. "Aku... Aku harus pergi sekara
erlu berbicara tentang malam itu. Tentang apa yang terjadi antara kita." Suaranya tidak
ndari tatapan tajam Ezra. "Tapi, Ezra, itu
? Kau benar-benar pikir aku akan membiarkanmu melarikan diri dari apa yang kita m
. "Kau tahu kita tidak bisa berhenti di sini. Itu hanya
an yang tidak bisa ia tahan, keinginan yang semakin sulit untuk dilawan. Namun, di dalam hatinya, dia tahu
hampir tidak terdengar, mencoba menahan air mata yang mulai menggenang
kemenangan yang jelas terlihat di matanya. "Kau akan tahu. Kau akan bel
h ke dalam pelukannya. Tapi kali ini, Ivy tidak membiarkan dirinya terjatuh. Dia m
penuh dengan kekesalan. "Kenapa kau harus melibatkan
-kadang, Ivy, kita tidak punya pilihan. Dan kau akan segera menya
galir tanpa bisa ditahan. "Aku tidak ingin terjebak," suara Ivy pecah, dan dia merasa seperti
am di antara mereka. "Kau tidak bisa lari dari kenyataan ini, Ivy
enyataan. Tidak ada yang bisa mengubah apa yang sudah terjadi. Namun, ada
ke tempat yang sangat berbeda. Tempat yang lebih gelap. Dan dia akan berjuang untuk keluar,
Ivy tahu dia sudah te