/0/29143/coverbig.jpg?v=20251029165555)
luh dua, aku akan menikahi seorang Adhitama dan menobatkan CEO berikutnya. Selama bertahun-tahun, aku
gelang yang seharusnya untukku kepada sauda
u akan segera menjadi CEO. Aku tidak
mempermalukanku, berselingkuh denganku di depan mata dengan Jelita, da
dia menamparku di depan umum dan bahkan
ernikahan yang menyedihkan. Dia perlahan-lahan meracuniku, dan aku
bali ke pesta itu, beberapa saat sebelum dia
ebenarnya. Dan aku tahu a
a
ndang Al
sebuah hukuman daripada janji. Perjanjian itu menentukan bahwa pada ulang tahunku yang kedua puluh
erat berbunyi klik di belakangku, beban kata-katanya terasa menekan pundakku. U
indari. Bima Adhitama. Dan dia tidak sendirian. Sekelompok sepupu dan kerabatnya
perti Laut Merah, meninggalkan Bima berdiri di sana, gambaran
ibir salah satu sepupu, seorang g
asih ngejar-ngejar Bi
gumam yang lain, cukup keras untuk kuden
u pendiri legendaris, seolah-olah arwahnya adalah pe
kata Zahra, suaranya meneteskan iba yang palsu. "Putus as
kan kata-kata mereka menggantung di udara, masing-masing seperti batu kecil tajam yang dilemparkan ke arah
" Suara Bima memotong bisika
tatapannya menyapu t
in di bibirnya. "Kamu habis dari ruangan Ay
, cerita 'putri dari rekan yang sudah tiada' ini su
tuk membuatku merasa kecil dan menyedihkan.
tnya, suaranya rendah dan mengancam. "Tapi ini sudah berakhir. Ka
s. "Semua orang di Jakarta membicarakan kita. Tentang bagaimana kamu tidak m
ak ke ruang pribadiku. "Dan biar jelas, lari ke Ayahku tidak
g dia berikan padaku ribuan kali dalam pernikahan kami yang menyedihkan, tatapan yang mendahului setiap
lalu, cinta yang begitu buta hingga membawaku pada k
angkan diri. Alya yang dia ingat pasti sudah hanc
yang itu s
aku, suaraku terdengar
enatapnya t
Pak Ferdinand memihakku.
u meresap sejenak sebelum m
lang tahunku yang kedua puluh du
nyum sinis di wajah para sepupunya membeku, dig
. "Di sini? Pak Ferdina
a. Dia tidak pernah secara pribadi terlibat dalam urusan sosial keluarga selama bertahun-tahun, tida
ta ulang tahun lebih dari sekadar is
ku yang kedua puluh dua, aku akan memilih salah satu putranya untuk menjadi suamiku. Pilihanku tidak hanya akan me
ya sanga
tersungging di wajah Zahr
sahnya, "selam
anis penuh kekaguman palsu. "Sepertinya
a berhasil m
sombong. Dia menatapku, kilatan kemenangan di matanya,
i kemenangan yang merendahkan. "Akhirnya k
menyapu tubuhku. Dia merendahkan suaranya m
nya. "Aku harap kamu tidak membuat kesalahan ya
li" membuatku merinding
nggal di sayap rumah yang terpisah. Kamu tidak akan ikut campur dalam urusan pribadiku. Dan kamu tidak akan
hidupan masa lalu kami dalam kata-katanya, sehingga aku h
im
an gaun putih sederhana yang membuatnya terlihat polos dan rapuh, rambut panjangnya terger
h perhitungan yang baru saja memberikan ultimatum itu
tidak enak badan." Dia bergegas ke sisinya, suaranya diwarnai
anya. "Ayahku memaksa aku datang. Kat
nnya lembut. "Tidak apa-apa.
bali padaku, dan dingin itu kemb
k. "Kamu sehat walafiat, tapi masih butuh rombongan. Jel
if, menariknya menjauh seolah-o
menyusuri lorong, dia
kan, suaranya ancaman rendah. "Jaga sikapmu. Kalau kamu
pahit, naik di
Bi
betapa aku mengingi
-
 GOOGLE PLAY
 GOOGLE PLAY