ti rumah-rumah reyot yang berdiri miring seolah siap rubuh diterpa angin. Di salah satu sudut desa yang paling
ut tubuhnya yang semampai. Ia menuruni tangga bambu menuju dapur, rambutnya masih basah, menet
Matanya yang sipit dan dipenuhi keriput itu mengamati Bella dengan tajam, seperti binatang buas m
lla," sapa Tuan Jo, su
dengan tangan, wajahnya merah padam. "Apa-Apa yang Tuan
amun penuh percaya diri. Matanya tak lepas dari Bella. "Aku ke sini bukan
p kencang. Ia tahu hutang ayahnya makin menggunung. Tapi t
ikan. Aku sudah sangat... sabar," lanjut Tuan Jo dengan senyum dingi
i yang dingin menusuk kulitnya, tapi itu tak sebe
an?" b
gaku. Kau tahu, aku kesepian di usia tua. Dan kau... ah, Bella. Lihat dirimu sekarang. Sega
. Ia menggigit bibirnya, menahan marah, m
k menyentuh lengan Bella, tapi gadis itu mun
ya pelan namun mengancam. "Kalau tidak mau, aku bisa kirim orang-orangku b
rdengar dari luar. Seorang remaja lel
lakukan pada Bella?
"Anak ingusan, i
Bella!" Chiko berdiri tegak, meskia menatap Bella dengan tajam. "Kau punya waktu sampai malam
menutup keras
etar. Chiko berlari menghampiri, meraih bahu
ia yang selama ini dikenalny
*
tangga rumahnya, mengenakan daster lusuh berwarna biru langit, rambutnya diikat asal, mata sembab karena m
, besok pagi motorku dibawa,"
satunya milik kamu, Chik. Itu ju
an kaki. Aku bisa numpang. Itu semua nggak penting dibandi
annya terkepal di kedua sisi tubuhnya. Be
e dia. Sekalipun dunia ini ambruk," ucap
ebabnya aku harus bantu. Kita nggak punya waktu. Kalau uang dari motor itu
umlahnya besar, Chik. 100 juta.
r tujuh juta. Aku tahu itu belum cukup. Tap
ang kaya, tapi ia satu-satunya yang selalu berdiri di sisinya. Selalu. Bahkan saat seluru
inta aku. Aku janji, aku akan lulus jadi tentara. Aku akan ubah nasi
ggam tangan Chiko lebih erat. Di balik penderitaan yang menyesakkan,
*
n, seolah jadi latar bagi kegelisahan yang menggantung. Ayah Bella pulang dalam keadaan
ngi wajahnya sendiri. Cantik, kata banyak orang. Tapi
ba-tiba terdenga
sedang memasak salin
u lewat pintu belakang.
kekar di belakangnya. Matanya menyapu ruangan dengan tatapan t
emas. "Saya tidak akan jadi istri ket
a?" Tuan Jo
i uang hasil penjualan motornya. "Ini tujuh jut
bang-nimbang isinya. Ia mengangkat
ktu!" pinta Be
. Napasnya berbau tembakau dan tuak. "Satu minggu. Tapi kalau kali
lewat celah-celah dinding rumah yang bolong. Mereka tak berbicara banyak. Hanya
i ke kota beso
h cepat. "Ap
pembantu, jaga toko, apapun.
kota, bukan desa k
keberanian. "Aku nggak bisa terus jadi gadis desa
pertama kalinya, Chik
ngkin menjadi malam terakhi