a direktur itu terdengar hangat di seberang telepon. "Tapi kau mengerti persya
an. Tempat untuk menghilang. Satu-satunya cah
ntukmu," janjinya. "Beri tahu
rapan membelah rasa kebas yang meny
ngsung pulang. Rumah kami.
i menjadi parodi mengerikan. Sepasang cangkir kopi yang serasi di meja dapur. Foto pernikahan kami dalam
ir itu masuk lebih dulu, pecah di dasar kantong. Bingkai foto menyusul, kacanya retak. Aku merobek setiap foto kami dari bingkainya, menyobeknya m
menyeretnya ke pinggir jalan, api ama
ianku. Semua yang menjadi milikku. Aku mengatur agar sebuah perusahaan
k pulang
. Dia meletakkan tas kerjanya dan menarikku ke dalam pel
banget sama kamu," g
yang manis di kemejanya. Yang bisa kubayangkan hanyalah dia meng
Senyumnya memudar, digantikan oleh ekspresi k
saja," kataku
serangkaian kotak berbungkus kado dari tas kerj
dipakai Sandra di rumah sakit. Parfum yang sama yang dia berikan padaku untuk ulang tahunku saat kuliah, lupa bahwa aku alergi parah terhadap salah satu komponen
elah
ya dan menuntut untuk tahu bagaimana dia bisa melakukan
suaraku keras. "Aku mau punya
. "Kita sudah membicarakan ini. Perusahaan baru saja meluncurkan inisi
dengan jelas dari tempatku berdiri-suara Sandra di seberang
an anak dariku. Cintanya, masa depannya, ke
seperti cap pengkhianatannya. "Ini urusan kantor," ka
a saat dia masuk ke mob
nselku bergetar dengan notifikasi. Permintaan pertemana
n, di restoran yang dulu sering kami kunjungi, di komidi putar. Dan di bawah gambar-gambar itu, serangkaian komentar
sebagai pukulan fisik. Aku terhuyung ke depan, tanganku membekap mul
rang dokter, aku tahu tanda-tandanya. Sebuah kemungkinan, se
pulang m
sakitku sendiri. Aku meminta seorang
nya, matanya berkerut di
erah dengan kegembiraan yang tidak bi
 
 
 GOOGLE PLAY
 GOOGLE PLAY