img Godaan Desah Majikan  /  Bab 1 Godaan 1 | 4.76%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca
Godaan Desah Majikan

Godaan Desah Majikan

Penulis: Hot Angel
img img img

Bab 1 Godaan 1

Jumlah Kata:1301    |    Dirilis Pada: 27/06/2025

u beneran?!"

kangen, Rin,"

"Kok bisa tahu ak

nmu. Aku nggak betah k

aneh. Ini jauh, loh.

ak apa. Yang pent

lam rumah terdengar s

. Kalau nenek

"Santai, cuma n

ikan senyum, nenek kel

Saya Faldo, tem

um. "Oh, Fald

membuatkan kopi cream favorit k

. Kopi ke

n kamu lupa

an ransel penuh mi

buka warun

ggak ada. Kan kamu m

ni berat b

, apasih yang berat

tert

g kangen? Udah ada co

rina kangen banget, tau! D

par cokl

ila!" ak

i membawa si

an dulu,"

an bungkusan kertas. "Sed

ngat. "Wah, terima

dengan nenek, rasa waswasku lenyap

nggak sih?" tanyanya

u keliatan jor

u di sini dinging banget, ku

us ya, mau dipeluk? Pada

u tertawa. Suasana hangat, ditemani kopi, sing

ik, "Rin, temenin aku

enti main, ibu-ibu melongo. Wajar, Faldo tinggi, gagah, gaya kota, kontras

jalan sama maj

kku. "Aku malah beras

gkul! Ini kampung

di hutan pinus berd

ngus. "Pa

sama kamu," balasnya s

annya langsung terhenti, mata mereka penuh rasa penasaran,

-bisik makin ramai saat kami

"Mau beli rokok

erani godain kamu," katanya sok j

Emangnya

matis. "Kalau kamu nggak laku

"Pasar cinta

elanja hati k

empar sandal.

mu ketawa. Kalau serius t

tetap terangkat. Bersama Faldo, kadan

pamit, menatapku

yanya terlalu mencolok, dikhawatirkan rawan begal. Sebenarnya aku ingin ia mengina

jemput, bilang aja Rin. Ja

sok gaya. Itu hutan, bukan ca

galkan aroma kopi dan singkong goreng

asuk lewat celah jendela, sementara ak

. "Temenmu itu baik, ya.

"Iya, cuma

al hatinya bagus," j

paruh baya berdiri di beranda: sarung rapi, baju k

ikum, Mak Yan

k Haji. Silakan duduk

yentuhku-membuatku buru-buru kembali ke dapur. Obrolan sama

sebentar," pangg

, mapan, tanah luas, toko besar... Dia

api... dia kan s

akitan. Usianya enam puluh, tapi sehat. Dan

istri kedua lelaki seusia ay

ak mau. Aku mas

api di kampung, seusiamu wajar menikah. D

a 'teman' yang dimaksudkan Faldo tadi? dia sepert

magrib, Haji Farid rutin datang, membawa makanan untukku. Aw

tak pernah genit atau menyinggung soal lamaran. Jauh dari tipikal bapa

u ramai. Dari balik meja, Haji Farid menyambut hangat, senyumnya te

aru lima puluhan, tapi tampak renta. Saat tatapanku bertemu dengannya, ia tersenyum lembut,

aji Farid tulus, tapi aku sadar: bahagia bukan hanya soal ketulusan orang lain, melainkan j

rena kuliah sebentar lagi masuk. Kupikir akan naik ojek sepe

kota belanja pupuk sama alat pertani

k samping, sementara beliau menyetir mobil pick-up. Sepanjang perjalanan, kami hanya sesekali be

dan mengucapkan terima kasih. Sebelum menutup pintu,

ik-adik," katanya singkat, se

tu: beberapa lembar uang seratus ribuan. Lebih dari cukup untuk jajan aku, E

iri belum pernah bicara gamblang soal lamaran. Bisa jadi hanya nenek yang terlalu jauh menafsirkan ke

Faldo

uka, tapi langsung mundur, minder karena selain terlalu ganteng, dia jelas dari

nongkrong di kafe kecil, jalan berdua, tanpa banyak tahu soal keluarga masing-masing. Aku nyaman, ka

lu banyak penggemar dan tidak bisa tegas menolak, sementara aku sendiri tak kuat men

lah waktu yang aka

*

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY