Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 2

Jumlah Kata:896    |    Dirilis Pada: 29/10/2025

ang Kirana

h muram. Aku menatap lampu-lampu Jakarta yang berkelip, tapi tidak melihat apa-apa. Pikiranku adalah badai kacau dari pengkhianatan dan ketidakperca

latar belakang cakrawala kota yang dramatis. Dia telah melepaskan jas dan dasinya, lengan kem

ku masuk, matanya men

a ke jendela setinggi langit-langit dan menatap ke ba

a gunakan untuk menutup kesepakatan triliunan rupiah dan memikat investor

tar. "Jangan berani-beraninya

a! Ini semua yang tel

ulah yang menopangmu saat kau siap menyerah. Akulah yang percaya padamu saat keluargamu sendiri menyebut

"Rania itu... dia rapuh. Dia tidak punya siapa-siapa. Keluar

aku tidak mengandung anakmu? Atau apakah bayi kit

ra, berat dan beracun. Dia terse

i hadapanku, meraih tanganku. Sentuhannya terasa asing, salah. Aku tidak menarik diri, tubuhku me

cintai berlutut di kakiku, dan tidak merasakan

semuanya akan kembali normal. Kita akan mengungkap kebenarannya, aku janji. Aku akan memberitahu dunia bahwa kaulah yang mengand

tra kami secara rahasia, hanya untuk "mengadopsinya" nanti, semua demi melindungi citra publik dan harga saham perusahaa

rik tanganku dari genggam

buku sudah setuju. Orang tuamu juga. Mereka semua setuju ini

i aksesori kesuksesan putranya. Dan orang tua angkatku, keluarga Adiwijaya, yang telah menerimaku sebagai anak tetapi tidak pernah benar-benar mencintaiku, adalah pe

ergetar. "Kau membahas nasib anakku dengan m

ngelola krisi

raku pecah pada kata terakhir. Aku melingkarkan lengan di perutku, nalur

frustrasinya meluap. "Aku melindungi masa

i wajahku. "Dia butuh seorang ayah yang akan mengakuinya! Seorang ay

irnya pecah. Dia tampak terpojok, putus a

lakukan itu ketika dia mencoba menjaga jarak, untuk

taku, kata-kata itu

idak. Sama sekali tidak. Perceraian saat in

bencanamu, Bima. Kau tela

menyakitkan. "Kau tidak akan menceraikanku. Kau tidak akan meninggalkan ap

anan di rumahku sendiri. Rumahnya. Dia punya uang, k

ganggu yang membuat kami berdua terlonja

daya, sebuah tas travel di kakinya. Di belakangnya berdiri ibu Bima, Elina, wajahnya topeng ketidaksetu

ba. Dan mereka

pun padanya, tatapan dinginnya mendar

ku. Itu adalah transaksi bisnis, dan aku

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY