/0/28771/coverbig.jpg?v=dd87c90c4cacbdda0b632c3dadf540b3)
ba pecah dari teras rumah. Dia dengan cemas mengelus-elus
, pemuda berkaus putih yang membawa nampan es balok di atas kepala. Tubuhnya tinggi dan atletis, postu
r yang kerap melontarkan guyonan saat berjualan. "Tampan,
ingle parent. Bukan karena penampilannya yang biasa-biasa saja, tapi lebih karena hatinya yang belum sepenuhnya luluh pada pria manapun, meski ia
a mentari sore. Kulitnya yang putih seperti porselen, dipadu deng
proporsional, seolah jadi rahasia
, ya?" suara Dul terdengar bersema
membalas dengan senyum paling manis yang bisa ia berikan, bibirnya memben
es satu nggak?" Tasya menatap Dul, tidak ingin si penjual pergi begitu saja. Ia menepuk
ua puluh, Mba," jawab Dul sambil menghitung es di kotak pendingin. Tasya tersenyum penuh
mengangkat bahu santai. "Siapa, sih, yang bisa nolak permintaan wanita secan
enangan itu membuat kedekatan mereka terasa hangat
a-tiba Tasya menatapnya dengan senyum menggoda. "Kamu
a!" jawabnya sambil menyembunyikan senyum kecil. Tiba-tiba,
eluncur dan mendarat tepat di dada Tasya. "Aduh, din
u cuma pakai singlet gitu?" Tasya cuma melempar pandangan sambil tersipu.
bisa menahan senyum saat matanya tertuju pada lekuk pinggul Tasya y
nya sudah melayang ke tubuh Tasya, berharap
egitu muncul di pintu, Dul spontan melotot, matanya membesar seolah nyaris melo
da julid liatin kita," bisik Tas
erbata, napasnya tercekata lalu sengaja menunggingkan pinggulnya. Tatapan Dul tak bisa lepas
lam hati, dadanya sesak ketika pandanganny
terpancar jelas. Lalu ia duduk di sofa berhadapan, membuka jarak kakinya l
erus, ada apa?" Tasya akhirnya memecah keheningan deng
, e–em... m3mek, eh... anu, Mba, aku mau izin makan esnya dulu ya!dari tatapan Tasya yang menusuk. Tasya tersenyum tipis, lalu melirik k
ngulurkan tangan, "Ay
sendiri, tanpa sadar menap
suara hisapan itu mengisi ruang hening. "Enak banget, Du
sadar berkata, "Kalau jilatin
Udah mulai nakal ya? Padahal bulan lalu minta ciuman aja sudah bi
entuh lembut bibir Dul. Suara pelan "cup, cup, cup
sambil tertawa kecil, "Biasan
nggam pergelangan tangannya dengan lembut tapi tegas. D
nduknya, napasnya sedikit berat. "Come on, baby, t
alak, "Bo-boleh masukin itu, Mba?" t
tahu, ini rahasia kita saja," jawa
kaiannya perlahan, tangan gemetar. Ia menghamp
ingin tahu apakah Dul benar-benar siap. Dul hanya menggeleng, bibirnya
annya menopang kedua ******** Tasya seolah menc
dengan Dul. "Mba kenapa, apa punyaku kecil?" tanya D

GOOGLE PLAY