yang diminta Adrian. Sudah dua hari sejak ia mulai bekerja di perusahaan ini, dan sejauh
ia itu bukan tipe bos
an tatapan itu, tatapan yang seakan menyelidiki dan mengujinya. Seakan pria it
angat men
a yang mau
angkat wajah dan mendapati pria itu berdiri di samping mejanya, tan
aha agar suaranya terde
kilas, lalu kembali menatap
nya mulai melirik mereka. Tatapan penuh rasa ing
ih menyelesaik
enit," potong Adrian, su
ak punya pilihan s
-
pria itu menutup pintu dan berjalan ke
nnya mengepal di samping tubuhnya
alu menyandarkan diri ke
elos. "Saya tidak m
ana. Sejak hari pertama, kamu selalu menjaga jarak, menghindari konta
nya. "Saya hanya ingin
sional?" Nada suaranya rendah, ha
bir, menolak terpanci
at hingga Kirana bisa mencium wangi mas
suk, dan membuat Kirana
mencoba mengatur jarak. "Apa tuj
a justru mengamati Kirana, seolah
in kita
rutkan kenin
ya tajam. "Tent
irana t
ngendalikan ekspresinya. "Saya pikir kita
ebelah alis. "Kamu
saya benar-benar ingin bek
a penuh arti. "Dan aku tidak pernah
pi.
memastikan sesu
erutkan ken
lebih rendah. "Bahwa kamu tidak berpikir ak
membalas dengan sesuatu yang tajam, tapi
tipis melihat rea
li ke kursinya, seolah percak
a kembali
mpatnya, mencoba memahami
u sedikit. "Atau kamu
luar. Begitu pintu tertutup di belakangnya, ia menempelk
bukan hanya bos
uga be
boleh terjeba
h keras untuk bersikap biasa. Ia menanamkan dalam pikira
total begitu mereka b
ingkai tubuhnya dengan sempurna. Ia tampak serius, membolak-balik do
sendiri, tapi matanya beberapa kal
kukannya, pria itu suda
tatapa
eperti tengah diuji. Seolah Adrian ingin melihat be
i
ya dan memalingkan wajah, berpur
an, ia mendengar suara A
," pang
dan menoleh
i, ekspresinya masih setenang sebelu
tasi yang baru saja disampaikan. Ia menarik napas dalam dan menjelaskan pe
mengangguk kecil. "Bagus
tapi di dalam hati ia m
ng mencari celah u
-
n dan bersiap keluar. Kirana pun melakukan hal yang sama, b
i Adrian, pria itu tib
enghindarik
Kirana t
drian hanya tersenyum samar sebel
ering. Ia buru-buru keluar
kerjanya, Dinda sudah berdiri di
kan tangan di dada. "Kamu dan
elompat ke tenggorokann
pintar kamu, tapi aku nggak buta. Selama meet
in karena aku masih baru. Dia kan bos, waj
waban itu, tapi akhirnya mengangkat
menyandarkan diri ke kursin
, tapi rahasia di antara mereka
, Adrian tidak berus
ngaja mengundangnya untuk menghadapi s