, Nayara pergi ke luar kota dan tinggal
sepetak itu, untuk tidur pun Nayara hanya bisa
annya yang tidak seberapa untuk biaya h
m keadaan hamil dia harus hidup
a tersenyum dan menyema
an yang terbaik untuk kamu." Nayara selalu meng
api, Nayara juga membeli beberapa perabotan y
, hanya beberapa saja dan itu
untuk mencari pekerjaan. Ia mengenakan pakaian yang paling rapi yang ia miliki, menyis
-toko, kafe, hingga kantor kecil yang membuka lowongan. Senyum tak perna
ang ia terima ha
ncah. Kondisi kamu ... sepertinya belum memungkinkan," ujar
menggantikan kamu? Kami butuh yang siap kerj
amil, nanti malah kami yang repot," kata
ara seperti duri. Tapi ia tetap berus
, akan ada jalannya," gumamnya sambil mengusa
api matanya tetap memancarkan harapan. Ia tahu, hidup tid
h," bisiknya lembut sambil menatap langit senja dari
ngusaha muda, tapi Nayara justru harus berusaha keras untuk
eduh Nayara begitu tenang, meskipun sangat sakit
yara itu te
nyonya, Tuan?" Keenan memberan
ulan Nayara pergi tanpa kabar, namun Al
lagi mencari wanita pembohong itu," jawab Alvano de
anya, Alvano menerimanya dan langsung mengiyakan s
itu tersenyum manis, dengan dandanan yang jelas disiapkan khusus untuk pertemuan ini. Namun, meski semua terlihat semp
u nggak sih?" tanya Vanya
li sadar dari lamunannya. "Hah
na. "Aku bilang, kamu keliatan makin sibuk. T
tipis. "Ya, aku memang
ba membaca ekspresi dingin pria itu.
Alvano tidak menunjukkan apapun selain ketegasan
da suaranya datar, tajam, dan terdengar sangat meyakinkan-bahka
hadir di ingatannya. Senyumnya. Tatapannya yang penuh harapan. Da
erti itu. Tapi egonya terlalu tinggi. Luka dari masa l
amu bisa saja mencari dia. Tapi kamu milih untuk diam, karena k
sesaat sebelum matanya beralih ke jendela. P
esuatu penting dariku. Aku tidak akan pern
ang itu yang dia inginkan.
ia sulap dari meja bekas. Uap dari panci besar bubur yang ia masak sendiri semalam mulai mengepul, menyebar aroma gu
sambil membuka termos besar
p dari internet, mencoba beberapa kali sampai akhirnya menemukan rasa yang pas.
beberapa tetangga ko
ni bubur ayam, ya?" tanya seorang
semoga cocok ya rasanya
ersenyum lebar. "Enak sekali! Besok sa
datang membeli, bahkan ada yang memesan untuk dibawa ke kantor. Rejeki perlahan mengalir, membu
enghitung uang hasil jualan. Matanya berbinar. Ada hara
n dengan segelas teh hangat dan perut yang m
ma senang. Kita bisa bertahan, kita bisa bah
ari sebelumnya. Ia bukan lagi perempuan yang menunggu disela
jarinya ragu-ragu membuka galeri tempat ia menyimpan satu-satunya foto Nayara d
edang bangkit perlahan tapi pasti, membuka lembaran baru dalam hidupnya.