tatapan penuh arti, senyuman samar, atau kata-kata yang terdengar bia
coba menghindar, Adir
n perusahaan Sentinel. Aku ingin kita bahas sebelum presentasi m
at, berharap bisa seg
hkan dengan nada lebih rendah, "Dan Kir
Ia hanya menarik napas dalam dan melanj
ntungnya berdeta
-
terbuka di depannya sementara pria itu berdiri di
ang, tetapi saat mereka hanya berdua seperti ini, ad
ah rapi. Tapi ada satu bag
. Sebaliknya, pria itu membungkuk sedikit, menatap laya
erdebar saat wangi khas A
ih ringkas dan langsung ke intinya," ujar Adrian pel
lan ludah.
ana bisa merasakan tatapan
ini, ada sesua
itu sedang
Kirana mencoba tetap bersikap profesional
-
ai merasa lebih nyaman, atau lebih tepatnya, mul
a dan bersiap pulang, notifikasi
asuk dari nomo
bicara. Kumohon, be
gepal erat. Ia me
a
yang dulu me
ali menyeruak. Luka yang ia pikir sudah
layar ponselnya, ber
memperhatikannya, jelas menan
tanyanya deng
uru menggeleng. "Tidak, Pak
s. Ia hanya menatapnya sejena
a, suaranya lebih l
dalam tatapan Adrian. Hanya ketulusan yang e
ggumu, jangan biarkan
k pertama kalinya, ia meli
auh lebih
ia terlalu lama berad
n tidak akan b
diri bahwa Adrian hanyalah bosnya. Tidak lebih. Tidak k
iba di kantor, pria itu sudah m
i tatapannya seperti membaca semua pikirann
an ludah. Ia
harus menyelesa
a menunggu. Ini
an kerja lain, Kirana akhirnya me
erubah. Tidak ada orang lain di
bicara. Namun, pria itu malah berjalan ke meja, be
ka permainan
edip. "Perm
pura tidak terjadi apa-apa, sementa
makin cepat. "Saya tidak t
enyum mirin
ndekat. Kirana tanpa sadar mundur s
Seperti saat ini," gumam Adrian, suaranya rendah. "Kau
gannya. Ia ingin membantah
, cukup untuk membuat Kirana merasa
n jawaban
unya, mencoba menguas
i sorot matanya tajam. "Apaka
kan ya. Ingin tetap
ama Adrian ada di sekitarnya, menghindar bukanlah
aha menguasai dirinya. Ia tidak bisa memb
, Pak?" tanya Kirana akhirnya, me
. Ia hanya menatap Kirana, seo
ya akhirnya. "Berhenti berpura-pura
tangannya. "Malam i
dikit menyipit
nya berdebar hebat. "Ya. Saya mabuk. Saya
edikit lagi. "Kalau begitu, kenapa kau
ut, tetapi tak ada
maksamu mengakui apa pun, Kirana. Tapi aku
Adrian akan mengatakan hal seperti
tetap intens. "Aku tahu kau ingin menjaga profesionalisme
nelan lud
pura-pura tidak
a seakan berh
akinan. "Jadi, kalau kau benar-benar ingin menghin
mundur dan kembali ke mejanya, seolah per
iri terpaku di tempatnya, berusa
ak yakin apakah dirinya benar-ben