ketakutan, tidur di kamar tamu rumah Reno membuatnya merasa seperti manusia kembali-setidaknya unt
m tipis dan secangkir teh hang
u tak tahu harus bala
menatapnya dengan tenang. "Jag
ah menyimpan sesuatu dari pria ini
*
dat penduduk. Bangunannya tak besar, tapi tampak bersih dan te
in baik-b
am Bella sambil menarik napas. "
nya mengangguk, menunggu sampai Be
k lama, seorang wanita paruh baya membukakan pintu. Rambutnya di
unya dengan
." Bella meng
menarik Bella ke pelukannya. "Kamu makin cantik saj
Bella hampir menangis, na
ke ruang tamu yang dipenuhi hiasan-hiasan lama. "Kamu l
arah dalam. Seorang pria dengan perut buncit
itu,
u dari desa," jawab Tante
nnya menusuk. Matanya bergerak dari kepala sampai kaki
l di sini sementara itu?" ta
ri Tante Rani-menyeringai kecil, entah karena sedang b
lirih. "Terima kasih suda
tatapannya tetap melekat pada tubuh Bell
*
ani banyak bercerita tentang pekerjaan, peluang kerja di kota,
pulang lebih awal dari biasanya, duduk di ruang tamu tanpa banyak bicara, hanya
n tatapan pria itu kembali terasa menyayat. Dinginnya udara malam tak sebanding dengan dinginnya
i jendela masuk deras. Dia buru-buru kembali ke dapur, berusaha menyibu
mbutnya masih basah, meneteskan sisa air ke bahunya. Saat hendak masuk kamar, dia dikejutkan oleh kehad
dak tahu ada orang,"
ak licik menyapu Bella dari atas ke bawah. "Tidak apa-
eh di tulang punggungnya. Dingin, j
k kamar," ucapnya tegas
Bella menutup pintu kamar-membuat dada Bella makin sesak. Untuk pertama
an. Dia mengingat Reno-betapa tenangnya pria itu, betapa hangat tangannya saat men
jik. Tapi di balik ketakutan itu, dia tahu satu hal: dunia di ko
us teta
elunasi
bahwa hidupnya buk
matannya sendiri... sam
*
waspada, seakan tahu bahwa gadis muda itu datang membawa luka dan harapan yang belum seimbang. Di da
baru saja datang dari perjalanan panjang dan melelahkan. "Kamu istirahatlah dulu malam ini
ak tahu harus ke mana jika tidak ada
annya-Om Rudi-selalu tampak menelusuri tubuhnya dengan cara yang membuat Bella tidak nyaman. T
f karena kelelahan. Tapi ketika malam mulai la
, saat terdengar langkah kaki pelan mendekat. Dentingan lantai tak mampu menye
dengar berat dan tertahan, s
a bisa melihat sosok itu berdiri
gugup, duduk sambil menarik
at namun mantap. "Paman cuma khawatir kamu
m selimutnya kuat-kuat. "Aku baik-baik s
duduk di tepi kasur. Tangan tuanya bergerak
a. Cantik sekali... m
gan mengalir deras di urat l
begini..." ucapnya p
nya. Bella menendang. Dengan sekuat tenaga ia
Jangan se
liar. "Kau pikir kau bisa datang kemari dan makan tidur seenaknya? Kau buka
ng seperti Paman!" teriak Bella, matan
ya tinggi. "Tapi pastikan kau tak lagi meng
n segera datang. Matanya bingung antara d
apa
ambil menangis. "Aku nggak bisa
anya melirik Rudi yang
Rudi akhirnya. "Biar dia tahu r
*
berisi barang seadanya. Matanya sembab, tapi sorotnya mulai mengeras.
ekongkol menjatuhkannya,
jadi alasan baginya untuk berdiri lebih kuat. Dunia mungkin kej