ruang kerja Adrian. Bahwa jika ia tetap menjaga jarak dan fokus pad
n tidak me
n caranya menatap Kirana di setiap rapat, dengan cara
as yang selama ini Kiran
-
ja lembur berdua dengan Adrian di kantor yang hamp
nya. Jarum jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, tet
nya tingg
uasana hening di dalam kantor. Hanya terdengar su
fokus. Ia benar
u melangkah keluar dengan ekspresi santai, dasi yang sudah s
ngar berat karena kelelahan, tet
epat kembali ke layar laptop. "Saya h
u bersandar di meja sebelahny
mengetik, pura-pura tidak terpengaruh
ah membaca pikirannya. "Aku
lalu mengangguk tanpa
. Ia masih menatapnya, memb
" katanya akhirnya sebe
aginya berkata begitu, sementara ia se
-
ali dengan dua cangkir kopi dan mele
gumam Kirana t
k di meja di seberangnya, menyerup
ali menyeli
a, suasana ini jus
ik. Tatapan Adrian terasa begitu lekat, meski
ngkat kepala, matanya bertemu
rana berde
knya, ia menyandarkan tubuh ke kursinya, seperti sed
sesuatu?" tanyanya
ertegun.
enyum kecil
a tahu ini permainan Adrian. Ia tahu pria itu
an, Kirana mulai merasa diri
atapnya. Cara pria itu menilai setiap gerak
mencoba melanjutkan pekerjaannya. Namun,
itu harus selalu mem
ran
lam, dan langsung m
Kirana mendon
akhirnya berujar, "Jangan terl
utkan kening.
nya. "Kau bekerja lebih dari siapa pun di tim ini. Aku men
hu Adrian adalah atasan yang tegas, dominan, bahkan terkadang
irana merasa ha
ngingat siapa dirin
ingkat, mencoba menjaga batas yan
k sebelum akhirnya menghela nap
rjaannya, dan Kirana berus
elah berubah. Ada sesuatu yang ta
-
ekerjaannya. Ia meregangkan bahunya yang terasa pegal
?" tanya Adrian, m
enganggu
opnya, lalu berdiri
ng. "Tidak perlu, Pak. S
ditebak. "Kirana, sudah hampir tengah malam.
r final, tidak memberi
, tetapi akhirnya menyerah. Ia tahu
ah," g
senyum kec
-
obil terasa hening, t
la, menikmati pemandangan la
asih dipenuhi oleh
u berusaha menjau
eheningan, membuat Kir
ng menatap lurus ke jalan, tetapi raha
bibirnya. "Saya
enar-benar terhibur. "Kau selalu menghindar. K
erdetak lebih cepat. "Karena
eliriknya sekilas. Tatapannya tajam,
nya terdengar lebih dalam, lebih serius.
tahu harus
u, batas yang selama ini ia pertahan
wati jalanan yang mulai lengang. Namun,
t, berusaha mengabaikan detak
etelah ucapannya tadi. Namun, kehening
akhirnya mobil berhenti
drian singkat, m
annya, ingin segera keluar sebelum ot
enyentuh gagang pintu,
ran
ta sejenak sebel
lama, seolah sedan
g lebih pelan, lebih dalam
seakan melompat
apa maks
buatnya sem
coba bersikap tenang. "Se
u dan keluar sebelum p
menutup pintu, suara Ad
ran
dan tatapan
kannya," ujar Adrian pela
a ter
tapnya sekali lagi sebelum akhirnya menutup
apartemennya dengan kepala yang semak
-
berusaha mengabaikan se
suki kantor, menyapa rekan kerja, dan menyal
sia-sia saat ia melangkah ke
duduk dengan jas hitamnya yang rapi dan eks
pan pria itu langsung tert
i formal seorang ata
g seolah mengatakan, Ki
Kirana terasa se
empat duduk di sisi lain meja, mencob
lam hati,
rian adalah ha
skan bahwa ia tidak akan me