i ke meja makan bersama Arvino, segala sesuatunya tampak biasa. Senyum Nayara yang selalu hangat untuk suaminya kembali
rucapkan, sebuah ancaman yang mengendap di antara mereka, yang disadari hanya oleh Leonel dan dirinya sendiri. Nayara berusaha ker
itu masih menyelimuti hatinya. "Kita sudah selesai untuk hari ini, kan?
"Ya, kita sudah selesai. Terima kasih suda
erlihat seolah semuanya baik-baik s
n yang gelap di luar. Arvino menyetir dengan tenang, tidak menyadari ketegangan yang melanda istrinya. Nayara menatap ponselnya yang tergeletak di pang
apa pun yang berada di dekat Leonel tidak bisa menghindari caranya untuk membuat orang merasa seolah-olah mereka adalah pusat dunia. Panggilan dari Leonel bukan
berkata sambil menatap sekilas ke arah
k-baik saja, sayang. Hanya sedik
atap refleksinya. Mata yang sedikit lelah, wajah yang terlalu lempeng untuk wanita muda sepertinya, dan bibir yang mulai terasa kering, membuatnya merasa semakin jauh dari d
eka. Ada sesuatu yang lebih gelap. Sesuatu yang tidak ingin dia akui, namun selalu mengusik kesadarannya. Leonel bukan sekadar lelaki biasa. Dia adala
arinya, di
h dia bisa lebih dekat dengan wanita itu? Setiap kali Nayara memasuki ruangannya, Leonel merasa ada yang menarik di dirinya. Seperti magnet yang tak bis
" Arvino bertanya dari belakang, meny
nnya. "Tidak ada yang salah, Arvino. Aku hanya memi
curiga. "Ah, itu ide yang bagus. Aku sena
hilang, dan dia tahu, hanya Nayara yang bisa mengisi kekosongan itu. Dalam pikirannya, semakin hari, semakin jelas bahwa dia tid
ngan Arvino, dan kedudukannya sebagai bos dari suaminya, dia tahu langkah yang salah bisa berakhir buruk. Tetapi hati Leonel tidak
u rasa kita perlu berbicara lebih banyak tentang menu
san. Nayara menjawab dengan singkat, tetapi cukup untu
. Aku bisa dat
n itu kembali, sensasi yang sama seperti pertama kali bertemu Nayara-adrenalin, has
e i
erlihat elegan. Leonel menyambutnya dengan senyum yang lebih nyata, lebih
r, kita bisa menciptakan sesuatu yang benar-benar unik untuk restoran ini." Suara Leonel terdenga
-hati. "Aku senang bisa memba
annya semakin tajam. "Aku pikir... kita bisa lebih dar
ah ini terlalu berbahaya, tapi dalam dirinya, sebuah perasaan yang tak bisa diajelask
n Leonel, atau apakah dia juga terjatuh dala