/0/23807/coverbig.jpg?v=17d4007b3cb3940dfcc99af9d009ba84)
Leonel terobsesi pada sosok Nayara, wanita muda yang memesona dengan sikap lembut dan senyum yang sulit dilupakan. Yang membuat segalanya semakin rumit, Nayara adalah istri dari Arvino, salah satu chef terbaik di restoran milik Leonel. Sejak pertama kali melihat Nayara di pesta pernikahan Arvino beberapa bulan lalu, Leonel tak pernah bisa menghapus bayangan wanita itu dari pikirannya. Cantik, anggun, dan penuh pesona-Nayara menjadi semacam candu yang tak bisa dia lawan. Dia melakukan segala cara untuk mendekati Nayara. Diam-diam mengatur jadwal kerja Arvino, memanipulasi kesempatan agar Nayara datang ke restoran, bahkan mencari tahu hal-hal pribadi tentang kehidupan rumah tangganya. Leonel tak lagi peduli bahwa dia telah memiliki Carissa, istri sah yang telah menemaninya selama lima tahun sejak mereka dijodohkan. Carissa adalah wanita baik, tapi tak pernah mampu membakar hasrat dan ambisi dalam dirinya seperti Nayara. Mampukah Nayara bertahan dari godaan lelaki yang tak mengenal batas, atau justru akan jatuh dalam pelukan majikan suaminya sendiri?
Leonel Vargas duduk di ruang kerjanya, mata tajamnya menatap layar laptop dengan penuh konsentrasi. Namun, pikirannya bukan pada dokumen yang terbuka di depan matanya, melainkan pada seseorang yang terus mengganggu benaknya sejak beberapa minggu lalu. Nayara. Nama itu terus terulang dalam pikirannya, tak peduli berapa kali dia mencoba mengalihkan perhatian.
Dia pertama kali melihat Nayara pada pernikahan Arvino, kepala koki terbaik di restoran yang dimilikinya. Pesta itu adalah sebuah acara megah dengan banyak tamu penting, tetapi bagi Leonel, semuanya kabur, tergantikan oleh kehadiran seorang wanita muda yang begitu memikat. Nayara. Rambut hitam panjangnya yang tergerai dengan lembut, mata coklatnya yang penuh misteri, dan senyumnya yang penuh kepolosan namun menggoda.
Semua itu terasa seperti sebuah mimpi yang tak ingin dia bangun. Setiap detail tentang Nayara terukir dalam benaknya, bahkan aroma parfum yang menguar di sekitarnya saat mereka pertama kali bertemu di pesta itu masih terasa jelas di hidungnya. Nayara begitu berbeda, begitu kontras dengan kehidupan Leonel yang telah terbiasa dengan wanita-wanita glamor dan penuh ambisi. Nayara adalah ketenangan, sementara dia sendiri adalah badai yang tak pernah bisa berhenti bergerak.
"Kenapa dia terus mengganggu pikiranku?" Leonel bergumam, tangannya meremas kertas yang ada di atas meja. Saat itu, pikirannya melayang lagi ke pesta pernikahan yang elegan itu. Nayara berdiri di samping Arvino, suaminya yang tampaknya tak memiliki kesadaran akan apa yang ada di depan matanya. Leonel mengamati Nayara dengan seksama, mencoba menangkap setiap gerakan dan ekspresi wajahnya. Seolah-olah dia bisa membaca wanita itu hanya dari cara dia berbicara dengan orang lain, caranya menatap dunia dengan penuh keheningan dan kesungguhan.
Sejak saat itu, Leonel tak bisa lagi menahan dirinya. Dia merasa, apa pun yang ada dalam hidupnya, semuanya terbayang samar-samar jika dibandingkan dengan Nayara. Meski dia sudah memiliki Carissa, istrinya yang selama ini dia nikahi dalam perjodohan lima tahun lalu, hati Leonel tetap berpaling pada Nayara. Carissa adalah wanita yang baik, penuh perhatian, dan tak pernah menuntut banyak. Namun, meski begitu, dia tak pernah bisa menggugah hasrat dalam diri Leonel seperti Nayara.
Setiap hari Leonel mencoba menyibukkan dirinya dengan pekerjaan, tetapi setiap saat dia selalu merasa kosong, seolah ada bagian dirinya yang hilang. Dia mencoba mencari alasan untuk bertemu Nayara. Tidak langsung, tentu saja. Dia tahu, jika Arvino mengetahui niat buruknya, semuanya akan berakhir dengan cepat. Tetapi Leonel bukanlah orang yang mudah menyerah. Dia tahu bagaimana cara memainkan permainan ini dengan bijaksana.
Dengan alasan untuk membahas resep terbaru atau pengembangan menu, Leonel mengundang Arvino dan Nayara datang ke restoran. Pertemuan itu berlangsung santai, seolah hanya pertemuan profesional biasa. Namun, bagi Leonel, setiap detik yang berlalu adalah kesempatan untuk mendekatkan dirinya pada Nayara. Dia tidak perlu lagi berpura-pura. Tentu, dia sangat berhati-hati, tidak ingin Arvino atau orang lain menyadari apa yang sedang terjadi dalam pikirannya. Namun, dia merasa, setiap kali Nayara melintas di depannya, dia tidak bisa menghindari dorongan untuk mendekatinya lebih jauh.
Hari itu, saat Nayara memasuki restoran dengan senyuman ringan, Leonel merasakan detak jantungnya semakin cepat. Wanita itu selalu begitu anggun, memancarkan aura yang membuat segala sesuatu di sekitarnya tampak redup. Nayara tidak berbicara banyak, namun cara dia berbicara dengan Arvino, cara dia menyapa orang lain, memberikan kesan bahwa dia jauh lebih dalam dari apa yang terlihat. Nayara adalah misteri yang ingin Leonel pecahkan.
"Leonel, apakah kita sudah siap dengan menu terbaru?" Arvino bertanya, menarik Leonel dari lamunannya.
"Ah, tentu, Arvino. Kami sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Namun, ada beberapa hal yang ingin saya bahas dengan Nayara," jawab Leonel dengan suara yang lebih dalam dari biasanya, menatap Nayara dengan intens.
Nayara tersenyum, seolah tidak ada yang aneh, meski Leonel bisa melihat ragu di matanya. "Tentu, apa yang ingin Anda bicarakan, Leonel?"
Leonel menyadari bahwa setiap percakapan dengan Nayara harus direncanakan dengan cermat. Dia tidak bisa terburu-buru, meskipun setiap detik bersamanya terasa seperti godaan yang tak bisa dia lawan. Di dalam hatinya, Leonel tahu bahwa dia harus memiliki Nayara. Tidak peduli apa yang harus dia korbankan. Meski dia sudah memiliki Carissa, meski pernikahan mereka tampak baik-baik saja, dia merasa terperangkap dalam ikatan yang tidak memberinya kebahagiaan yang sebenarnya.
"Bagaimana jika kita berbicara lebih lanjut setelah jam kerja? Saya ingin membahas beberapa ide untuk menu spesial yang lebih personal," Leonel berkata dengan senyum tipis. "Saya rasa, Anda bisa memberikan sentuhan yang berbeda."
Nayara menatapnya sebentar, ragu, tetapi akhirnya mengangguk. "Baiklah, jika Anda rasa itu penting, saya tidak keberatan."
Setelah makan malam yang berlangsung dengan perbincangan ringan, Leonel dan Nayara berjalan menuju bagian belakang restoran. Leonel bisa merasakan ketegangan yang semakin meningkat. Mereka hanya berdua, dan meski suasana masih tenang, Leonel bisa merasakan udara menjadi lebih tegang, lebih penuh dengan kemungkinan.
"Ada sesuatu yang ingin saya bicarakan dengan Anda, Nayara," kata Leonel, suaranya serak namun tegas.
Nayara berhenti sejenak, menatap Leonel dengan tatapan yang sulit ditebak. "Apa itu, Leonel?"
Leonel maju selangkah, menatapnya dengan penuh hasrat yang tak bisa dia sembunyikan lagi. "Saya merasa ada sesuatu yang mengikat kita berdua. Saya tidak tahu bagaimana Anda melihatnya, tapi saya merasa kita bisa lebih dari sekadar teman."
Ada keheningan panjang. Nayara menarik napas dalam-dalam, tetapi Leonel sudah bisa merasakan bahwa ini adalah titik balik. Dia tahu dia hanya perlu sedikit lebih banyak waktu, sedikit lebih banyak usaha, dan Nayara akan menjadi miliknya.
Namun, jauh di dalam hatinya, Leonel juga tahu bahwa permainan ini bukanlah tanpa risiko. Sebagai bos dari suami Nayara, dia tahu bahwa ini adalah jalan berbahaya yang bisa berakhir menghancurkan banyak orang. Tetapi dorongan yang kuat itu, dorongan untuk memiliki Nayara, membuatnya tak bisa mundur.
"Leonel..." Nayara mulai berbicara, tetapi saat itu, langkah Arvino terdengar di kejauhan. Suasana yang tadinya tegang itu seketika menjadi dingin kembali.
Leonel memutar tubuhnya, menyembunyikan ekspresi yang bisa saja mengkhianati niatnya. "Mari kita bicarakan nanti, Nayara. Waktu akan memberi kita jawabannya."
Nayara hanya mengangguk, namun dalam hatinya, dia mulai merasakan bahaya yang mengintai di sekelilingnya.
Nathan menjalani kehidupan barunya setelah menikahi Elira Devina, wanita yang telah lama mengisi hatinya. Hidup di tengah gemerlap kota metropolitan, pernikahan mereka terlihat seperti pasangan muda pada umumnya-penuh gairah, harapan, dan rencana-rencana masa depan. Namun, di balik senyum dan kebersamaan itu, ada satu sosok yang selalu hadir dalam bayang-bayang mereka: Seraphine, ibu mertua Nathan-seorang janda anggun yang masih memancarkan pesona misterius dari masa mudanya. Awalnya, Nathan hanya melihat Seraphine sebagai wanita kuat yang berhasil melewati duka kehilangan suami. Ia menghormatinya, mengaguminya, tapi hanya sebatas itu. Setidaknya begitu ia pikir. Namun seiring waktu berjalan, batas yang seharusnya tak terlihat mulai perlahan memudar. Tatapan mata yang tadinya biasa kini terasa menusuk. Sentuhan singkat di dapur berubah menjadi momen yang membekas terlalu lama. Ada percikan yang tak bisa Nathan abaikan-sesuatu yang seharusnya tidak pernah muncul. Di antara diam dan percakapan, dalam sunyi dan sorot mata, terbentuk rahasia yang tak layak tumbuh. Dan dari sanalah segalanya mulai berubah.
Nadia berdiri terpaku di ambang pintu kamar tamu, tubuhnya membeku melihat pemandangan yang menghancurkan dunianya dalam sekejap. Di atas ranjang yang seharusnya hanya milik pernikahannya, Reza-suaminya-berbaring bersama wanita lain. Wanita itu adalah Karina, seseorang yang selama ini tinggal di rumah mereka dengan alasan butuh tempat sementara. Alih-alih merasa bersalah, Karina menatap Nadia dengan senyum penuh kemenangan. "Sekarang kau tahu, Nadia," ucapnya tanpa sedikit pun rasa bersalah. "Reza memilihku. Kami saling mencintai." Reza, yang seharusnya bersujud meminta maaf, justru mengangguk setuju. "Aku ingin menikahi Karina. Aku harap kau bisa mengerti." Darah Nadia mendidih. Penghinaan ini terlalu besar untuk bisa dibiarkan begitu saja. Ia mengangkat dagunya, menatap mereka dengan mata penuh tekad. "Kalian pikir aku akan menangis dan menyerah begitu saja? Jangan bermimpi." Dengan hati yang membara, Nadia berjanji pada dirinya sendiri-pengkhianatan ini akan dibayar lunas.
Gaza dan Clara terpaksa menikah karena suatu kejadian. Mereka menjalani rumah tangga dengan terpaksa, hingga keduanya menyadari jika mereka telah jatuh cinta sedari awal. Namun, masalah demi masalah muncul ketika mereka telah menyatakan cinta satu sama lain.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Novel Cinta dan Gairah 21+ ini berisi kumpulan cerpen romantis terdiri dari berbagai pengalaman romantis dari berbagai latar belakang profesi yang ada seperti ibu rumah tangga, mahasiswa, CEO, kuli bangunan, manager, para suami dan lain-lain .Semua cerpen romantis yang ada pada novel ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga bisa sangat memuaskan fantasi para pembacanya. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
"Jang, kamu sudah gak sabar ya?." tanya Mbak Wati setelah mantra selesai kami ucapkan dan melihat mataku yang tidak berkedip. Mbak Wati tiba tiba mendorongku jatuh terlentang. Jantungku berdegup sangat kencang, inilah saat yang aku tunggu, detik detik keperjakaanku menjadi tumbal Ritual di Gunung Keramat. Tumbal yang tidak akan pernah kusesali. Tumbal kenikmatan yang akan membuka pintu surga dunia. Mbak Wati tersenyum menggodaku yang sangat tegang menanti apa yang akan dilakukannya. Seperti seorang wanita nakal, Mbak Wati merangkak di atas tubuhku...