seekor anjing. Aku bergegas ke unit gawat darurat, hanya untuk menemukan beliau da
erganggu. "Ada ribut-ribut apa, sih? Aku sedang rapat." Lalu dengan mengejutkan, dia membela anjing itu, Brutus, mili
berpura-pura khawatir sambil menyeringai penuh kemenangan ke arahku. Bara merangkulnya, menyatakan, "Ini bukan salahmu, Helena. Ini kecelakaan." Dia ke
mannya, memilihkan baju untuk peristirahatan terakhirnya, dan menulis pidat
di tangan, dan keterangan: "Menikmati hidup di Maladewa! Liburan spontan memang yang terbaik! #blessed #singapurasiapa?
ngan. Bersimpuh di pusara ibuku, aku akhirnya mengerti. Pengorbananku, kerja kerasku, cintaku-semua
a
an di ruang kerjaku. Itu dari seorang
harus cepat datang! Seek
ngah keheningan yang tiba-tiba. Aku menggumamkan sesuatu, entah ucapan terima
l, tapi darah sudah merembes keluar, menodai kain itu dengan warna merah ya
ikku, suar
ebih mirip sebuah ringisan. "Tidak a
anya dalam. Mereka khawa
telan mahalnya tidak kusut, rambutnya tertata sempurna. Dia
t apa, sih? Aku
bosan. Itu mengiris sar
erangnya, Bara. Itu
anita yang selalu menatapku seolah aku
i bukan karena khawatir pad
suka bermain. Ibumu mu
ang kudengar. Suka bermain? Dokter tadi me
ak akan pernah membiarkannya menyakiti siapa pun dengan sengaja.
diriku. Aku memandang bergantian wajah
ngelusnya. Anjing itu
terbelalak dengan kekhawatiran palsu. Dia be
bersalah. Brutus belum pernah melakukan hal sep
an saat Bara tidak melihat. Tatapan itu seola
ni bukan salahmu, Hel
, besok aku ada perjalanan bisnis penting ke Singapura. Aku tidak bisa membatalkanny
menyelimutiku. Jenis ketenan
pergi?" tanyaku
iunan rupiah, Jasmine. Kamu
tidak melihat retakan-retakan kecil
ataku lembut. "Seb
ak membuat keributan. "Ini baru ga
hkan lagi di bahu. "Aku akan
Helena saat wanita itu menyeka matanya yang kering. Aku tidak mengatakan
lah menyebar. Demamnya melonjak. Para dokter melakukan s
ninggal m
n berhenti. Satu-satunya suara adalah
ncoba lagi. Dan lagi. Tidak ada jawaban. Ponselnya mati. Dia pasti sedang di pesawa
ato duka yang tak sanggup kubacakan. Ibuku sangat antusias menantikan pernikahan kami. Beliau sudah membeli gaunnya, gaun lave
an keluargaku
brengsek Bara itu?" sembur sepupuk
dang dalam perjalanan bisnis. Dia tidak ta
ereka. Aku berbohong
buku. Aku berdiri di samping pusaranya, angin dingin men
n tanah yang baru. Ponselku bergetar di saku. Notifikasi dari
ar saat membuk
. Bara dan Helena. Lengannya melingkari Helena, dan wanita itu tertawa, memegang segelas sampanye. Keterang
menguburkan ibuku, dia sedang berlibur mewah de
ah, perutku bergejolak. Pengkhianatan itu adalah sesua
uanya bohong. Perhatiannya, cint
ekan tanah. Layar ponselku kabur oleh air mata
araku serak. "Maafkan aku kare
a dingin meresap ke tulang-tulangku. Ketika ak
erakhir kalinya, pada wajahn
u jernih dan mantap. "Dia tidak sepada
saat itu, sebuah sumpah dalam