at di balik awan. Hujan semalam meninggalkan aroma
setiap kali ia memejamkan mata, siluet gelap itu kembali muncul. Ia bangkit, meraih sweater, dan membu
tidur semalaman," katanya
t alis. "Kau me
i tegas. "Kalau orang itu kembali, aku
telur dari kantong. "Aku akan buatkan sarapan. Sementara itu, k
kurus, tapi gerakannya cepat. Pakaian gelap. Aku tidak bisa melihat wajahnya, terlalu gel
emecahkan telur
nunjukkan bahwa dia ada di sana. Bukan s
n. Ia mengambil alat kecil dari tasnya-miri
u?" tan
sidik jari atau bekas jejak sepat
n. Ia menyapu cahaya itu di pagar balkon, lantai, bahkan gagang
sebagian besar sudah kabur karena hujan. Tapi ada pola u
hu siap
u tahu ke mana
embali sebelum malam. Amara mencoba mengalihkan pikiran de
a berdering. Nomor yang muncul hanya
ati, ia menga
suara berat yang
ma
membeku.
tu terdengar santai, tapi penuh ancaman. "Kau seharusnya ta
butuh pen
langkahmu, setiap pintu yang kau buka, aku tahu. Ka
embalas. Tangannya bergetar, dan ia menya
ja, Amara langsung menceritakan p
ia mengawasi," katanya. "Dan itu
akan kit
ia masih memegang kendali... sampai ak
elabuhan. "Kalau kita terus bersembunyi di dalam, dia yang men
erasa sedikit rileks, sampai ia melihatnya-sebuah mobil hitam terparki
apannya. "Abaikan. Kit
. Namun, dari sudut matanya, Amara
kah keluar dari kegelapan dan menghadang mereka. Laki-
yndell?" sua
mendorong Amara ke bel
lalu melemparkan sebuah amplop sebe
atu foto-foto Amara tertidur di apartemennya. Di bagian bawah
tutnya melemas.
artemenmu tanpa kita sadari," kata Ev
at yang ia sebut "safehouse"-sebuah ruangan kecil di atas bengkel tua,
perti Damien... tidak berhenti hanya karena kau mengatakan 'tidak'. M
dah. "Dan... bag
pi kali ini senyum itu d

GOOGLE PLAY