idupku, pria yang berjanji akan melindungiku se
sahaan dan menyabotase proyek-proyek penting. Semua itu terjadi saat cinta
akan kusesali selamanya. Aku sekarat, menderita kanker stadium akhir, dan dia bahkan tidak tahu, atau tidak peduli. Dia terl
u-satunya orang yang benar-benar peduli padaku. Dia menyebutku menjijikkan, sep
akan kehilangan hak untuk mendengar suaranya d
k akan membia
memberikannya Salim Group, perusah
ianku, berharap dia
aku s
gan, seorang wanita kuat dengan identitas baru, sia
a
at dengan aroma kertas dan ambisi yang sunyi. Ini adalah te
ni menyatakan bahwa ini adalah surat wasiat terakhir saya."
a dengan kening berkerut cemas. Karina sama sekali tidak sehat. Tubuhnya
mua saham saya di Salim Group, properti pribadi
berhenti. Dia tahu a
amiku, Bra
dara, sebuah bukti cinta
prosedur formal. "Kari
akin,
lkanmu air minum. Atau panggil d
nyum tipis tersungging di bibir
nya sedikit bergetar. "Dia ba
a lakukan setiap hari selama empat tahun pernikahan mereka. Tugas
akanan yang disiapkan dengan sempurna menjadi dingin di
lam menghimpit dadanya, se
." Karina berdiri, geraka
, sosoknya terlihat kurus dan r
knya. Karina Salim, pewaris ternama Jakarta, kini hanyalah bayan
enjadi goresan warna yang panjang, mencerminkan air mata
jarinya melayang di atas nama
sebelum dijawab. "Mau apa?" Suar
nama itu bagaik
u begitu," bentakn
emanggilnya seperti itu sejak mereka masih anak-ana
latar belakang, suara seorang wanita
ngsung melembut. "
arina t
tuk menandatangani surat cerai," ka
stabil, menyembunyikan getaran. "Ak
gan te
uat dering di telinganya. Setetes air mata akhi
emah. Begitu
dia bahkan akan kehilangan hak un
rumah yang dirancang Bram untuk cinta pertamanya, dipenuhi dengan hal-
satu-satunya tempat perlindungannya. Dia telah belajar memasak untuk Bram, dunia
g mendalam. Dia menyalakan musik lembut, melo
ti tengah malam. Br
at seperti timah. Saat dia hendak mematikan lampu dan pergi ke
an keras kepala itu,
ra malam yang dingin bersamanya
h kelegaan yang tidak bisa dia sembunyikan.
tangan untuk men
dan mendorongnya ke dinding. Matanya gelap oleh campuran al
ncang. Dia ketakutan. "Bra
Karina, tetapi suara namanya di bibir Karina sepertinya
ramnya, suaranya rendah
ki tangga, meninggalkan Karina ybang mual menyapunya. Selalu seperti ini. Satu momen ha
membencinya? Dia
dua. Dia naik ke atas dan diam-diam menyiapkan piyama dan segelas su
nggu lam
i, handuk melingkar rendah di pinggu
belum Karina tandatangani. Kemudian dia menoleh
cerai,
anya seakan runtuh. "Ke
yang dia ucapkan selanjutnya
esti suda