merah berlengan panjang, dengan garis putih di kerah dan manset, di
snya terlihat semakin jelas. Ah, Delia. Gadis keras kepala yang bahka
di depan pintu masuk. Teman-temanku bersiul pelan di belakang,
aku setengah menantang. "Urus
nghindar, menunduk dan mempercepat langkah. Tapi aku
ucapku sambil tertawa kecil.
tahu, dia bukan tipe yang suka
i sih?" balasnya, nada s
asi sekarang, apa yang bakal kamu lakukan?" t
njawab. Tapi aku langsung
rus dihukum!" ucap
t. "Hukuman
kecil, menanti hukuman aneh
yi lagu Sakitnya Tuh di Sini sekarang
elas bingung. Dua-duanya m
lan tapi tegas, dia menja
bakal pilih itu. Tapi aku juga ta
puas. "Gak jadi. Ganti. Ka
rubah. "Buat apa alamat
i cukup membuatnya waspada. "Kalau alamatnya
tas selempangnya. Setelah hening beberapa detik, akhirnya ia men
n ponsel. "Ulan
nginya. Teman-temanku bersorak di belak
apnya. "Bagus. Kalau ternya
nabrak bahuku dengan tas selempangnya. Aku m
keras
Delia, tapi kamu nggak a
♡
ana. Bukan karena takut dia bohong-Delia terlalu jujur untuk itu. Tapi
a mengamatinya dari kejauhan. Diam-diam.
api. Tapi kupikir, ah sudahlah. Ini kunjungan resmi ke rumah cewek paling menyeba
tepat di depan rumah kontrakan Delia, sedikit miring supaya kelihatan elegan dari sega
. Bukannya kaget atau kagum, dia malah langsung
nya. "Ngapain
esan, melirik mobil pun tidak.
, kalah saing sam
amu nggak kasih alamat
. Berdiri di depan pintu sambi
Laporin ke rektor? Atau ngaj
ggak sejahat itu. Tapi boleh juga
i pipinya memera
n aku, mending pulang aja," uja
buat itu. Aku cuma... pengen lihat kamu
atapannya lebi
u puas s
pi kalau kamu bikinin teh manis,
k. "Dasar c
. Dan tanpa sadar, dia masuk ke d
lebar, lalu me
dari ancaman dangdut j

GOOGLE PLAY