drastis. Dari puncak keangkuhan dan kesempurnaan, ia terjatuh ke dalam jurang kehancuran yang dalam. Perusahaan Dirgantara, yang selama puluhan tahun menjadi raksasa
saan, kekayaan, reputasi, dan bahkan
ereka masih hidup di bawah atap yang sama, namun hubungan mereka mendingin, diselimuti oleh rasa malu dan penyesalan. Nyonya Dirgantara, yang dulunya sering membela Rio,
melihat Clara dengan mata yang berbeda, dan kepergian Clara hanya menegaskan satu hal: cinta wanita itu hanya sebatas harta dan status. Rio kini sendirian di rumah yang terlalu besar dan terlalu sepi.
anya yang kini terasa asing, menatap kosong pada tumpukan berkas yang dulunya adalah bukti kehebatannya, kini menjadi saksi bisu kehancurannya. Rambutnya memutih di beb
ian Sintia. Sikap dinginnya, kata-kata kasarnya, pengabaiannya terhadap Sintia dan Dika. Ia ingat bagaimana Dika kecil mencoba mendekat, mencoba meraih tangannya, namun ia selalu menolakn
ghancurkan semua yang ia miliki. Sintia bukanlah korban yang lemah, ia adalah arsitek kehancurannya s
Apakah ia bisa menebus kesalahannya? Apakah ada harapan untuknya di masa depan? Namun, ia tahu
semua foto itu, terselip sebuah foto kecil yang sudah sedikit usang. Foto Dika, yang pernah ia buang ke tong sampah, namun entah bagaimana bisa kembali ke tangannya. Di foto itu, Dika tersenyum lebar, mata polosnya memancarkan
ah lama tak menetes dari matanya yang kaku, kini mengalir deras, membasahi fo
k menjadi seorang ayah. Kesempatan untuk melihat Dika tumbuh, kesempatan untuk memeluknya, untuk
up sederhana namun penuh kebahagiaan di rumah kecil mereka. Ibu Sintia, yang kini pulih sepenuhnya, menjadi bagian tak t
merekrut beberapa karyawan. Sintia menemukan bakatnya yang tersembunyi dalam berbisnis. Ia cerdas, teliti, dan memiliki eto
Dika, membacakan cerita, bermain, dan memastikan Dika mendapatkan semua kasih sayang yang pantas ia dapatkan. Meskipun Dika tid
bekas luka. Ia hanya ingin Dika tumbuh dengan hati yang bersih, tanpa beban masa lalu yang gelap. Jika Dika sesekali ber
mukan kedamaian dan kebahagiaan dalam hidup barunya. Ia telah memaafkan dirinya sendiri atas pilihan-pilihan suli
ungi taksi daring, namun sulit mendapatkan di daerah itu. Saat ia sedang menunggu, sebuah mobil mewah melinta
i angkuh, melainkan sendu. Rio menatap Sintia, lalu matanya beralih pada Dika yang berdiri
terdengar parau. "Ada
menyangka akan bertemu Rio sepe
an Dika," Rio menawarkan
berbuat apa. Ia tidak ingin Dika melihat ayahnya dalam keadaan
ku bisa naik taksi,"
mbantu. Lagipula, ini searah dengan jalanku
engangguk. "Baikl
ia dan Dika masuk. Suasana di dalam mobil terasa canggung. Rio hanya sesekali melirik Dika melalui kaca spion. Ia ingin berbi
ampai ke gerbang sekolah. Sebel
suara Ri
oleh, me
k berani. Ia hanya bisa tersenyum tipis. "Belajar yang raji
mulut Dika, meskipun jarang ia dengar, terasa seperti belati yan
sa sakit. Ia ingin sekali berlari mengejar mereka, ingin meminta maaf, ingin memohon
hat kebahagiaan yang terpancar dari wajah Sintia dan Dika. Ia melihat bagaimana Sintia berinteraksi dengan Dika, bagaimana ia tertawa bersama putrany
i asuhan, dan untuk program konservasi lingkungan, sebagai bentuk penebusan atas kerusakan yang pernah ia timbulkan. Ia juga mulai aktif dalam organ
telah hancur, mencoba membangun kembali dari nol. Ini adalah jalan yang panjang dan sulit, namun ia melakukannya dengan ket
kan Rio lagi. Ia telah memaafkan, dan itu membebaskannya dari beban masa lalu. Ia
an di dalamnya ada sebuah buku cerita anak-anak yang Dika inginkan, dan sebuah
singkat, hanya
h, Ayah selalu mencintaimu dari jauh. Untuk Sintia, terima kasih telah mengajariku arti k
akhirnya menyadari kesalahannya. Ia akhirnya menyesali perbuatannya. Itu sudah cukup bagi Sintia. Ia tidak membutuhkan
baca buku cerita baru itu. "Dika
idak tahu, bahwa di balik kata-kata itu, ada sebuah k
sosok yang lebih bijaksana, lebih rendah hati. Ia masih menjalani hidupnya sendirian, namun hatinya tidak lagi dipenuhi kebencian, melainkan penyesalan dan harapan. Ia te
cerdas dan berhati mulia, mirip ibunya. Ia tahu kisah lengkap tentang orang tuanya, namun ia tidak menyimpan dendam. Ia menghormati perjuangan ibunya
ap. Sintia telah mendapatkan kebebasannya, dan Rio telah mendapatkan pelajarannya. dendam bisa menjadi kekuatan untuk bangkit, namun penebusan sejati hanya datang dari pengakuan dan penyesalan. Di antara abu kehancura