img ISABELLA: Dibelai Maut, Dicintai Takdir  /  Bab 3 tiga | 60.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 3 tiga

Jumlah Kata:1398    |    Dirilis Pada: 21/05/2025

paki trotoar yang lembab, tubuhnya bergetar bukan hanya karena dingin, tapi juga rasa takut yang terus menggerogoti pik

ang-remang, suara kendaraan sayup dari kejauhan. Tempat ini... sur

gku taman kecil di pinggir jalan, mencoba menarik napas, menenangkan diri. Tapi

jalan sempoyongan namun tatapan mereka tajam,

wek sendiri

cepat. Salah satu dari mereka menahan lengan Bella kasar. "M

lla, panik, matanya membe

mulai merenggut kerudung dan menarik lengan bajunya. Bella

kita temenin aja bi

it ke tembok lembab. Air matanya mengalir deras

suara berat

skan

erti petir di

tampan dengan rahang tegas dan mata tajam. Jaket kulit hitamnya memantulkan sinar lamp

ncibir, "Siapa lo? M

nnya cepat, tegas. Dalam hitungan detik, dua preman tersungkur, meringis kesakitan. Yang

ir kabur te

Rambutnya berantakan, baju kusut, bibirnya pecah.

, matanya tak lepas dari wajah gadis yang terluka itu. "Ka

mbali tumpah. Ia mencoba bicara, ta

amu ke tempat ama

ria itu kini menutupi tubuhnya. Mobil melaju tenang, musik jazz mengalun

ucap pria itu

a bicara pela

ar ini berbahaya," lanjut Re

... nggak bisa aku tinggal diamkan. Tapi se

kamu mau, aku bisa bantu. Aku kenal seseorang yang bisa kasih tempa

harus percaya atau tidak. Tapi dia tahu satu hal:

sih," bisi

bisa memejamkan mata di atas kasur. Meskipun asing, mesk

a dia sebenarnya - telah menjadi penye

*

ri luar. Bella menatap bangunan itu dengan mata sembab. Emosinya campur aduk-masih ada sisa takut, masih ada trauma dari

gan. Lembut, penuh perhatian. Mata tajamnya menatap Bella, bu

angkuannya-satu-satunya peninggalan dari tante yang memberinya ala

dan bergegas menghampiriny

inya masih lemas sejak insiden tadi. Maka dia hanya mengangguk,

inya rapuh. Di titik itu, Bella merasa hatinya bergetar aneh. Sudah lama sek

agi, pelan namun mantap. "Kalau tidak ada orang, atau kau butuh waktu, kau bisa

tampan-ada semacam keteduhan yang sulit dijelaskan. Dahi yang kokoh, mata yang taja

ih," ucapnya lirih

k ada jawaban. Bella mene

bisik Bella akhir

Kamu ikut aku malam ini. Tenang saja. Rumahku tidak jauh. Kamu

elelahan telah membuatnya tak punya kekua

*

tana-justru terasa sangat hangat dan tenang. Saat masuk, Bella langsun

menyalakan lampu ruang tamu. "Jadi kau

dengan pakaian yang belum berganti, tubuh yang l

ukmu. Mungkin mandi bisa b

mengangguk. "Mak

ella. Reno menoleh, sejenak terdiam. "P

lagi, kali ini de

Dia menatap dirinya sendiri di cermin. Ada lebam di bawah matanya, rambutnya awut-awutan, tapi a

. Reno berdiri tepat di depan kamar

o buru-buru menunduk, lalu memalingkan waj

menyentuh tangan Reno, ada percikan hangat aneh yang menari di tulang-tula

eja saja, ya."

amu. Entah kenapa, dia ingin mengikuti. Dia ingin b

no sedang membaca sesuatu di laptop, tapi saat men

ndingan?"

Mas... eh, Reno...

wajah orang yang sedang takut. A

a dalam. "Kamu

ngan segalanya dalam satu malam. Jadi... aku tah

uara detik jam

sedikit lebih dekat. "Tapi sekarang ka

atu sentuhan lembut menyentuh pundaknya-tang

tu yang menari di udara-bukan cinta, tapi semacam magnet yang belum bernama. Bella ingin menangis

o akhirnya, menarik tangannya perlahan

ri satu hal-untuk pertama kalinya sejak pelariannya, ia merasa... aman. Dan mung

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY