duduk berkumpul, beberapa dengan wajah cemas, menunggu kepastian dari Damian dan Alira. Suasa
jalan masuk desa. Ia tahu, tak lama lagi, bay
an suara berat. "Mereka bukan sekadar musuh biasa. Mereka ingin menghancur
mutinya. "Aku tidak akan membiarkan mereka
enuh penghargaan dan harapan. "Ka
balik pepohonan, bayangan mereka tampak menyeramkan dalam cahaya api unggun. Me
ato dengan mata tajam, melangkah maju da
Kau pikir bisa lari dari masa lalumu?
nuh ketegasan, "Aku bukan milik siapa
un tak te
engan keberanian yang membara. Alira yang awalnya hanya wanita desa biasa kini beruba
uruh desa. Tapi semangat untuk mempertahankan kedamaian dan
erluka cukup parah. Darah mengalir deras da
tanya penuh air mata. "Jangan
lemah. "Aku tidak akan pergi. Karena
ka. Meskipun menang, luka dan duka tak bisa dihindari. Damian dan A
laan, bukan?" t
erkelip di atas mereka. "Ya. Tapi aku yakin, s
, mulai membuka diri dan mempercayai Alira sepenuhnya. Sedangkan Alira, dari seorang gadis d
ebuah masa lalu yang masih membayangi Damian dan berp
n di pinggir sungai sendirian, bayangan
uara itu dingin, "Kau tidak bisa lari selamanya. Aku tahu kau
penuh kemarahan dan ketegangan. "Kalau
epercayaan dan cinta. Damian harus memilih antara membalas dendam
uh, sebuah intuisi yang memperingatkan bahaya besar. Ia memutuskan untuk mencari jawaban
di mana ia menemukan catatan-catatan tua dan surat-su
hianatan dalam keluarga Damian yang lebih besar dari yang pernah ia bayangk
kenyataan pahit sekaligus memperkua
alah dan dendam yang menggerogoti hatinya. Sementara Alira mencoba
mu," bisik Alira suatu ma
rluka karenaku," jawab Da