ka merias wajahku, mengubah wajahku yang berduka menjadi topeng keanggunan yang dipoles, memakaikanku
ahit dengan sempurna. Matanya berbinar saat m
k luar bia
ngin dan acuh tak acuh, lalu me
n gelas sampanye. Kami masuk disambut riuh tepuk tangan, kedatangan kami disambut den
g wanita yang kukenal saat kami lewa
Malam ini, rasanya seperti delu
yang palsu. Dia memberikan hadiah ulang tahunnya, sebuah kotak berat dari merek perhiasan tern
mungkin, dia menginga
ncaknya, sebuah tubuh
ndur, menahan di
iak suara s
Dia memegangi kaki Bram, wajahnya terb
a, menunjuk jari tuduhan padaku. "Apa kau
esar tamu, terutama mitra bisnis, tidak mengenalku. Mereka hanya meli
ngan. "Siapa dia?" "Itu putran
hati hancur di depan umum, di bawa
jahnya menampilkan potret kesusahan seorang ib
rat, wajah kecilnya penuh air mata dan tuduhan. "Peremp
miniatur sempurna dari gelang yang kubuat untuk Bram saat kuliah. Itu adalah simbol keberuntun
rkejutanku. Aku maju selangkah, tanganku terulur
a, ja
mendorongku, keras. Wajahnya dipenuhi kepanikan yang belum pern
t tebal. Aku jatuh ke belakang,
tajam meja kaca dengan bu
membakar. Pecahan gelas anggur yang pecah mengiris lengan
an Leo, yang lututnya tergores sedikit. Dia menggendong anak itu dan m
gkian murni yang penuh kemenangan di matanya. Tatapa
sedikit pun. Dia meningga
am, tetapi kram baru yang lebih dalam
akin keras, berubah menj
ia mencoba menari
eributan seperti ini di aca
ng baik, melindungi ke
ang brutal. Aku melihat ke bawah. Warna biru malam gau
yi
n itu miring, lampu-lampu kabur menjadi
 
 
 GOOGLE PLAY
 GOOGLE PLAY