apartemen Amara, menciptakan suara monoton yang biasanya menen
di, pikirannya terus berputar-mencari kemungkinan siapa yang tega mengawasinya seperti
mi
di kepalanya, meski
sa dia bayar untuk melakukan apa saja. Tapi untuk apa? Mereka sudah b
ka bukan Da
ntu membuat A
anji pertemuan, dan hujan di luar terlalu
wat lubang pintu. Evan berdiri di sana, jak
tanyanya setelah
mempersilakan. "
t, menggantungnya di dekat pintu.
ab
au dapat. Ada yang aneh. Beberapa diambil dengan kamera jarak jauh yang ku
n menjalar di tubuhnya. "Maksud
Dan, Amara... mereka tidak hanya mengamatimu dari luar. Ada satu foto yang
terasa membeku. "Jadi...
.." Evan menatapnya tajam.
apa foto yang sama, tapi diperbesar. Ia menunjuk salah satunya-foto Amara di
mulai mengunci semua pintu dan jendela dengan ge
rpojok ini sejak malam terakhir ia tinggal di rumah Crow
mereka. Amara memperhatikannya dari meja makan-gerakannya teratur
enarnya kau siapa?" Am
a untuk orang-orang yang lebih berbahaya dari yang bisa kau bayangkan. Dan sekarang, a
ya lama. "Kau pe
Sesuatu yang..
ang. Tapi entah kenapa, ia merasa sedi
a tidur, tapi matanya terus menatap langit-langit gelap. Bayangan di pik
r suara di balkon. Lembut, sepert
bil payung lipat yang tergeletak di dekat pintu-
p kota yang menyelinap. Saat ia membuka tirai sedikit, jantungn
gsung melompat ke pagar balkon
menghantam pintunya, masuk tanpa
... ada
semua jejak. Ia hanya bisa melihat genangan air
eras. "Mulai besok, kau ti
maksu
angku. Kalau orang itu kembali, kita tangkap d
dalam hatinya ia tahu-ia tid
rkir beberapa blok dari gedung apartemen, seora
enumpang di kursi belakang-seorang pria
Bagus. Aku ingin dia tahu bahwa tidak ada

GOOGLE PLAY