img Satu Malam Bersama Bos  /  Bab 5 Ketika Batas Mulai Pudar | 18.52%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 5 Ketika Batas Mulai Pudar

Jumlah Kata:1235    |    Dirilis Pada: 14/05/2025

ruang kerja Adrian. Bahwa jika ia tetap menjaga jarak dan fokus pad

n tidak me

n caranya menatap Kirana di setiap rapat, dengan cara

as yang selama ini Kiran

-

ja lembur berdua dengan Adrian di kantor yang hamp

nya. Jarum jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, tet

nya tingg

uasana hening di dalam kantor. Hanya terdengar su

fokus. Ia benar

u melangkah keluar dengan ekspresi santai, dasi yang sudah s

ngar berat karena kelelahan, tet

epat kembali ke layar laptop. "Saya h

u bersandar di meja sebelahny

mengetik, pura-pura tidak terpengaruh

ah membaca pikirannya. "Aku

lalu mengangguk tanpa

. Ia masih menatapnya, memb

" katanya akhirnya sebe

aginya berkata begitu, sementara ia se

-

ali dengan dua cangkir kopi dan mele

gumam Kirana t

k di meja di seberangnya, menyerup

ali menyeli

a, suasana ini jus

ik. Tatapan Adrian terasa begitu lekat, meski

ngkat kepala, matanya bertemu

rana berde

knya, ia menyandarkan tubuh ke kursinya, seperti sed

sesuatu?" tanyanya

ertegun.

enyum kecil

a tahu ini permainan Adrian. Ia tahu pria itu

an, Kirana mulai merasa diri

atapnya. Cara pria itu menilai setiap gerak

mencoba melanjutkan pekerjaannya. Namun,

itu harus selalu mem

ran

lam, dan langsung m

Kirana mendon

akhirnya berujar, "Jangan terl

utkan kening.

nya. "Kau bekerja lebih dari siapa pun di tim ini. Aku men

hu Adrian adalah atasan yang tegas, dominan, bahkan terkadang

irana merasa ha

ngingat siapa dirin

ingkat, mencoba menjaga batas yan

k sebelum akhirnya menghela nap

rjaannya, dan Kirana berus

elah berubah. Ada sesuatu yang ta

-

ekerjaannya. Ia meregangkan bahunya yang terasa pegal

?" tanya Adrian, m

enganggu

opnya, lalu berdiri

ng. "Tidak perlu, Pak. S

ditebak. "Kirana, sudah hampir tengah malam.

r final, tidak memberi

, tetapi akhirnya menyerah. Ia tahu

ah," g

senyum kec

-

obil terasa hening, t

la, menikmati pemandangan la

asih dipenuhi oleh

u berusaha menjau

eheningan, membuat Kir

ng menatap lurus ke jalan, tetapi raha

bibirnya. "Saya

enar-benar terhibur. "Kau selalu menghindar. K

erdetak lebih cepat. "Karena

eliriknya sekilas. Tatapannya tajam,

nya terdengar lebih dalam, lebih serius.

tahu harus

u, batas yang selama ini ia pertahan

wati jalanan yang mulai lengang. Namun,

t, berusaha mengabaikan detak

etelah ucapannya tadi. Namun, kehening

akhirnya mobil berhenti

drian singkat, m

annya, ingin segera keluar sebelum ot

enyentuh gagang pintu,

ran

ta sejenak sebel

lama, seolah sedan

g lebih pelan, lebih dalam

seakan melompat

apa maks

buatnya sem

coba bersikap tenang. "Se

u dan keluar sebelum p

menutup pintu, suara Ad

ran

dan tatapan

kannya," ujar Adrian pela

a ter

tapnya sekali lagi sebelum akhirnya menutup

apartemennya dengan kepala yang semak

-

berusaha mengabaikan se

suki kantor, menyapa rekan kerja, dan menyal

sia-sia saat ia melangkah ke

duduk dengan jas hitamnya yang rapi dan eks

pan pria itu langsung tert

i formal seorang ata

g seolah mengatakan, Ki

Kirana terasa se

empat duduk di sisi lain meja, mencob

lam hati,

rian adalah ha

skan bahwa ia tidak akan me

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY