a... cukup rasakan aja..." bisik Se
danya yang tertutup blouse tipis. Ia bisa merasakan bagaimana tangan itu gemetar, jari-j
layang. Dada Selvy begitu lembut, hangat, mengalahkan segala khayalan liarnya selama ini. Decky dan
kan bibirnya di bahu wanita matang itu. Canggung, tapi lirih, seolah takut
an, memberi waktu bagi Indra untuk menikmati tiap detik sentuhan yang pertama
pecahkan malam ini. Namun dia memilih cara lembut dan perlahan. Indra
mu. Mata Indra memancarkan rasa haus yang belum pernah dia lihat seb
bisiknya lembut, t
uh wanita itu hingga dada mereka bersentuhan penuh. Ia menatap bibir Selvy yang basah, merah
Kaku. Ta
rnya, menghisapnya pelan, menuntun lidah Indra masuk ke dalam mulutny
irih pecah di
h, meraba punggung Selvy, menekan bokong montok yang sejak tadi mengg
mata, menyerahkan dirinya pada gelora
berat. "Malam ini
masih mencoba mencerna kalimat itu. Tap
i, lalu memberikan bantal besar dan membaringkannya h
ahu ini pertama buatmu..." bi
gan Selvy erat-erat. Ia ingin mengingat semua... aroma tubuh
penuh rasa. Dan Selvy menemukan sisi dirinya yang selama ini haus dimanjakan oleh lelaki mu
, dadanya naik turun tak teratur. Di hadapannya, wanita berpengalaman ter
Selvy yang berdegup cepat. Ia seperti anak kecil yang baru menemukan dunia baru yana mengecup pelipisnya, hidungnya, bibirnya... penuh kelembutan, seperti membimbing boca
anya. Lebih dari sekadar nafsu. Ada kehangatan... ada getar aneh yang membuatnya in
dalam. Tanpa kata-kata, hanya desahan keci
erlahan. Ia ingin Indra merasakan setiap jengkal dirinya, be
da, perut, hingga paha yang halus dan bergetar. Ia menciumi setiap titik itu perlaha
tapi penuh perasaan. Lelaki muda itu seperti membuka pintu-pintu dalam dirinya yang selama ini
setiap lenguhan Selvy, setiap gigitan bibirnya, setiap ta
ah takut menyakiti wanita yang kini memeluknya erat. Ia menatap wajah Selvy yang memejamk
un dia hanya ingin menikmatinya saja terlebih dahulu, membiarkan Indra berge
u... sepenuhnya, sesak banget punya kamu kegedean tapi ak
a rasa yang lebih dalam membuncah di dadanya. Ia memeluk Selvy erat, menciumi kenin
nuh bisikan, desahan, dan pelukan yang erat. Seolah mer
r yang paling dalam. Indra mengerang pelan, menahan desakan yang meledak di dalam dirinya. Sementara Selv
elukan. Nafasnya tersengal, keringat menga
lvy yang tersenyum puas namun ma
emecah momen itu. "Jangan ngomong apa-apa dulu, Ndra... peluk aja aku... peluk ak
detak jantung mereka yang berbicara... pelan... hang
limut menutupi tubuhnya. Indra yang masih terbaring di
da sesuatu yang bergejolak. Perasaan yang tak seharusnya tumbuh... tapi sudah terla
ai pipi Indra yang kini tampak lebih tenang, tapi sorot matan
Kayak mimpi, Sel... kay
kan degup hatinya yang aneh. "Hmm... dasar
Hangat. Tapi ada jeda sunyi ya
t bajunya yang berserakan, sambil berkata rin
ai kembali pakaiannya asal dipasan
nya sekelebat menunduk. Ada sesuatu yang ia tahan di dadanya. Ia sendiri tak mengerti, kenapa dadanya sesa
ng Indra yang terlihat makin gagah di matanya. Ada nyeri kecil di dadanya. Kenapa dia? Kenapa malah bocah
gak punya pacar?" tan
. Aku... ya... gak kepikiran. Aku... eh.
pandang padanya. Ada sisi polos yang membuat Selvy ingin terus merusaknya... t
jahnya tampak kikuk. Mereka makan dalam sunyi, hanya suara seruputan mie
isik, tapi cukup menggetarkan dada Selv
a menatap Indra yang begitu polos, begitu jujur..
a. "Karena aku pengen... ngerasain kamu, Ndra." Ucapnya pelan, s
ngan. Ada ruang kosong yang menganga dalam dadanya. Kei
erus sama kamu," ucap Indra, lirih. Bahkan
lama. Ia ingin mengingkari, ta
lebih terdengar seperti peringatan untuk dirinya s
ang menyayat hatinya. Tapi... saat tangan Selvy
Mie yang mendingin di
"Malam ini... masih banyak yang bisa kit
ar. Dia benar-benar ingin menikmati malam pertama ini dengan sepenuhnya gaya Indra, tak
*