img Birahi Anak Motor  /  Bab 1 Balapan | 50.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca
Birahi Anak Motor

Birahi Anak Motor

Penulis: Fajar Merona
img img img

Bab 1 Balapan

Jumlah Kata:1487    |    Dirilis Pada: 27/05/2025

Ipar, maksa m

dengan ide sintingnya!" Zidane me

dari kendaraan yang bersiap balapan liar berpendar di kejauhan, memantul di aspal yang masih lembap oleh e

masih dihantui percakapan tadi malam. Kata-kata Vanesa dan Fuad b

ala

satu orang yang bisa diajak berbicara soal ini, itu hanya Fikra. Ali memang teman lama, tapi terlalu santai, tak bisa diandalkan dalam situasi

e arahnya. Begitu sampai, Fikra m

balik ke arena rupanya!" seruny

wa hambar, tanpa semang

u bicara

kspresi temannya. Candaannya langsung luntur. "Ser

ang semakin bising. "Ke be

lebih sepi. Saat suara raungan mesin dan sorakan mulai meredup, mere

napas panjang, sementara Fikra tetap

en lu serius banget," Fikra membuka pe

p bisa mengusir ketegangan yang mengikat t

ah. Dia menajamkan tatapan

i, seolah semakin dia berbicara, semakin nyata keg

gakkan tub

nesa ingin gue menghamilinya." Tangannya mengepal saat mengatakannya

aranya bergetar antara marah dan tidak

Rasanya ada batu besar

n justru merembes di pelipis Zidane. Sunyi meling

gus. "Kenapa mereka nggak adopsi ana

Gue udah nyaranin itu berkali-kali. Tapi Vanesa nggak mau

"Gue rasa Vanesa cuma manfaatin kelemahan sua

us gimana. Bang Fuad itu kakak kandung gue. Dan gue baru lima bulan cerai dari istri gue. Gue masih ngerasain gima

ih, kan kakak lu sendiri yang mi

gua gak mi

menatap Zidane lama, sebelum akhirnya menepuk bahunya-bukan s

asti: lu nggak boleh kejebak dalam permainan

n tatapan yang lebih mantap. Dia tahu. Tapi bagaimana cara

isi kepala sahabatnya. Setelah beberapa detik yang terasa panjang, ia ak

pontan, seperti menepis sesuatu yang

dalam, pandangannya tak lepas dari wajah Zidane, s

pisnya dengan gerakan lelah. "Gue nggak ngerti giman

a sesuatu yang lebih dalam-pengertian yang tak perlu dijelaskan deng

g suci, tapi gue pantang main sama cewek yang punya ikat

tipis. "Vanesa mas

tersenyum kecil-pahit. "Le

ti mereka, membawa udara dingin yan

bih rendah, nyaris seperti bisikan. "Fik, dulu lu

ah jalan yang gelap. "Dulu gue emang penggila Vanesa, Zi

sakan luka yang masih tersisa. Namun, in

e datang ke sini. Gue nggak tahu ada nggak orang yang lebih cocok buat nge

ne tahu, pikirannya sedang berpacu, mencoba me

sa seperti seabad, ia akhirnya

toko, Zid. Vanesa nggak bak

itar mereka terasa semakin sunyi, semakin sempit. Seaka

ya ke motor, menatap langit k

balik wajah cantiknya, ada permintaan yang bisa menghancurkan segalanya-ke

gerti posisi lu. Vanesa itu dulu emang cantik, dan sekarang mun

lalu mengusap wajah dengan tel

atau cari alternatif medis. Tapi Vanesa keras kepala, dan Bang Fuad

adang, terlalu cinta sama istr

apan itu yang menusuknya lebih dalam dari yang ia

istri gue. Sekarang, gue harus berhadapan sama dilema ini. Kakak gue... dia nggak t

ma soal lu atau Vanesa. Ini soal prinsip. Lu harus tegas sama mereka. Gue tahu lu nggak mau ny

ngangguk pelan. "Gue tahu. Itu yang bikin gue datan

urun dari motornya. Ia berjalan mendekat

yang jelas sama Vanesa. Sekarang, semua tergantung sama lu.

san besar harus diambil. Ini bukan lagi soal menjaga citra atau harga diri di m

Zidane akhirnya mengangguk. "Lu bener, Fik.

impan sesuatu yang lebih dalam. "Gue di b

gan mendengar itu. Tapi ia tahu

ikan begitu saja. Ada pertaruhan besar di dalamny

bagi Zidane, hiruk-pikuk dunia luar terasa semakin jauh. Denga

diselesaikan dengan sat

k. Gue udah cu

eka berdua melaju di jalanan malam, meninggalkan k

ta Vanesa masih menggema. Tapi kali i

*

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY