menunjukkan bahwa ia sedang mengandung anak kedua mereka, dan meski seharusnya ini menjadi waktu yang penuh kebahagiaan, perasa
umnya terasa penuh kehangatan. Salma tersenyum tipis, meski senyuman itu terasa lebih
Suara pria itu terdengar tidak sabar, seperti biasa belakangan ini.
pnya dengan tatapan yang tidak bisa ia baca lagi. Terkadang, Salma merasa seperti melihat seorang a
idak seperti dulu, di mana mereka selalu menghabiskan waktu bersama, saling berbicara tentang harapan dan impian. Sek
pun hati kecilnya menginginkan sesuatu yang lebih-suatu kejuj
saan seperti ada sesuatu yang tak beres mulai muncul. Kegelisahan yang mengganggu tidur malamnya. Ia merasa ada sesuatu yang dis
Rayden beberapa bulan lalu. Awalnya, ia tidak begitu memikirkan hal itu. Tetapi, lambat laun, ia mulai mendengar kabar dari teman
anya Salma suatu malam, saat mereka sedang duduk di meja makan, hanya mereka be
elah. "Aku banyak pekerjaan, Salma. Kamu tahu
genalmu lagi." Salma merasakan air mata mulai menggenang, tetapi ia berusaha k
i ada sesuatu dalam tatapan itu yang tidak bisa ia pahami. Seolah ia b
aranya lebih keras dari yang diinginkan. "Ak
semakin berdegup kencang. Tetapi, ia tidak tahu apa yang harus dil
ak sengaja terjaga. Ia berdiri di luar ruang kerja Rayden, menyadari bahwa suami
ulai curiga. Aku... aku merasa terjebak di antara keduanya," suara Rayden
ku. Kata-kata itu berputar-putar di kepalanya, dan setiap kali ia mencoba untuk menenangkan dirinya, rasa sakit itu sem
n terbesar dalam hidupnya. Apakah ia akan membiarkan Rayden dan Clarissa menghancurkan k
a dengan Rayden. Ia tidak bisa terus hidup dalam kebohongan, tidak bi
, suaranya bergetar meskipun ia berusaha keras
n semua ini," kata Rayden dengan cepat, mencoba mencari-cari alasan. Te
lakangku?" Salma hampir berteriak, menahan amarah yang sudah men
bisa diperbaiki. Perasaan yang dulu mereka miliki satu sama lain sekarang