img ISABELLA: Dibelai Maut, Dicintai Takdir  /  Bab 4 empat | 80.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 4 empat

Jumlah Kata:1292    |    Dirilis Pada: 21/05/2025

ketakutan, tidur di kamar tamu rumah Reno membuatnya merasa seperti manusia kembali-setidaknya unt

m tipis dan secangkir teh hang

u tak tahu harus bala

menatapnya dengan tenang. "Jag

ah menyimpan sesuatu dari pria ini

*

dat penduduk. Bangunannya tak besar, tapi tampak bersih dan te

in baik-b

am Bella sambil menarik napas. "

nya mengangguk, menunggu sampai Be

k lama, seorang wanita paruh baya membukakan pintu. Rambutnya di

unya dengan

." Bella meng

menarik Bella ke pelukannya. "Kamu makin cantik saj

Bella hampir menangis, na

ke ruang tamu yang dipenuhi hiasan-hiasan lama. "Kamu l

arah dalam. Seorang pria dengan perut buncit

itu,

u dari desa," jawab Tante

nnya menusuk. Matanya bergerak dari kepala sampai kaki

l di sini sementara itu?" ta

ri Tante Rani-menyeringai kecil, entah karena sedang b

lirih. "Terima kasih suda

tatapannya tetap melekat pada tubuh Bell

*

ani banyak bercerita tentang pekerjaan, peluang kerja di kota,

pulang lebih awal dari biasanya, duduk di ruang tamu tanpa banyak bicara, hanya

n tatapan pria itu kembali terasa menyayat. Dinginnya udara malam tak sebanding dengan dinginnya

i jendela masuk deras. Dia buru-buru kembali ke dapur, berusaha menyibu

mbutnya masih basah, meneteskan sisa air ke bahunya. Saat hendak masuk kamar, dia dikejutkan oleh kehad

dak tahu ada orang,"

ak licik menyapu Bella dari atas ke bawah. "Tidak apa-

eh di tulang punggungnya. Dingin, j

k kamar," ucapnya tegas

Bella menutup pintu kamar-membuat dada Bella makin sesak. Untuk pertama

an. Dia mengingat Reno-betapa tenangnya pria itu, betapa hangat tangannya saat men

jik. Tapi di balik ketakutan itu, dia tahu satu hal: dunia di ko

us teta

elunasi

bahwa hidupnya buk

matannya sendiri... sam

*

waspada, seakan tahu bahwa gadis muda itu datang membawa luka dan harapan yang belum seimbang. Di da

baru saja datang dari perjalanan panjang dan melelahkan. "Kamu istirahatlah dulu malam ini

ak tahu harus ke mana jika tidak ada

annya-Om Rudi-selalu tampak menelusuri tubuhnya dengan cara yang membuat Bella tidak nyaman. T

f karena kelelahan. Tapi ketika malam mulai la

, saat terdengar langkah kaki pelan mendekat. Dentingan lantai tak mampu menye

dengar berat dan tertahan, s

a bisa melihat sosok itu berdiri

gugup, duduk sambil menarik

at namun mantap. "Paman cuma khawatir kamu

m selimutnya kuat-kuat. "Aku baik-baik s

duduk di tepi kasur. Tangan tuanya bergerak

a. Cantik sekali... m

gan mengalir deras di urat l

begini..." ucapnya p

nya. Bella menendang. Dengan sekuat tenaga ia

Jangan se

liar. "Kau pikir kau bisa datang kemari dan makan tidur seenaknya? Kau buka

ng seperti Paman!" teriak Bella, matan

ya tinggi. "Tapi pastikan kau tak lagi meng

n segera datang. Matanya bingung antara d

apa

ambil menangis. "Aku nggak bisa

anya melirik Rudi yang

Rudi akhirnya. "Biar dia tahu r

*

berisi barang seadanya. Matanya sembab, tapi sorotnya mulai mengeras.

ekongkol menjatuhkannya,

jadi alasan baginya untuk berdiri lebih kuat. Dunia mungkin kej

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY