utasinya. Investigasi terus berjalan, media terus memberitakan, dan tekanan dari ayahnya, Tuan Dirgantara, tak henti-hentinya. Rumah tangga pun tak luput dari badai. Clara, yang tadinya selalu
erisi panggilan dari bank yang menuntut penjelasan, investor yang menarik diri, dan mitra bisnis yang mulai menjaga jarak. Ia
mpak krisis. Kartu kreditnya sering ditolak, barang-barang branded yang biasa
kita?" Clara bertanya suatu malam, suaranya dipenuhi ketakutan.
gat kuat. Seolah-olah ada seseorang yang dengan sengaja membocorkan semua rahasia internal perusahaan!" Rio memijat pelipisnya, pusin
sti ada yang menjebakmu, Sayang.
gasi untuk mencari tahu siapa yang menyebarkan semua berita ini. Pa
tiap kata mereka. Wajah Sintia datar, tanpa emosi, namun di dalam hatinya, kepuasan membuncah. Rio m
yerang. Ia telah mengumpulkan cukup bukti, dan ia telah mempersiapkan langkah sela
makan (Clara masih tertidur karena begadang), Sint
u ingin mengeluh lag
samping piring Rio. Rio mengerutkan kening, lalu membuka amplop itu
dup di acara amal, foto Clara sedang memengaruhi Rio di depan peta proyek resort, dan beberapa foto dokumen
endapatkan semua ini?" ta
. Lebih banyak bukti tentang kecuranganmu, tentang manipulasi perizinan, dan
mata terbelalak, tak percaya dengan apa yang
ernah lihat, senyum yang dingin dan mengerikan. "Ya, Rio. Aku yang melakukannya. Aku yang memboc
Kau gila! Kenapa kau melakukan ini, Sintia? Apa maumu?!" N
kan padaku? Setelah kau merenggut kesucianku, setelah kau memaksaku menikahimu, setelah kau menelantarkanku
ri Sintia. Ia belum pernah melihat Sintia seperti ini. Sintia
bagaimana kau mengabaikan Dika, bagaimana kau menganggap ibuku sebagai beban! Kau bahkan tidak peduli saat nyawa ibuku terancam
dak benar! Aku sudah menyuruh s
l satu-satunya warisan dari nenekku untuk membeli obat ib
ntia akan sejauh ini. Ia tidak menyangka wanita yang
i," lanjut Sintia, suaranya kini kembali tenang, namun lebih dingin dari sebelumnya. "Dan sekarang
dari wanita yang selama ini ia anggap tak berdaya. Amarahnya meluap-luap, namun ketakutan juga menyelimutinya.
endengar keributan itu. Ia melihat amplop
agi begini?" tanya Clara, matanya curiga meli
a. "Clara, dia... dia yang membocorkan semua
percaya. "Sintia? Tidak mungkin. Dia kan.
lian kira. Aku tahu semua tentang kebohongan Rio, tentang manipulasi data, dan
rah. "Kau! Dasar wanita licik! Kau ingin m
alian hidup dalam kebahagiaan palsu, di atas penderitaanku dan
Namun, Sintia tetap tenang. Ia tidak lagi takut pada mereka. Ia telah mencapai titik di man
gan mata penuh kebencian. "Baiklah, Sintia. Apa maumu?
tapan dingin yang membuat Rio berg
enceraikanmu? Jangan gila, Sintia! Ka
asia gelapmu terbongkar sepenuhnya di depan publik. Aku punya bukti yang lebih kuat dari yan
ketakutan. Ia tahu Sintia tidak main-main. Ia tah
rnah mengakuinya sebagai putramu. Kau tidak pernah memberinya kasih say
cintai Dika, itu benar. Tapi mendengar Sintia mengatakan ia tidak
ntuk membiayai pengobatan ibuku seumur hidup, dan untuk masa depan Dika yang lebih baik. Aku tidak ingin satu
r hartanya, kehilangan Dika, dan menceraikan Sintia di tengah krisis i
apatkan semua itu, Sintia,"
embocorkan semua rahasiamu, satu per satu, sampai kau benar-benar tidak punya ap
icara. "Rio, jangan dengarkan dia! Dia hanya m
tahu Sintia serius. Ia tahu Sintia memi
akah ia bisa membalikkan keadaan, atau setidaknya meminimalisi
sumbernya, tapi ini sangat sulit. Jika Nyonya Sintia benar-benar dalang di balik sem
ksudmu posisi saya lemah? Say
dipaksa, atau jika dia bisa menunjukkan bukti-bukti penyalahgunaan kekuasaan dari pihak Anda. Dan dengan semua
putus asa. Ia tahu ia terpoj
uing. Ia berpikir tentang Dika. Anak yang selama ini ia abaikan, yang kini mungkin akan direnggut darinya selamanya. Entah mengapa, ada ras
ui Sintia di perpustakaan.
r lelah dan kalah. "Aku akan menceraikanmu. Ak
tanpa ekspresi. "
n memberikan jumlah yang kau minta.
ua ini diselesaikan secepatnya. Dan aku
tidak memiliki energi untuk me
mengang
emua ini, Sintia. Aku sudah kehilangan banyak. Jangan buat
memberinya kepuasan yang luar biasa. "Aku akan berhenti, Rio. Setelah semua
mengangg
namun sebagian besar bersimpati pada Sintia, yang dianggap sebagai korban. Nara sumber yang sebelumnya dihubungi Sintia pun mengungkap
inya. Ia sering berteriak pada Rio, menyalahkan semua ini padanya. Ia juga mulai mengeluh tentang
Clara bertengkar he
pa kau mau diceraikan oleh wanita itu?!" teriak Clara.
semua bukti! Dia akan menghancurkanku jika aku
menjagaku! Sekarang kita akan bangkrut kare
ntai. Untuk pertama kalinya, Rio melihat Clara dengan jelas, tanpa tabir asmara yang membutakan. Ia menya
"Kau hanya memikirkan dirimu se
s kupikirkan?! Kita akan kehila
rnya, Rio membuat keputusan. "Baiklah, Clara.
iam. "Apa
idak bisa lagi menanggung semua ini. Aku sudah kehilangan segalanya karen
juk, mencoba meminta maaf, namun Rio sudah mengambil keputusan. Ia telah melihat
ih ke Rio, yang dianggap sebagai korban dari dua wanita: Sintia yang "licik" dan
inta: cerai, hak asuh penuh atas Dika, dan kompensasi finansial yang besar. Rio, yang kini sudah kehilanga
apa barang Dika. Ia tidak mengambil apa pun lagi dari rumah besar itu. Ia menatap k
mua ini, terlihat bingung namun juga senang kare
k sendirian di ruang tamu, memandangi kekosongan. Waja
Rio," kata Sintia
ata wanita itu, ia tidak lagi melihat amarah a
kata Rio, suaranya serak. "
"Aku tidak menghancurkanmu, Rio. Kau menghancurkan dirimu s
awa Dika keluar dari rumah itu. Rumah yang selama ini menjadi
gnya seperti dulu. Saham perusahaannya terus anjlok. Ia kehilangan segalanya: kekayaan, kekuasaan, re
sa lalu, kebenciannya pada Sintia, pengabaiannya terhadap Dika, dan kebutaannya terhadap Clara.
a Sintia dan Dika. Ia memikirkan bagaimana ia mengabaikan putranya sendiri. Untuk pertama kalinya, Rio merasakan sesuatu yang asing d
ra Rio, yang dulu menganggap mereka sebagai benalu
hiruk pikuk Jakarta dan bayang-bayang keluarga Dirgantara. Ia tidak lagi hidup dalam kemewahan, namun ia mera
ka usaha desain grafis kecil-kecilan dari rumah, memanfaatkan keahliannya yang dulu terpendam. Dengan p
h. Sintia memastikan Dika mendapatkan semua cinta dan perhatian yang pantas ia dapatkan. Setiap
lah terbayar, dan ia telah menemukan kedamaian yang ia impikan. Ia telah membuktikan bahwa wanita yang
Bekas luka itu akan selalu ada, sebagai pengingat akan masa lalu yang menyakitkan. Tapi kini, ia telah menja
sa menjadi kekuatan paling dahsyat. Rio mungkin telah kehila