img Cahaya Diujung Gerbang  /  Bab 1 Panti Asuhan | 20.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca
Cahaya Diujung Gerbang

Cahaya Diujung Gerbang

Penulis: Supyan sauri
img img img

Bab 1 Panti Asuhan

Jumlah Kata:916    |    Dirilis Pada: 28/05/2025

g merayap ke setiap sudut bangunan sederhana itu. Di dalam kamar kecil yang remang, Ibu Marisa terbangun dengan dada berdebar. Bukan karena kilatan

tu kembali terdengar, lebih jelas-mendayu dalam hujan. Dengan langkah tergesa, wa

anel usang. Sebuah keranjang anyaman, basah kuyup, tergeletak di sana. Jantung Ibu Ma

nya-mata bening seperti kaca-menatap langit malam dengan ten

uruf-hurufnya tergesa: Maafkan aku. Aku tidak bisa

ata apa-apa, ia mengangkat bayi itu ke pelukannya, mendekap erat dalam dekap hangat tubuhnya.

, menjadi yang paling sunyi tapi paling lembut. Sejak kecil, Nayra tahu dirinya berbeda. Ia tidak punya kenangan tentang ibu atau ayah. Tidak

. Ia tidak cerewet seperti Sari, tidak nakal seperti Vano, dan tidak cengeng se

alah satu pengurus. "Tenang, jernih, tapi jika terlalu la

tak sebaik hati

memanggilnya dengan nama-nama kasar: "anak buangan," "bay

ahan merobek kepercayaan dirinya. Tak jarang, ia menangis diam-diam di sudut kamar, saat semua anak panti sudah te

pada Ibu Marisa. Ia terlalu takut ak

belas tahun, badai datang bukan dari

ndam terhadap Nayra entah kenapa. Mungkin karena Nayra terlalu disuka

l yang disiram bensi

g kas panti," bisi

ruang Ibu Marisa malam

u terus bergulir seperti bola salju. Bahkan Jelita dengan air mata buaya me

isa suatu malam. Semua

mempercayaimu selama ini. Tapi terlalu banyak yang terjadi. Kalung milik Jeli

tubuhnya gemeta

mencuri, Bu,"

ya saksi. Tidak ada

eduli mendengarka

ngan terdiam. Tapi sunyi tak cukup kuat menahan fitnah y

Nayra, penuh luka yan

arus keluar dari panti.

dari semua ejekan yang pernah ia ter

arus pergi?" t

yang m

nya dan selembar selimut tua, Nayra melangkah keluar

rian.

ari sebelumnya. Ia duduk di bangku taman yang basah, menyandarkan kepala ke ranse

n menangis. Tapi air

ak mau mati. Suara yang berbisik: Jangan menyerah,

meja warung, mengangkat barang di pasar, bahkan memungut botol plastik untuk di

ntuk pulang. Mereka tak tahu bahwa ia bukan hanya sedang bertahan, tapi juga sedang membuktik

batan tempatnya bernaung, ia berjanji dalam hati-s

agai seseorang yang membangun hidupnya

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY