n sekarang y
an dia sudah mendengar omongan tetangganya yang bikin kuping panas. Dia
agi." Ibu Elmy menyahut, membuat Elmy urung sebentar un
h aja, daripa
my seraya meremas
ak mau, entah apa maunya anak itu." Ibu Elmy melipat tang
lah sama anak Pak Rahmat, itu si Rika baru 2
kit apa?' geram Elmy dalam hati. Tak tahan menjadi bahan gunjingan, di
dang sinis Elmy yang tengah melepas sepatu ketsnya. "Zaman sekarang susah cari kerja. Kamu malah k
siapa tahu laku!" sahut Elmy sinis, lalu masuk segera masuk k
mengeluarkan ponsel dari tas dan mengecek cerita yang baru dia upload beberapa j
nya meraba tas dan mengambil selembar kertas, mengangkatnya ke atas hingga kini dia bisa m
yar hutang lagi sama dia, aku juga dapat uang. Ta
gan muka bingung. 'Tapi aku nikah beneran
Ini gak nipu, El. Ini nikah beneran!' serunya dalam hati berusaha meyakinkan diri kalau apa y
a mengetuk pintu. Wanita itu langsung memberondonginya dengan pertanyaa
amu ini berguna dikitlah!" Ibu Elmy menunjuk mukanya dengan tampang sengit. "Udah di rumah
unya, Elmy hanya bi
amu terima perjodohan yang ibu usul. Ibu udah jadi janda, sekarang juga ha
gak mau aku di sini karena Ibu mau nikah lagi?" sindir Elmy
ksud ka
Ikut suami baru Ibu, gak usah mikirin aku. Aku bisa ngurus diri sendiri," ka
u ketemu jodoh! Kamu pikir hidup kamu kayak di khayalanmu itu, hah!" teriak ibuny
an nikah." Suar
mula merah padam berubah m
uju kasur dan mengambil ponselnya. Jari kecilnya mencari kontak Raffayel. Ketika berhasil m
ibunya terkejut. Mungkin dia mengira putrinya yang
berujar lirih di depan pon
*
my dari sambungan telepon. Dia memutar pulpe
n menggeleng heran. "Cepat juga dia memutuskan, padahal b
i Elmy. Jari besar Raffayel menggeser icon redial hijau dan menyalakan s
Ada
boleh menambahkan
ya
itkan, dipromosikan di
isnya, tampak tertarik oleh k
penghasilanku lumayan buat jajan. Jadi, kamu bisa mewujudkan ke
usahakan. Suar
lu
awaranku, kan?" tanyanya sambil memainkan pulpen di jari. "Apapun itu, aku gak masalah. Besok ke
t di bibirnya saat membubuhkan tanda tangan di atas berkas yang dia kerjakan. Matanya yang cokelat gelap melirik kertas pe
la napas sebal, dia menatap layar yang menyala itu terus menerus tanpa be
k aku. Inget itu, ya!" Suara perempuan kecil dengan rambut dikepang dua
annah yang mengucapkan itu dengan senyum tipisnya, Raffayel tak akan perna