Buku Supyan sauri
/0/24553/coverbig.jpg?v=4c4c4b35c6d74c3fa3e3942e420e0424)
Cahaya Diujung Gerbang
Ibu Marisa, pengasuh sekaligus pemilik Panti Asuhan Pelita Jiwa, terbangun oleh suara tangisan lirih di tengah malam yang sunyi. Dengan langkah tergesa dan jantung berdebar, ia membuka pintu depan. Di sana, di ambang gerbang besi yang dingin, tergeletak sebuah keranjang rotan kecil. Di dalamnya-seorang bayi perempuan mungil, dibungkus selimut lembut dengan selembar kertas bertuliskan: Maafkan aku. Tolong jaga dia. Tanpa ragu, Ibu Marisa mengangkat bayi itu ke pelukannya. Mata bayi itu yang bening menatap langit malam, seolah memahami takdir yang telah menuntunnya ke tempat asing ini. Gadis itu diberi nama Nayra. Nayra tumbuh menjadi sosok yang manis, pendiam, dan penuh empati. Namun kehidupan tak selalu berpihak padanya. Di sekolah, ia kerap menjadi sasaran ejekan karena statusnya sebagai anak panti. Beberapa bahkan menyebutnya "anak buangan"-kata-kata tajam yang tak layak diucapkan pada siapapun, apalagi anak sepolos dia. Namun puncak penderitaannya terjadi saat sebuah fitnah keji menjatuhkan namanya di hadapan pengurus panti. Tanpa bukti, tanpa pembelaan, Nayra diusir dari satu-satunya tempat yang ia sebut rumah. Hidup di jalanan membuatnya dewasa dalam waktu yang tak wajar. Ia melakukan apapun yang halal demi bertahan-menjadi pengamen, mencuci piring di warung, bahkan tidur di emperan toko. Tapi tak sekali pun ia menjual harga dirinya atau menyerah pada keputusasaan. Meski dunia terasa gelap, Nayra menyimpan bara kecil di dalam hatinya: harapan. Tahun-tahun berlalu. Perjuangan membentuknya menjadi perempuan tangguh dan berprinsip. Dengan kerja keras dan tekad baja, ia meniti karier dari bawah hingga akhirnya berdiri di atas panggung-bukan sebagai korban, melainkan sebagai inspirasi. Hari itu, banyak yang terdiam menyaksikannya. Termasuk mereka yang dulu menatapnya dengan hinaan. Nayra tak perlu membalas mereka dengan kata-kata. Hidupnya yang kini bercahaya adalah jawaban yang paling menyakitkan bagi kebencian yang pernah mereka tanam.
/0/24544/coverbig.jpg?v=62e2d2071c0e4f5e9c3c0287159fd70c)
Ketika Dunia Hancur, Ia Memilih Wanita Lain
Ketika Dunia Hancur, Ia Memilih Wanita Lain Di saat-saat paling kelam dalam hidupnya-saat napas putri kecilnya tinggal sehela, bertahan hanya dengan bantuan selang dan doa-Calla berdiri sendiri di ruang ICU, memegang tangan mungil yang mulai dingin. Tidak ada pelukan. Tidak ada bahu untuk bersandar. Tidak ada Ares, suaminya. Karena di saat anak mereka berjuang melawan maut, Ares justru sedang menjemput wanita yang dulu pernah ia janjikan dunia-Lyanna, cinta pertamanya. Dan ketika denyut jantung itu berhenti untuk selamanya, saat dunia Calla runtuh dengan jeritan sunyi, Ares... sedang memeluk Lyanna di tengah sorak sorai pesta penyambutan, menari di bawah lampu kristal tanpa sedikit pun tahu bahwa ia telah kehilangan segalanya. Termasuk dirinya.