mua usaha aku. Karena nanti kalo gak buru-buru aku tangkep,
ata manis itu sendiri." ~Diza (The o
tuk dagunya sambil pura-pura berpi
lah alisnya bingung,
a Diza masih belum mau
at, "Oooh ... mau main
pan itu, dan ia bergegas kabur menjauh dari dekat Ray. Rayden y
agi dari awal!" ucap Diza mempr
pi
u ..." Diza mengeluarkan senjata p
i kemauan Diza. "Oke kita mulai dari a
lengan aku," pinta Diza dengan puppy eyes nya yang selalu m
suaminya membuat Di
ari cengkraman Rayden, Diza mu
birit-birit. Dan sambil berteriak, "Kalau aku b
menggunakan taktik ini, tapi ia selalu tidak tega
Ray balas
k menyandarkan diri, dengan nafas ngos-ngosan. "Haah ... haah ... haah ... bentar be
lannya pelan-pelan nanti." Rayden mengg
Ray dari tempat ia b
kepala dan menyilangkan jari telunjuk
an langkahnya, kali ini dengan langkah yang santai me
a saat sudah berada
ga. Ia sudah terbiasa melakukan aksi kucing dan tikus bersama Diza sejak kecil. Bahkan Rayden sempa
iza sudah sampai di gazebo sayap kanan rumah mereka. Tapi ia segera te
Rayden mengikuti instingnya saat mendengar suara Diza yang ia duga berada di gazebo, dan melangkahkan kakinya ke arah pemilik hatinya itu. Tak mencapai
nafas yang terengah-engah, ia segera menghampirinya. Rayden membaringkan tubuhnya di sampin
nya Diza menoleh kearah Rayden.
an menopang kepala dengan satu tangan. "Mantan pelari tercepat se-Asia man
p Diza sambil mem
a-katanya. "Eh tapi kamu kok lari
ku jalannya pelan-pelan nanti' nah tadi pas udah nyampek disini kan aku
otes, "Nah itu kam
ucapan Diza dengan meletakkan
. Karena nanti kalo gak buru-buru aku tangkep, kamunya nanti hilang di amb
sil membuatnya ingin melayang setinggi mungkin. Diza menundukkan kepalanya dengan wajah yang memerah karena terlalu bahagia dan untuk menye
lanya ke dada Rayden. "Iihh k
unya jadi ketularan manisnya kamu," u
era mendongakkan kepalanya dan menatap Rayden dengan bibir mencebik. "Kamu gak boleh ma
trinya yang cemburuan. Rayden berucap, "Manisku cuman buat kamu honey, karena kamu sumber kemanisan
Diza. Diza tak mampu berkata apa-apa seakan tersihir oleh pesona suaminya yang sangat romantis. Desiran angin yang membawa udara, serta gemersik d
n Diza turut memejamkan matanya. Rayden mengecap manis itu dengan penuh perasaan seakan ingin mengungkapkan semua ra
Semakin bersemangat. Tapi Diza tidak kuat lagi, ia masih membutuhkan udara untuk paru-parunya. Maka dari itu Diza memukul bahu Rayden untuk berhenti dulu a
Raydem gemas dengan kelakuannya istrinya itu. Setelah Diza merasa udara dalam paru-parun
annya dan menaik turunkan kedu
engan wajah yang semakin mem
dih. "Oh kamu nggak suka? Berarti aku nggak boleh ngelakuin
tikan ucapan Rayden. "AKU SUKA!!
bingung. "Tadi k
alu. "Aku malu
elihat raut wajah Diza y
ucap Diza sebal saat melihat eksp
sih habisnya," ucap Ray samb
epasin." Diza memberont
kan pelukannya. "Ayo bilang 'Diza cinta
tak. Terlihat memikirk
ucap Diza dengan pelan, oh bukan, sangat
, semut aja pasti gak denger apa ya
nnya pada Rayden dengan sebuah teriakan. "D
h mengerahkan seluruh tenagany
pelukannya lalu mengecup kilat Diza. "Iya aku pu
l membuat wajah Diza memer
tuh ya
ninit tini
seakan ingat akan alasan awal mereka berada disini, Diza segera men
kkan diri di sebela
harus pergi bee," ucap Diza sambil menarik
kamu ngerahasiain dari ak
mending kita siap-siap, na
h Diza yang tidak mau memberi
ia bahagia. Toh aku juga akan t