ng kaku dan mencekam. Hari itu adalah hari pertama persidangan perceraian David Alexander dan Clara Wijaya. Media sudah menunggu di luar, bagai serigala lapar mengendus mangsa. Meskipun D
lah. Ia mengenakan setelan jas mahal, namun aura percaya dirinya yang dulu begitu terpancar, kini d
nya. Perutnya yang mulai membuncit sedikit terlihat di balik blusnya, sebuah pengingat nyata akan alasan utama semua kehancuran ini. Ia duduk tegak, bahunya ditarik ke belakang, memancarkan ketenangan yang aneh, nyaris
s pembukaan, Sarah Wijaya, pengacara Clara, berdiri untuk menyampa
Clara Wijaya, mengajukan gugatan cerai terhadap Tuan David Alexander atas dasar kekerasan dalam rumah ta
mun Pak Surya menahannya
menanggung semua itu karena cinta dan kepercayaan yang tulus kepada suaminya. Namun, cinta dan kepercayaan itu dihancurkan secara brutal, bukan hanya oleh perselingkuhan berulang yang dilakukan Tuan Alexande
duduk di barisan belakang, mulai menulis dengan cepat. David mengepalkan
telepon yang diyakini David sebagai miliknya, di mana ia terdengar sedang berbicara dengan wanita lain, membahas rencana perjalanan, atau hal-hal pribadi yang seharusnya hanya ia bicarakan dengan Clara. Entah bagaimana Clara bisa mendapatkan
yang tidak disengaja, sebuah reaksi spontan akibat tekanan emosional. Tuan Alexander sangat menyesali kejadian itu dan telah meminta maaf berkali-kali kepada Nyonya Clara. Me
nikahannya selama delapan tahun, Pak Surya?" Sarah men
san bersama, Yang Mulia, demi menjaga privasi dan fok
David merasa seolah jutaan mata menghakiminya. Argumen
enang dan mantap. David menatapnya, ada perpaduan rasa takut dan kekaguman yang aneh. Wanita ini,
reka berkembang, dan mengapa pernikahan mereka dirahasiakan. Clara menjawab dengan suara yang jelas, tenang
t namun kuat. "Bisakah Anda menceritakan apa y
Saya pikir, dengan adanya anak, ia akan akhirnya mengumumkan pernikahan kami. Namun, reaksinya... ia menyebut kehamilan itu sebagai bencana. Ia marah, ia membentak saya. Saya
ajahnya pucat pasi. Ia ingin berteriak, mengatakan itu tidak seperti itu, ia
a kehilangan salah satu janin Anda?" Sarah berta
saya dicabut. Saya mengandung kembar, David. Dua nyawa mungil yang tumbuh di rahim saya. Dan karena kekejamannya
menghantamnya dengan kekuatan yang luar biasa, membuatnya mual. Ia mengepalkan tangan, menunduk,
tuk menyilangkan Clara, ia berusaha
da dan Tuan Alexander sering b
gacara. Tapi tidak pernah sampai pada keker
ada bukti fisik lain selain laporan medis yang menyata
kir untuk mencari bukti memar di leher. Saya pani
g tidak didukung bukti lain untuk b
pertanyaan ini bersifat spekulatif dan men
eberatan diterima. L
da sendiri yang mengajukan gugatan cerai? Bukankah itu bera
aya memiliki ayah yang bangga padanya. Tetapi ketika saya menyadari bahwa saya hanyalah rahasia yang tidak penting, dan bahwa
ah-olah mengukir luka baru di hati David. Clara tidak menangis, tidak menjerit. Ia hanya berbicara dengan suara da
an beberapa teman Clara yang bersaksi tentang bagaimana Clara selalu tampak murung dan menyembunyikan pernikahannya. Sarah
terasa berat, jantungnya berdebar kencang. Ia duduk di sana, di tempat ya
David sebagai seorang pebisnis yang sibuk, seorang pria yang berjuang keras untuk
h Anda jelaskan mengapa pernikahan Anda denga
. Saya sedang membangun perusahaan, dan saya tidak ingin kehidupan pribadi
nya terdengar merendahkan. "Nyonya Clara bersaksi bahwa ia tidak pernah menyepakati hal itu. Ia
k. "Saya... saya ber
ti tertulis dari kesepaka
iam. Tentu
ngakui adanya pertengkaran dengan Nyonya Clara. Bisakah Anda cerita
Nyonya Pengacara. Saya tidak bisa menerima perkataannya. Saya memegang tangannya, saya ingin menahannya, saya ingin i
medis menyatakan Nyonya Clara mengalami cedera kepala akibat bentura
. Saya... saya tidak melihatnya ja
lara sedang mengandung kembar saat itu?" S
tapnya dengan tatapan penuh kebencian. "Saya...
a memberitahu Anda tentang kehamilannya sebelum insiden itu. Dan Anda jus
tiap kata yang keluar dari mulutnya malam itu. "Saya... saya sedang tertekan,
sebagai bencana, lalu melakukan kekerasan fisik padanya hingga ia kehilangan salah
, namun matanya memancarkan kepuasan yang samar. David menyadari, setiap argumennya, setiap pembelaannya, justru membuat dirin
dan menghancurkan. Rekaman telepon David dengan wanita lain, pesan singkat yang bersifat pribadi, bahkan laporan detektif swasta yang menyertainya, semuanya disajikan tanpa amp
yek besar yang semula ia harapkan akan membawa perusahaannya ke puncak, kini terancam gagal. Tekanan da
tamu, sedang menonton berita di televisi. Berita utama adalah tentang persidangan mereka.
bertanya, suaranya serak karena wi
elevisi. "Ini baru permulaan, David. Ini ba
"Kau telah mengambil segalanya dariku!
u, David. Kau mengambil delapan tahun hidupku. Kau mengambil anakku. Jangan b
ia tidak bisa melakukan apa pun. Clara bukan lagi wanita yang bisa ia kendalikan. Ia ada
terasa berat, penuh ketegangan. David duduk di kursinya, jantungnya berdegup tak karuan. Ia tahu apa yan
nnya, dan mulai membacakan put
rsidangan, pengadilan memutuskan bahwa gugatan cerai yang diajukan oleh
menuhi ruangan. David merasa dun
lam rumah tangga yang menyebabkan cedera fisik serius pada Nyonya Clara Wijaya, dan
malu dan rasa bersalah yang tak
ung oleh Nyonya Clara Wijaya diberikan sepenuhnya kepada Nyonya Clara Wijaya. Tuan David Alexander tidak
rat baginya. Ia tidak hanya kehilangan istrinya, tetapi juga kesempatan untuk menjadi ayah bagi a
t besar, serta kompensasi atas penderitaan fisik dan emosional Nyonya Clara Wijaya. Dan yang paling pentin
? Itu akan menghancurkan perusahaannya! Itu aka
a menatap Clara sekali lagi. Mata Clara yang dulu penuh cinta, kini memancarkan kemenangan yang d
rtawan berusaha masuk, berteriak-teriak meminta pernyataan. Pak Surya seger
a. Reputasinya hancur, perusahaannya terancam, dan yang paling menyakitkan, ia kehilangan anak-anaknya.
rah Wijaya, dan beberapa staf. Ia tidak menanggapi pertanyaan wartawan, namun senyum tipis, nyaris tak
curan Clara tidak akan pernah bisa sepenuhnya pulih. Ia telah memenangkan pertempuran, tetapi perang di hatinya masih panjang. Ia harus hidup dengan kehilangan itu, namun k