arter, k
janya, terdengar dari
membuatnya tampak seperti wanita dari dunia lain. Sederhana tapi elegan-persis seperti dirinya. Ia merapikan poni cokelatnya, menyelipkan
ini, di depan seluruh karyawan dan petinggi perusahaan, ia akan melamarnya. Emily ba
a lirih, membuka pintu
n jas mahal dan gaun malam. Emily berdiri di pojok ruangan, mencoba tidak terlihat terlalu mencolok. Namun tetap
tangan meraih pingg
sekali m
a yang tampan, rambut hitam tersisir rapi, dan aroma parfum
ly dengan senyum gugup. "
ak akan kau lupakan?" bi
ncoba menahan degup jantungnya. Ia
berubah dalam
n lampu jatuh ke wajahnya yang bersinar percaya diri. Ia menggenggam sebuah kotak kecil dari beludru hitam-sudah
engan karisma. "Selama dua tahun terakhir, kau ad
rhenti. Matan
i arah pandang Liam-
nya bungkuk oleh karung plastik besar yang tergantung di bahunya. Wajahnya kerip
n suara serak, penuh h
y me
yawan saling menyikut, menunjukkan pria tua itu dengan ekspresi jijik. Seorang wanit
a menatap Thomas denga
r, hampir berbisik namun cuku
pan, namun tubuhnya seperti te
ahku," jaw
onjak tajam. "Ayahmu?
ubah arah, mengabadikan wajah tua yang lusuh itu. Emily ingin be
ke tengah ruangan, mengaba
lihat Emily... bahagia,
eninggi. "Kau tahu, Emily, aku pikir kamu dari kelu
bisik Emily, air ma
bisa kubayangkan! Pantas saja kau selalu menolak kalau aku minta kita mak
hkan karungnya
tolong... jangan biarkan pria ini lecehkanmu begin
karena kau miskin. Tapi karena kau tak tahu tempat. Ini pesta forma
. Ia menatap ay
rlaluan!"
an tetap menikahimu setelah tahu siapa keluar
L
ema ke seluruh sudut rua
uga menghina semua kerja keras yang kulakukan selama ini untuk naik dari keterpuruk
Kau tidak akan dapat
aripada hidup bersama pria
u berdiri sambil menahan tangis. Thomas geme
u seharusnya tidak malu pad
seorang pria dengan setelan abu-abu armani dan jam tangan mewah. Nathaniel Blake, CEO muda yang baru saja membeli saham ter
r dari ruangan pesta, kepala